Sprinter terbaik dunia, Peter Sagan, merindukan balap sepeda jalan raya, tetapi dia menolak berlomba secara virtual. Juara dunia tiga kali itu memilih fokus berlatih di rumahnya, menggunakan sepeda statis yang dia benci.
Oleh
Agung Setyahadi
·5 menit baca
MONAKO, MINGGU — Sejak mengundurkan diri pada etape ketujuh Paris-Nice pada pertengahan Maret lalu, Peter Sagan disiplin berlatih di dalam rumahnya di Monako. Dia bahkan sempat menjalani isolasi mandiri selama tiga pekan setelah balapan itu, sebagai antisipasi penyebaran virus korona baru, Covid-19. Kini, pebalap sepeda asal Slowakia itu berharap bisa segera kembali berlatih dan balapan di jalan raya.
”Saya benci bersepeda di gelindingan (alat sepeda statis), tetapi sekarang mereka menjadi teman saya,” ujar Sagan dalam tanya jawab di Instagram.
Sprinter berusia 30 tahun itu juga menggunakan peralatan digital sponsor timnya Bora-Hansgrohe. Akan tetapi, Sagan tidak mengikuti jejak rekan-rekannya yang mengikuti balapan secara virtual termasuk pada ajang klasik Tour of Flanders di platform Zwift. ”Kita lihat saja seberapa lama periode ini berlangsung, tetapi balapan Zwift, dengan kondisi saya, dengan apa yang saya lakukan, dengan persiapan saya, dan peralatan, saya pikir tidak,” tegas Sagan dikutip Cyclingnews, Minggu (19/4/2020).
”Saya pebalap nyata, bukan pebalap maya. Jika ini akan menjadi masa depan, saya tidak berpikir seperti itu. Mungkin saya bisa melakukan beberapa balapan di Zwift dengan sepeda listrik. Bagaimana menurut Anda? Hanya bercanda,” ujar peraih tujuh kali juara kategori poin Tour de France itu.
Sagan yang tinggal di Monako tidak bisa berlatih di luar ruangan karena pemerintah setempat menerapkan aturan ketat selama pandemi Covid-19. Pelanggar akan ditangkap polisi dan didenda seperti dialami oleh pebalap tim Lotto-Soudal Philippe Gilbert. Dia didenda 100 euro (Rp 1,67 juta) oleh polisi Monako karena berlatih di sebuah sirkuit di dekat rumahnya. Gilbert, yang menjuarai empat dari lima balapan klasik Monument itu, mengakui bersalah dan menegaskan semua orang harus mematuhi hukum.
Sedikit dari pebalap yang masih bisa berlatih dengan sepeda di luar ruangan adalah Greg van Avermaet yang tinggal di Belgia. Pebalap tim CCC itu setiap hari bersepeda di jalan raya dan sesekali berlatih dengan sepeda gunung. Namun, latihan mountain bike justru membuat juara balapan virtual Tour of Flanders edisi Lockdown itu mengalami cedera lutut dan harus istirahat sepekan. ”Saya bermasalah dengan lutut saya, saya pikir karena posisi yang buruk di sepeda gunung saya,” ujar Van Avermaet kepada De Morgen.
”Cedera ini akibat kelebihan beban pada tendon di atas lutut. Saya juga mengalami itu pada musim dingin ketika saya mengerjakan terlalu banyak hal yang tidak biasa saya lakukan. Pada musim reguler balap sepeda, saya tidak pernah cedera apa pun,” kata peraih medali emas Olimpiade 2016 itu.
Tanggung jawab sosial
Masa pembatasan sosial saat ini memang membuat para atlet di semua cabang olahraga tidak bisa berlatih maksimal. Kebosanan juga mulai menggerogoti, hingga menumbuhkan kerinduan besar pada aktivitas normal, Sagan tak terkecuali. Namun, dia menghormati aturan dan berusaha bertanggung jawab demi kepentingan bersama yang lebih besar, yaitu membantu menghentikan pandemi.
Setelah pulang dari Paris-Nice, Sagan melakukan isolasi mandiri selama tiga pekan. Makanan disediakan oleh rekan setimnya, Oscar Gatto. Setelah menjalani isolasi, dia kini merasa bersyukur karena bisa lebih sering bersama putranya. Dia juga jarang mengunggah materi di akun media sosialnya. Terakhir, saat dia mengunggah video latihan di bola keseimbangan mengenakan topeng gladiator.
”Saya ingin tetap tidak mencolok,” ujar Sagan terkait minimnya memperbarui status media sosialnya.
”Keluarga saya dan saya baik-baik saja. Saya berlatih di gelindingan dan menjalankan jadwal latihan otot inti setiap hari, tetapi tentu saja saya merindukan latihan dan balapan di jalan, seperti semua orang. Saya menantikan bisa kembali ke kehidupan normal seperti sebelumnya, tetapi untuk saat ini, kita harus mengikuti perintah resmi dan tetap di rumah,” kata juara Paris-Roubaix (2018) dan Tour of Flanders (2016) itu.
Pebalap yang dijuluki ”The Great Sagan” itu, kini fokus mempersiapkan diri untuk menjalani balapan saat kembali bergulir. Pekan lalu, Persatuan Balap Sepeda Internasional (UCI) menunda grand tour Tour de France (TdF) dari 27 Juni-19 Juli menjadi 29 Agustus-20 September. Ajang 21 etape selama 23 hari itu diharapkan bisa diikuti dengan Kejuaraan Dunia Balap Sepeda Jalan Raya, dan dua grand tour Giro d’Italia, dan Vuelta a Espana. Selain itu, beberapa balapan klasik yang masuk dalam The Monument diperkirakan berlangsung di sela-sela waktu yang tersedia.
”Setelah mereka membuat jadwal untuk bagian selanjutnya dari musim ini, saya harus tetap bugar. Jika beberapa balapan akan berlangsung, saya harus sudah siap,” tegas Sagan.
”UCI bersama dengan penyelenggara balapan utama berusaha melakukan yang terbaik bagi olahraga kita dalam situasi sulit dan luar biasa ini. Ketika keadaan memungkinkan kita kembali membalap dengan aman, kita akan kembali ke jalan sehingga para penggemar juga bisa kembali menikmati olahraga yang indah ini,” ujar Sagan.
Dia mengakhiri wawancara dengan mengingatkan bahwa pandemi Covid-19 ini membuat manusia supaya lebih saling perhatian. ”Kita harus lebih memperhatikan orang lain dan menghormati situasi saat ini. Saya sehat, saya tetap di rumah, saya bersama putra saya, saya latihan, saya mengerjakan urusan saya. Saya tidak memiliki masalah. Banyak orang di seluruh dunia jauh lebih menderita dan kita harus menghormati mereka, serta menjadi lebih manusiawi,” pesan Sagan.
Biodata Peter Sagan
Nama : Peter Sagan
Julukan : "Peto", "Peter The Great”, "Three-Pete", "Tourminator"
Lahir : 26 Januari 1990, Zilina, Slowakia (dulu Cekoslowakia)
Tinggi : 182 cm
Berat : 79 kg
Tim : Bora–Hansgrohe
Disiplin : Balap sepeda jalan raya
Tipe pebalap: Puncheur, Sprinter, Spesialis balapan klasik
Tim Profesional:
2009 Dukla Trencín–Merida
2010–2014 Liquigas–Doimo
2015–2016 Tinkoff
2017– Bora–Hansgrohe
Prestasi:
Grand Tours
Tour de France
Juara klasifikasi poin (2012 – 2016, 2018, 2019)
Peraih gelar combativity (2016)
Memenangi 12 etape (2012, 2013, 2016, 2017, 2018, 2019)