Everton sudah dua kali menjatuhkan hukuman kepada pemain muda asal Italia, Moise Kean, pada musim ini. Kean pernah dihukum karena sering terlambat mengikuti pertemuan tim dan kini melanggar aturan pembatasan sosial.
Oleh
Herpin Dewanto Putro
·3 menit baca
LIVERPOOL, SENIN — Pelanggaran terhadap aturan pembatasan sosial yang dilakukan penyerang muda Everton, Moise Kean (20), semakin membuktikan bahwa pemain asal Italia itu masih bermasalah dengan kedisiplinan. Ketika sinarnya meredup di Everton, Kean kini justru semakin bandel.
Pada akhir pekan lalu, surat kabar Daily Star memberitakan kegiatan pesta yang digelar Kean di apartemennya. Dalam pesta tersebut, Kean merekam dirinya tengah bersenang-senang bersama beberapa temannya, baik pria maupun perempuan.
Kabar itu membuat Everton kecewa karena salah satu pemainnya tidak mengikuti anjuran pemerintah untuk tetap berdiam di rumah dan menghindari pertemuan langsung dengan teman atau orang lain. Kean seharusnya memberi contoh yang baik karena pesepak bola profesional menjadi panutan banyak orang.
”Klub menyatakan kekecewaan yang sangat mendalam terhadap sang pemain (Kean) dan memastikan bahwa perbuatan tersebut sama sekali tidak bisa diterima,” demikian pernyataan resmi Everton yang dirilis, Minggu (26/4/2020).
Kean dinilai tidak menghormati para tenaga medis yang kini sedang bekerja dengan mempertaruhkan nyawa.
Dengan menggelar pesta tersebut, Kean dinilai tidak menghormati para tenaga medis yang kini sedang bekerja dengan mempertaruhkan nyawa.
Perbuatan Kean menjadi bertolak belakang dengan aksi-aksi para pesepak bola lainnya yang tengah gencar menggalang donasi atau berinisiatif memotong gaji selama pandemi. Everton sendiri sudah punya aksi sosial yang merupakan hasil kerja sama dengan klub tetangga, Liverpool, yaitu aksi mengumpulkan makanan untuk orang-orang yang membutuhkan di sekitar mereka.
Everton pun, seperti diberitakan The Telegraph, berencana menjatuhkan hukuman berupa denda sebesar 160.000 pounds atau sekitar Rp 3 miliar kepada eks pemain Juventus itu, Senin (27/4/2020). Denda itu setara gaji Kean selama dua pekan.
Bukan kali ini saja Kean mendapat hukuman dari klubnya itu. Pada November 2019, ketika Marco Silva masih menjadi manajer Everton, Kean dicoret dari skuad tim saat mereka hendak melawan Southampton. Silva menghukum Kean dengan pencoretan itu karena sudah dua kali terlambat mengikuti pertemuan tim.
Sinar meredup
Saat masih berada di Juventus pada tahun 2016-2019, Kean disebut sebagai bintang masa depan karena penampilannya yang sensasional. Pada Mei 2017, ketika masih berusia 17 tahun, Kean mencetak sejarah sebagai pemain termuda yang mencetak gol di salah satu dari lima liga top Eropa.
Rekor itu terjadi di Stadion Renato Dall’Ara saat Juventus mengalahkan Bologna, 2-1, pada laga Liga Italia Serie A. Saat itu, Kean belum banyak dikenal publik. Ia turun menggantikan Paulo Dybala dan memberikan kejutan.
Penampilannya yang cemerlang membuat Kean turut dipanggil untuk memperkuat tim nasional Italia. Pelatih timnas Italia Roberto Mancini memang memberi banyak kesempatan kepada para pemain muda, dan Kean sama sekali tidak mengecewakannya.
Itulah mengapa Everton sangat berminat merekrut Kean pada musim panas 2019 dan membelinya seharga 25 juta pounds atau Rp 480 miliar. Namun, penampilan cemerlang Kean belum terlihat lagi di Goodison Park, kandang Everton. Hingga saat ini, Kean baru mencetak satu gol dari 22 laga yang ia jalani.
Manajer Everton saat ini yang menggantikan Silva, Carlo Ancelotti, mengatakan Kean masih perlu waktu untuk beradaptasi di Liga Inggris. Ia pun optimistis Kean masih bisa menampilkan kemampuan terbaik.
”Dia punya kualitas yang fantastis dan saya yakin dia akan jadi pemain top. Namun, ia kini masih sangat muda dan semuanya masih terasa baru bagi dia,” kata Ancelotti dikutip The Guardian.
Popularitas dan gaji yang tinggi juga menjadi sesuatu yang baru sekaligus godaan bagi para pemain muda seperti Kean. Denda yang diberikan Everton kali ini diharapkan mampu menyadarkan Kean bahwa jalannya masih panjang.