Pasal baru yang dimasukkan FIA terkait pengambilan keputusan aturan Formula 1 bisa menjegal upaya Ferrari mempertahankan anggaran tim tidak dipangkas lebih jauh, yaitu hingga 100 juta dollar AS per musim.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·4 menit baca
PARIS, JUMAT — Usaha Ferrari agar anggaran tim-tim Formula 1 tidak dipangkas besar-besaran menemui rintangan besar. Hal itu menyusul munculnya pasal bahwa keputusan bisa diambil melalui suara terbanyak. Sebelumnya, perubahan aturan di F1 hanya bisa diputuskan melalui kesepakatan bulat tim-tim peserta.
Regulasi baru ini bisa menguntungkan tim-tim kecil yang menginginkan adanya jaminan kelanggengan F1 serta membuat ajang itu lebih kompetitif. Adapun Ferrari menjadi tim yang paling tegas menolakpembatasan anggaran tim (budget cap)untuk melindungi tim-tim kecil serta supaya persaingan juara menjadi lebih terbuka.
Sebelumnya, budget cap ditetapkan 175 juta dollar AS (Rp 2,706 triliun) dan akan diberlakukan mulai 2021. Namun, pandemi Covid-19 membuat batasan itu lantas diturunkan menjadi 150 juta dollar AS (Rp 2,319 triliun).
Negosiasi terus berlangsung hingga tim-tim kecil, yang dimotori McLaren meminta budget cap diturunkan kembali menjadi 145 juta dollar AS (Rp 2,241 triliun) yang akan diterapkan mulai 2021. Lalu, menjadi 130 juta dollar AS (Rp 2,01 triliun) pada 2022.
Bahkan, sejumlah tim meminta batas anggaran diturunkan lebih ekstrem, yaitu hingga 100 juta dollar AS (Rp 1,545 triliun) mulai 2022. Ferrari menolak usulan itu dan menegaskan anggaran 145 juta dollar AS sudah mentok dan tidak boleh diturunkan lagi. Ferrari juga menawarkan dua skema anggaran untuk tim-tim konstruktor dan tim-tim konsumen. Namun, usulan itu dinilai sudah ketinggalan zaman.
Di tengah situasi yang tidak kunjung menemui titik temu ini, Federasi Otomobil Internasional (FIA), Jumat (24/4/2020), memasukkan pasal baru dalam aturan pengambilan keputusan F1. Pasal yang disebut safeguard itu menyatakan, untuk melindungi kejuaraan dunia dan kompetisi lainnya dalam masa pandemi Covid-19 ini, keputusan bisa diambil melalui suara terbanyak.
Ketentuan itu menganulir aturan sebelumnya yang mewajibkan keputusan diambil dengan suara bulat di antara seluruh peserta kejuaraan. Pasal baru itu bisa diterapkan FIA dan F1 jika perbedaan pendapat antara mayoritas tim dan Ferrari yang sejalan dengan Red Bull tidak kunjung selesai.
Jika anggaran dipangkas lebih rendah, Ferrari harus mengurangi karyawan atau mengalihkan sejumlah staf ke ajang balapan lainnya. Ini tidak ingin dilakukan tim prestisius yang bermarkas di Italia itu.
Ferrari menegaskan, jika anggaran dipangkas lebih rendah, mereka harus mengurangi karyawan atau mengalihkan sejumlah staf ke ajang balapan lainnya. Ini tidak ingin dilakukan tim prestisius yang bermarkas di Italia itu.
”Nilai 145 juta dollar AS sudah menjadi usulan baru dari apa yang ditetapkan pada Juni lalu. Ini tidak bisa diwujudkan tanpa pengorbanan-pengorbanan lain, khususnya dalam sumber daya manusia kami. Jika batasan itu lebih rendah lagi, kami tidak ingin berada dalam posisi harus melihat opsi lebih lanjut lainnya untuk menyebarkan DNA balap kami,” tegas Kepala Tim Ferrari Mattia Binotto kepada The Guardian.
Ferrari kemudian mengklarifikasi bahwa apa yang disampaikan oleh Binotto bukan berarti Ferrari berniat meninggalkan F1. Opsi lebih lanjut yang dimaksud oleh Binotto adalah langkah lainnya selain meninggalkan F1.
”Kita semua sadar bahwa F1 dan seluruh dunia saat ini sedang melalui saat-saat sulit karena pandemi Covid-19. Namun, ini bukan saatnya bertindak buru-buru karena ada risiko dalam pengambilan keputusan dalam situasi darurat ini tanpa mengevaluasi dengan jernih semua konsekuensinya,” ujar Binotto.
Argumen Binotto itu dianggap CEO McLaren Zak Brown sebagai penyangkalan Ferrari dari situasi riil saat ini. Ia pun berharap FIA dan F1 melakukan langkah tegas dan kuat melawan veto dalam situasi luar biasa ini.
”Kami dalam situasi di mana jika F1 mengikuti kebiasaan lamanya, kita semua menghadapi risiko sangat besar terkait masa depan F1. Dan, saya pikir jika berpikir maju dan mengikuti perkembangan zaman, kita tidak bisa hanya bertahan dari apa yang terjadi saat ini. Melainkan, berpikir olahraga ini dapat berkembang dan kita semua menang,” tegas Brown.
”Saya terbuka pada debat yang sehat dan bagus. Tetapi, saya pikir komentar-komentar yang dikemukakan (Ferrari) tidak masuk akal, berlawanan dengan diri mereka, dan tidak secara akurat mencerminkan apa yang saya pikir sebuah kenyataan,” kritik Brown.
Momentum emas
Penerapan budget cap ini mendapat momentum emas akibat krisis seiring pandemi Covid-19. Saat ini, tim-tim F1, terutama yang beranggaran terbatas seperti McLaren, Williams, Haas, dan Racing Point, mengalami tekanan finansial yang sangat besar.
Sebagian besar dari tim-tim gurem itu telah memangkas gaji dan merumahkan pegawai serta mengurangi gaji para pebalapnya. Balapan sangat penting bagi tim-tim untuk bisa kembali menggerakkan perekonomian.
”Kami telah menghabiskan begitu banyak waktu dalam banyak rapat kepala tim bersama FIA dan F1 dalam empat pekan terakhir untuk memastikan kami semua melewati ini (krisis) pada akhir tahun tanpa terluka,” tegas Claire Williams, wakil kepala tim Williams dikutip Autosport.