Setelah tertunda, Liga Korea Selatan akan dimulai pada 8 Mei. Selain dilangsungkan tanpa penonton, pemain dan pelatih juga harus mematuhi aturan baru yang diterapkan pengelola liga, termasuk dipangkasnya jumlah laga.
Oleh
M IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
SEOUL, SELASA — Liga profesional Korea Selatan atau K-League akan menjadi kompetisi sepak bola pertama di Benua Asia yang bergulir kembali setelah tertunda akibat wabah Covid-19. Musim 2020, menurut rencana, dimulai 8 Mei dengan sejumlah aturan baru untuk mengantisipasi penyebaran virus korona baru di lapangan hijau.
Berdasarkan hasil kesepakatan Asosiasi Sepak Bola Korea Selatan (KFA) bersama K-League, penyelenggara liga, dan 12 klub K-League 1, tercapai kesepakatan bahwa musim 2020 akan berjalan lebih singkat. Sejak menggunakan sistem baru pada 2013, sebanyak 12 klub akan bertemu tiga kali dalam format kompetisi penuh.
Setelah semua tim memainkan laga ke-33, liga akan memasuki babak final. Final A berisi enam tim teratas untuk menentukan juara liga dan tiga tiket Liga Champions Asia, sedangkan Final B akan menjadi penentuan bagi dua tim yang akan terdegradasi ke K-League 2.
Musim 2020, yang seharusnya berlangsung 29 Februari-4 Oktober, terpaksa ditunda akibat wabah Covid-19. Namun, liga itu telah memiliki jadwal baru, yaitu 8 Mei hingga 8 November. Laga perdana jadwal baru menampilkan partai besar antara juara bertahan Jeonbuk Motors dan juara Piala FA Korea musim 2019, Suwon Bluewings.
Khusus musim ini, semua klub hanya akan menjalani maksimal 27 laga. Sebanyak 22 pertandingan untuk musim reguler serta 5 pertandingan untuk babak final penentu juara dan degradasi.
”Apabila kondisi wabah tidak bisa membuat kompetisi berjalan normal, K-League 1 minimal berjalan 22 pertandingan sebelum bisa dihentikan. Setelah liga memasuki pekan ke-22, juara dan jatah kompetisi Asia baru bisa ditentukan. Sementara sistem promosi-degradasi akan dibahas kemudian,” bunyi pernyataan K-League di laman resmi seusai rapat bersama, Jumat (24/4/2020).
Pelaksanaan liga dilakukan setelah pemerintah pusat Korsel mencabut kondisi darurat dan mengizinkan beroperasinya fasilitas umum, pekan lalu. Hal itu diputuskan seiring penambahan kasus baru yang hanya satu digit atau di bawah 10 kasus per hari sejak pertengahan April lalu. Secara total, terdapat 10.700 kasus Covid-19 ditemukan di Korsel dengan 240 jiwa meninggal dunia.
Aturan jarak sosial
Liga Korsel 2020, baik K-League 1 maupun K-League 2, juga akan dilaksanakan tanpa kehadiran penonton di stadion. Untuk mencegah penyebaran virus korona baru, sebanyak 1.142 orang yang terdiri dari pemain, staf kepelatihan, staf tim, wasit, dan supervisor pertandingan akan menjalani tes usap (swab) sepekan sebelum pembukaan liga. Ketika liga telah berlangsung, tes usap akan wajib dilaksanakan setiap dua minggu kepada semua pihak yang terlibat dalam pertandingan.
Selain itu, tradisi bersalaman antarpemain sebelum pertandingan juga ditiadakan. Para pemain juga harus memiliki botol minum sendiri ketika bertanding serta dilarang meludah di lapangan.
Andai ditemukan pemain yang positif mengidap Covid-19, pemain itu akan menjalani isolasi diri selama dua pekan. Di sisi lain, apabila pemain terinfeksi Covid-19 setelah liga bergulir, tim asal pemain dan tim terakhir yang dihadapi akan menjalani isolasi dan berhenti bertanding selama dua pekan.
Selain itu, tradisi bersalaman antarpemain sebelum pertandingan juga ditiadakan. Para pemain juga harus memiliki botol minum sendiri ketika bertanding serta dilarang meludah di lapangan.
Aturan jarak sosial yang paling signifikan ialah larangan bagi para pemain untuk berbincang di tengah laga, baik itu untuk rekan satu tim maupun pemain tim lawan. Kapten klub Incheon United, Kim Do-hyuk, mengatakan, para pemain tidak akan memiliki masalah terkait aturan larangan meludah, tetapi larangan untuk berbincang kepada teman satu tim mustahil dilakukan.
”Apabila kami tidak bisa melakukan percakapan di lapangan, mungkin lebih baik tidak usah memainkan sepak bola,” ucap Do-hyuk.
Meski begitu, ia berkomitmen mematuhi aturan tersebut. Pasalnya, Do-hyuk dan rekan setimnya sangat berharap para penonton bisa segera kembali menyaksikan laga di stadion.
”Kami akan mengambil peran untuk menghentikan penyebaran virus di lapangan hijau sehingga kami berharap bisa melihat kembali bangku stadion terisi oleh para penggemar,” kata gelandang berusia 28 tahun itu.
Selain pemain, pelatih juga harus menyesuaikan diri dengan aturan baru. Semua pelatih, staf kepelatihan, semua pemain cadangan, serta setiap individu di sisi lapangan harus menggunakan masker.
”Pasti tidak nyaman ketika harus memberikan instruksi dengan menggunakan masker. Namun, di saat ini, itu hal yang harus kita lakukan,” tutur pelatih tim K-League 2, Suwon FC, Kim Do-kyun.
Penundaan dilanjutkan
Sementara itu, liga Jepang atau J-League yang awalnya direncanakan akan dimulai 9 Mei kembali mengalami penundaan. Direktur J-League, operator Liga Jepang, Murai Mitsuru, mengatakan, pihaknya masih terus mengamati perkembangan wabah Covid-19 di Jepang seiring sejumlah prefektur memperpanjang situasi darurat hingga pekan pertama Mei.
”Pemain dan klub akan diizinkan beraktivitas kembali sejak 23 Mei. Kami memutuskan memberikan klub periode persiapan selama tiga pekan sehingga liga paling cepat akan dimulai pada 13 Juni,” ujar Mitsuru dilansir dari koran olahraga Jepang, Geki Saka.
Untuk mencegah penyebaran Covid-19, Mitsuru menuturkan, pihaknya telah menyiapkan kewajiban tes PCR kepada semua pemain, pelatih, wasit, dan perangkat pertandingan. Terkait dengan potensi kehadiran penonton di stadion, Misturu mengungkapkan, J-League tengah mengkaji dan melakukan simulasi mengenai kehadiran penonton di stadion, seperti bagaimana penonton makan dan duduk di tribune stadion.
”Kami tengah memikirkan untuk mengurangi jumlah penonton maksimal 50 persen dari kapasitas stadion. Pada masa mendatang, kami mungkin akan menjlankan pertandingan tanpa penonton sebagai opsi,” ucap Mitsuru. (AFP)