Klub-klub di Italia dibelah perbedaan terkait nasib liga yang tertunda. Dilanjutkannya liga itu dianggap pil pahit baru bagi mayoritas klub di utara. Sebaliknya, itu ibarat ”oase” di selatan.
Oleh
Adrian Fajriansyah
·4 menit baca
ROMA, SELASA — Keberlanjutan Liga Italia, yang tertunda sejak awal Maret lalu, mendapatkan tantangan sulit. Klub-klub sepak bola di Italia belum kompak, bahkan terbelah, oleh rencana melanjutkan liga itu.
Sedikitnya tujuh klub di Italia menolak dilanjutkannya liga Serie A. Mereka adalah Bologna, Brescia, Fiorentina, Parma, Sampdoria, SPAL, dan Udinese. Penolakan klub-klub yang mayoritas dari wilayah utara Italia itu didasari tingginya risiko penularan Covid-19 yang belum juga mereda hingga saat ini.
Mereka masih khawatir laga sepak bola bisa menjadi sumber gelombang kedua penularan virus korona baru. Italia utara adalah wilayah terparah penularan Covid-19 sepanjang Maret hingga April di negara itu.
Di sisi lain, Football-Italia pada Senin (20/4/2020) melaporkan, sejumlah klub Italia lainnya di selatan tidak sabar ingin memulai kembali kompetisi sepak bola. Salah satu tim yang ngotot meminta latihan dan liga Serie A segera digulirkan kembali adalah Lazio.
Tim asal ibu kota Italia itu memang tengah bernafsu mengejar trofi juara Serie A. Lazio hanya terpaut satu poin dari Juventus di puncak klasemen.
”Olahraga ataupun sepak bola punya nilai sosial tinggi. Itu bisa memberikan kegembiraan. Emosi positif sepak bola akan sangat membantu orang-orang yang tengah menghadapi suasana depresi yang melelahkan saat ini,” ujar Roberto Mancini, mantan pelatih Lazio yang kini menangani tim nasional Italia.
Terkait polemik itu, operator Liga Italia belum mengeluarkan keputusan apa pun. Namun, Dewan Serie A bertekad menyelesaikan liga musim ini sepanjang pemerintah mengizinkan.
”Dimulainya kembali kegiatan olahraga, terutama Serie A, masih menunggu izin sejumlah otoritas, mulai dari FIFA, UEFA, FIGC (Federasi Sepak Bola Italia), hingga protokol kesehatan,” bunyi keterangan operator Liga Italia.
Protokol kesehatan dimaksud tengah disusun FIGC dengan melibatkan sejumlah ahli. Dalam dokumen yang bocor ke media, protokol itu antara lain berisikan kewajiban klub melakukan tes cepat dan usap tenggorokan kepada para pemain dan anggota staf. Mereka juga diminta menjaga jarak. Saat latihan, misalnya, jarak antar-pemain dibatasi 2 meter.
Lalu, seusai berlatih ataupun berlaga, mereka diwajibkan memakai masker dan rutin membersihkan diri. Para pemain dan staf klub dilarang makan dan istirahat secara berdekatan.
Serie A direncanakan mulai bergulir kembali akhir Mei dan selesai paling lambat akhir Juli mendatang. Klub-klub pun dijadwalkan mulai berlatih awal Mei. Meskipun demikian, rencana itu belum menjadi sebuah keputusan bulat.
”Saya belum bisa memastikan apakah klub-klub bisa memulai kembali latihan pada 4 Mei. Saya baru akan bertemu FICG guna membahas protokol (kesehatan) pada Rabu (22/4). Kami harus mengevaluasi semuanya dengan sangat hati-hati,” kata Menteri Olahraga Italia Vincenzo Spadafora.
Selain terbelahnya sikap klub di Italia, kekhawatiran Serie A tidak bisa bergulir dalam waktu dekat muncul setelah Rodolfo Tavana—perwakilan operator Liga Italia—memutuskan keluar dari tim penyusun protokol kesehatan olahraga.
Menurut Rai Sport, Tavana mundur karena ada konflik internal di dalam tim itu. Mantan tenaga medis AC Milan tersebut tidak diajak berkomunikasi saat tim menyusun rancangan akhir protokol kesehatan yang akan dikirim kepada Pemerintah Italia.
Meskipun mendukung kompetisi sepak bola dilanjutkan, Presiden UEFA Aleksander Ceferin menilai, terlalu dini untuk membahas jadwal dilanjutkannya kembali liga-liga. Ia mengajak semua pihak mengikuti anjuran medis seraya menunggu hingga situasi terkendali.
”Kami mengevaluasi serangkaian opsi yang ada. Namun, dari kesimpulan sejauh ini, sulit jika kompetisi musim ini mundur hingga September atau Oktober. Itu bakal mengganggu kalender pada musim berikutnya,” ujarnya seperti dikutip Corriere della Sera.
Langkah berani
Sementara itu, liga-liga lainnya di Eropa, seperti di Jerman, mengambil langkah berani untuk melanjutkan liga tertunda. Bundesliga direncanakan kembali bergulir mulai 9 Mei 2020.
Protokol kesehatan olahraga di Jerman selesai disusun dan dibagikan ke klub-klub. Para pemain telah menjalani latihan di klub masing-masing sejak awal April lalu. Liga itu direncanakan bergulir tanpa penonton.
Tidak ada alasan klub tidak bisa menghadirkan penonton. Operator tinggal mengatur mereka datang ke stadion dengan menjaga jarak, misalnya 10 meter.
Namun, mantan kiper Borussia Dortmund, Jens Lehmann, masih berharap dan yakin Bundesliga bisa berlangsung dengan dihadiri beberapa pengemar di stadion. ”Tidak ada alasan klub tidak bisa menghadirkan penonton. Operator tinggal mengatur mereka datang ke stadion dengan menjaga jarak, misalnya 10 meter,” ujarnya.
Di Perancis, Presiden Olympique Lyon Jean-Michel Aulas mendukung ide kompetisi tetap digelar meskipun tuntas akhir tahun. ”Ini masuk akal mengingat Piala Dunia Qatar 2022 digelar November-Desember 2022,” ungkapnya dikutip Sport Star. (Reuters)