Memastikan setiap orang bisa bertahan hidup selama pandemi Covid-19 menjadi persoalan yang paling penting. Persoalan lain seperti sepak bola, untuk sementara bisa dinomorduakan.
Oleh
D HERPIN DEWANTO PUTRO
·4 menit baca
MADRID, SELASA - Gelandang Atletico Madrid, Saul Niguez, menganggap sepak bola bukan sesuatu yang perlu diprioritaskan selama terjadi pandemi Covid-19. Sepak bola bahkan tidak ada dalam pikirannya, karena ia merasa tugas utama para pemain saat ini adalah mengulurkan tangan kepada sesama yang membutuhkan.
Saul sejenak melupakan euforia saat Atletico sukses melaju ke babak perempat final Liga Champions musim ini setelah menyingkirkan juara bertahan, Liverpool. Kesuksesan itu terjadi pada pekan kedua Maret, sesaat sebelum pandemi melumpuhkan hampir seluruh kompetisi olahraga di dunia.
Saul dan sebagian besar atlet lainnya hanya bisa berlatih di rumah dan menanti kejelasan mengenai kelanjutan kompetisi. “Klub akan memanggil jika sudah waktunya bekerja. Saya sudah menyiapkan fisik dan mental dengan baik. Namun, sepak bola adalah hal nomor dua saat ini,” kata pemain berusia 25 tahun yang tengah diincar Manchester United ini.
Ketika berada di rumah, Saul gelisah karena ia melihat berita-berita menyedihkan terkait dampak pandemi. Ia kemudian menghubungi agennya dan mengatakan, ia perlu melakukan sesuatu untuk membantu orang-orang menghadapi situasi ini.
Krisis ini bisa bertambah parah dan apa yang saya lakukan tidak akan cukup, tetapi saya ingin membantu. Saya harus mencoba.
Akhirnya Saul pun meluncurkan gerakan amal bertajuk “Saldremos Juntos” yang berarti “kita akan melalui ini bersama”. Gerakan amal ini bertujuan menggalang donasi yang nantinya diberikan kepada pekerja lepas maupun pengusaha kecil yang mengalami kerugian akibat pandemi.
“Ide ini muncul hanya dalam lima menit dan agen saya sempat mengatakan bahwa ini sulit dilakukan. Dua jam berikutnya, kami sudah membentuk tim,” kata Saul di Madrid, Selasa (21/4/2020). Gerakan amal ini kemudian berkembang dan didukung sekitar 44 figur publik yang terdiri atas atlet, aktor, dan pegiat media sosial. Beberapa pemain sepak bola yang menjadi duta gerakan ini antara lain Sergio Busquets (Barcelona), Alvaro Morata (Atletico Madrid), dan Oliver Torres (Sevilla).
Pengusaha kecil dan pekerja lepas yang butuh bantuan dan sudah mendaftar hingga Selasa berjumlah sekitar 18.000 orang. Jumlah ini terus bertambah mengingat Spanyol adalah negara kedua di dunia yang paling parah terdampak pandemi dengan lebih dari 20.000 orang tewas.
Dari sisi ekonomi, pandemi telah membuat 900.000 orang kehilangan pekerjaan di Spanyol. Sebanyak 3,2 juta pengusaha kecil dan pekerja lepas yang selama ini mengeluh karena tidak mendapat jaring pengaman sosial yang layak dari pemerintah Spanyol pun semakin cemas.
“Krisis ini bisa bertambah parah dan apa yang saya lakukan tidak akan cukup, tetapi saya ingin membantu. Saya harus mencoba,” ujar Saul. Cara untuk berdonasi pun dipermudah agar semakin banyak orang yang berkontribusi untuk membantu sesama.
Saul mengatakan, donator tidak harus membantu uang, bisa juga memberikan barang yang masih bernilai. Misalnya, seorang petenis memberikan raket atau pebalap memberikan helmnya. Saul kemudian akan melelang barang-barang itu dan hasilnya didonasikan.
Melalui cara ini, Saul ingin menekankan bahwa berbagi itu tidak sulit. “Terserah bagaimana anda akan bertindak pada saat seperti ini. Satu-satunya cara untuk melalui masa-masa sulit ini adalah mendukung satu sama lain,” katanya.
Ibarat permainan sepak bola, masing-masing pemain punya peran penting untuk memenangkan tim. Melalui Saldremos Juntos, Saul mengajak orang lain bergabung dengan timnya untuk memenangi “laga” yang benar-benar bisa menentukan hidup dan mati seseorang di dunia nyata.
Eks pemain Barcelona yang kini membela Vissel Kobe, Andres Iniesta, juga ikut menepikan sepak bola untuk sejenak. “Hal terpenting saat ini adalah nyawa seseorang, pekerjaan banyak orang, dan upaya menggerakkan masyarakat untuk mengatasi masalah ini,” katanya.
Pemotongan gaji
Di Inggris, kepedulian terhadap sesama juga dilakukan oleh para pemain, manajer, dan staf pelatih Arsenal. Mulai April ini, mereka sepakat untuk menjalani pemotongan gaji agar beban pengeluaran klub berkurang dan karyawan lain di klub tersebut tidak kehilangan pendapatan.
Arsenal menjadi klub pertama Liga Primer yang memotong gaji pemain. Mereka tergolong terlambat mengambil keputusan ini karena klub-klub di liga top Eropa lainnya sudah melakukan hal serupa.
Sebelumnya, klub-klub Inggris hanya menangguhkan gaji atau memilih untuk merumahkan karyawan seperti yang dilakukan Liverpool, Tottenham Hotspur, dan Bournemouth. Namun, opsi untuk merumahkan karyawan itu sudah dibatalkan karena menuai kritikan.
Adapun pendapatan tahunan pemain, manajer, dan staf pelatih Arsenal akan dipotong sebesar 12,5 persen. Namun, para pemain bisa mendapatkan kembali pendapatan yang terpotong itu apabila memenuhi target lolos kualifikasi Liga Champions musim depan. “Jika mencapai target, terutama kesuksesan di lapangan, klub akan memberikan uang yang besarnya telah disepakati,” demikian pernyataan Arsenal melalui laman resminya. (AFP/REUTERS)