Pembatalan Eredivisie oleh KNVB untuk pertama kali sepanjang sejarah kompetisi, menyisakan pertanyaan tentang keadilan bagi klub-klub peserta. Sejumlah klub merasa dirugikan, meskipun ada juga yang diuntungkan.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
AMSTERDAM, SABTU – Liga Belanda atau Eredivisie menjadi kompetisi Eropa pertama yang mengambil sikap untuk membatalkan musim 2019/2020 tanpa adanya tim juara, degradasi, dan promosi. Keputusan mengakhiri musim dengan prematur itu dihujani kritikan dari klub-klub yang merasa diperlakukan tidak adil.
Pandemi Covid-19 memaksa musim Eredivisie dibatalkan untuk pertama kali sejak liga dibentuk 64 tahun lalu, pada 1956. Pembatalan liga diambil setelah pemerintah Belanda memutuskan larangan seluruh kegiatan olahraga hingga 1 September 2020.
“Dalam keadaan ini, tidak tepat berbicara siapa yang juara ataupun tidak. Karena masih banyak pertandingan yang harus dimainkan, kami juga percaya tidak akan memberlakukan promosi maupun degredasi,” tulis Federasi Sepak Bola Belanda (KNVB) dalam situsnya, pada Sabtu (25/4/2020).
Keputusan menhentikan liga bisa dipahami para klub. Namun, banyak klub yang merasa dirugikan akibat kebijakan liga yang tanpa juara, degradasi, dan promosi, serta penentuan tempat di kompetisi Eropa musim depan yang merujuk pada klasemen prematur. Padahal, kebijakan itu diambil setelah diskusi bersama baik dari KNVB, Eredivisie, maupun 34 klub profesional di Belanda.
Pemuncak klasemen, Ajax Amsterdam, merasa paling dirugikan dengan keputusan tanpa juara. Tim asuhan Erik ten Haag ini gagal membawa pulang gelar ke-35, meski berada di puncak klasemen sementara, dengan 56 poin dari 25 pertandingan.
Dusan Tadic, kapten Ajax, amat frustasi karena batal juara. “Saya tidak masalah dengan dihentikannya kompetisi, tetapi nomor satu tetaplah nomor satu. Kami berada di puncak setelah 25 laga (tersisa 11 laga). Bahkan dalam keadaan ini, anda seharusnya tetap mendeklarasikan juara. Hadiah milik kami diambil begitu saja, tentu sangat mengecewakan,” ucapnya.
Pukulan telak juga harus dihadapi tim papan atas divisi kedua Liga Belanda, SC Cambuur dan De Graafshcap, yang di atas kertas akan mendapat promosi musim depan. Kebijakan tidak adanya promosi cukup kontroversial karena dalam pemungutan suara, mayoritas (16 tim), sepakat memberikan promosi kepada dua tim tersebut. Sementara itu, masing-masing 9 tim menolak dan tidak memilih.
Pelatih Cambuur, Jan de Jonge sangat marah dengan keputusan ini. Menurut dia, hasil diskusi yang dibuat tidak sama dengan kenyataan dalam pemungutan suara. Cambuur merasa berhak mendapat promosi karena sudah memimpin klasemen sejak pertengahan Oktober tahun lalu.
“Ini adalah aib terbesar bagi sejarah olahraga Belanda. Saya pikir tidak apa-apa tanpa degradasi. Tetapi biarkan kami bergabung (ke Eredivisie). Keputusan ini adalah pukulan besar bagi kami,” sebut de Jonge.
Kejanggalan kuota
Sementara itu, liga yang berakhir prematur juga membuat ketidakpastian pemberian tiket tim untuk mengikuti kompetisi Eropa musim depan. Sebab, ada beberapa tim yang memainkan satu pertandingan lebih sedikit dibandingkan pesaingnya.
Salah satunya, FC Utrecht, yang berada di posisi ke-6 dengan 41 poin. Mereka baru memainkan 25 laga, sedangkan peringkat ke-5, Willem II, yang memiliki 44 poin sudah menjalankan 26 laga.
Meski FC Utrecht masih bisa menyusul, KNVB memutuskan memberikan tiket untuk kualifikasi Liga Europa kepada Willem II. Hal tersebut pun dinilai sebagai keputusan yang tidak adil dan sangat merugikan klub.
Sebenarnya, FC Utrecht bisa lolos ke Liga Europa melalui Piala KNVB. Mereka masuk ke final kompetisi tersebut. Namun, partai final mereka melawan Feyenoord dipastikan tidak akan dimainkan.
Direktur FC Utrecht Thijs van Es menyebut kebijakan yang diambil merupakan sejarah kelam bagi sepak bola Belanda. “Ini tidak benar bagaimana KNVB bersikap. Proses ini tidak bisa dipahami. Ketika kami bertanya tentang kelanjutan kompetisi (Piala KNVB) mereka hanya diam,” tegasnya.
Menurut KNVB, pemberian tempat ke kompetisi Eropa memang sudah diputuskan berdasarkan klasemen terakhir sebelum pembekuan liga. Hal tersebut mengikuti panduan baru yang dikeluarkan oleh Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA).
Dengan petunjuk itu, Ajax diberikan tiket langsung untuk menuju babak utama Liga Champions musim depan. Sementara itu, AZ Alkmaar, di peringkat kedua, harus berjuang terlebih dulu di babak kedua kualifikasi Liga Champions.
Peringkat ketiga, Feyenoord, akan melaju langsung ke babak grup Liga Europa. Sementara itu, dua peringkat di bawah Feyenoord, PSV dan Willem II, lolos ke kualifikasi Liga Europa.
Di lain sisi, ada juga tim yang mendukung keputusan KNVB. Misalnya, RKC Waalwijk, yang dinyatakan tidak akan terdegradasi walupun menduduki juru kunci klasemen dengan hanya 15 poin dari 26 laga.
“Ini keputusan yang kami harapkan. Ini tepat karena masih banyak pertandingan tersisa untuk bisa memutuskan kami terdegradasi. Musim lalu, FC Emmen berada di peringkat ke-17 (zona degradasi) di pekan yang sama seperti sekarang. Mereka mengakhiri musim di posisi ke-14,” kata Direktur RKC Waalwijk, Frank van Mosselveld. (AP)