Ketika Belanda dan Perancis sudah menghentikan kompetisi musim ini, FIFA juga menyarankan agar tidak ada kompetisi hingga September mendatang. Negara yang masih berkeras melanjutkan kompetisi perlu berpikir ulang.
Oleh
DOMINICUS HERPIN DEWANTO PUTRO
·4 menit baca
Paris, Rabu - Harapan untuk bisa menuntaskan seluruh liga domestik musim ini di Eropa semakin pudar karena situasi belum aman, setidaknya dalam empat bulan ke depan. Liga-liga top Eropa satu per satu sudah membatalkan kompetisi musim ini. Setelah Belanda, kini giliran Perancis.
Perdana Menteri Perancis Edouard Philippe, mengatakan semua kegiatan yang melibatkan banyak orang, termasuk ajang olahraga, tidak boleh digelar hingga September mendatang. “Kompetisi olahraga profesional musim 2019-2020, terutama sepak bola, tidak akan bisa dilanjutkan,” katanya.
Keputusan itu diambil sebagai upaya menekan penyebaran penyakit Covid-19. Hingga Rabu, (29/4/2020), Perancis menjadi negara dengan jumlah korban jiwa terbesar akibat Covid-19 setelah Amerika Serikat, Italia, dan Spanyol.
Dengan demikian, Liga Perancis atau Ligue 1 harus mengalah demi kepentingan yang lebih besar, yaitu keselamatan manusia. Langkah tersebut sudah sesuai anjuran Ketua Komite Kesehatan Federasi Asosiasi Sepak Bola Internasional atau FIFA, Michel D’Hooghe.
Menurut D’Hooghe, saat ini masih terlalu dini bagi para pemain sepak bola untuk berlaga dan mengalami kontak fisik dengan pemain lainnya. “Laga sepak bola dapat digelar apabila pemain sudah boleh melakukan kontak fisik. Sepak bola tetaplah olahraga dengan kontak fisik, sedangkan saat ini kontak fisik harus dihindari,” ujarnya.
Pernyataan D’Hooghe itu menjadi alarm bagi negara-negara Eropa lainnya yang berkeras melanjutkan kompetisi musim ini seperti Jerman, Italia, Inggris, dan Spanyol. Liga Jerman bahkan sudah kembali menggelar latihan agar liga bisa dilanjutkan pada Mei. Klub-klub Italia dan Inggris juga sudah siap berlatih.
Meski kompetisi di beberapa negara itu nantinya akan digelar tanpa penonton, risiko yang ditimbulkan kontak fisik tetap ada. “Dunia belum siap menyambut kompetisi sepak bola. Sekarang anda perlu lebih bersabar,” ujar D’Hooghe.
Masalah kesehatan harus tetap menjadi prioritas di atas kepentingan ekonomi dalam industri sepak bola. Keputusan menghentikan liga adalah keputusan yang menyangkut masalah hidup dan mati orang banyak.
Federasi Sepak Bola Perancis (FFF), klub-klub Liga Perancis, dan organisasi pesepak bola Perancis, sepakat dengan prioritas kesehatan manusia tersebut dan menerima keputusan pemerintah Perancis. “Ini adalah keputusan yang bijaksana,” kata Presiden Nice, Jean-Pierre Riviere.
Namun, Presiden Liga Spanyol, Javier Tebas, menilai Perancis terburu-buru menghentikan liga. Menurut dia, memulihkan industri sepak bola yang sedang terpuruk juga tidak kalah penting. Kerugian besar pasti akan terjadi jika liga sampai dibatalkan.
Tebas pun tetap mengikuti jejak Jerman dan negara Eropa lainnya yang mulai menyiapkan langkah untuk menuntaskan musim ini. La Liga pun berencana menggelar latihan kembali pada 4 Mei mendatang. “Kami tetap fokus menghidupkan sepak bola tetapi tetap bertanggung jawab dengan mengikuti rekomendasi di bidang kesehatan,” kata Tebas seperti dikutip Marca.
Langkah lanjutan
Penghentian liga menyisakan tugas berat bagi pengelola liga profesional Perancis (LFP). Mereka harus menentukan apakah tetap menentukan juara dan tim-tim yang terdegradasi (termasuk tim yang akan dipromosikan) atau murni membatalkan liga seperti yang dilakukan Belanda pada pekan lalu.
Saat ini, Paris Saint-Germain masih menduduki puncak klasemen sementara dengan 68 poin, sedangkan Marseille berada pada peringkat kedua dengan 56 poin. PSG masih punya 11 laga tersisa, satu laga lebih banyak dari pada Marseille. Sementara Nimes, Amiens, dan Toulouse, berada pada peringkat tiga terbawah alias zona degradasi.
Selain itu, Liga Perancis butuh menentukan tim-tim yang layak untuk mengikuti kompetisi level Eropa seperti Liga Champions dan Liga Europa yang ditentukan berdasarkan peringkat akhir klasemen. Untuk itu, LFP berencana menggelar pertemuan jarak jauh pada Kamis (30/4/2020), untuk membahas langkah selanjutnya.
Hal itulah yang membuat Presiden Lyon, Jean-Michel Aulas, merasa Liga Perancis musim ini tidak bisa berhenti begitu saja. “Sangat penting untuk menemukan solusi alternatif. Misalnya dengan menggelar laga playoff selama Agustus atau menunda musim berikutinya hingga 15 September,” katanya.
Namun, Presiden FFF, Noel Le Graet, mengatakan penundaan musim baru (2020-2021) bukan solusi terbaik. “Jika musim baru (2020-2021) tidak digelar sebelum September, kami memiliki masalah besar,” kata Le Graet dikutip L’Equipe.
Jadwal kompetisi musim 2020-2021 yang sudah tersusun rapi akan menjadi berantakan jika ikut tertunda. Le Graet pun berharap kompetisi musim depan bisa tetap digelar pada Agustus tanpa penonton.
Upaya menyelamatkan jadwal musim yang baru pun kini menjadi perhatian UEFA yang telah menetapkan 25 Mei sebagai batas waktu bagi para anggotanya untuk melaporkan kondisi liga domestik. Negara yang sudah membatalkan liga domestik diminta untuk memberitahu klub mana saja yang layak mengikuti kompetisi Eropa musim 2020-2021. (AFP/REUTERS)