Perburuan Pemain Baru di Masa Pandemi
Penghentian liga tidak mematahkan geliat klub di pasar transfer. Walaupun kesulitan mengamati pemain incaran, para pemandu bakat kini menyiasatinya dengan bantuan teknologi mutakhir.
Meskipun liga telah terhenti lebih dari satu bulan, hal itu tidak menghentikan upaya dan kerja sejumlah staf klub, terutama direktur olahraga dan para pemandu bakat. Mereka terus mengamati pasar jual-beli pemain dan mencari celah agar kekuatan tim bisa semakin bagus di tengah situasi sulit akibat pandemi Covid-19.
Ketiadaan pertandingan akibat dihentikannya kompetisi jelas mengganggu tugas para pemandu bakat di sepak bola ini. Pasalnya, proses pengamatan pemain biasanya dilakukan secara langsung dengan menyaksikan para pemain buruannya bertanding di lapangan hijau.
Pengamatan itu pun umumnya berlangsung intensif, yaitu minimal tiga pertandingan sebagai bahan pengumpulan data kemampuan pemain yang dianggap potensial.
Namun, seiring telah berjalannya musim 2019/2020 selama sekitar enam bulan, sebagian klub sudah menetapkan calon target pembelian di jendela transfer musim panas mendatang. Analisis dan penilaian pemain pun telah dilakukan, termasuk memperkirakan harga pasar pemain.
Direktur Olahraga klub Spanyol, Sevilla FC, Ramon Rodriguez Verdejo mengungkapkan, seluruh aspek sepak bola, termasuk pemantauan pasar transfer pemain, serupa dengan industri olahraga lainnya yang terpaksa harus terhenti. Meski begitu, Monchi—sapaan Verdejo—tetap sibuk berkerja mengamati pemain buruan Sevilla.
Ia mengakui, penilaian untuk memburu pemain kini didasari sejumlah data dan video yang telah dikumpulkan oleh jaringan tim pemandu bakat klubnya yang tersebar di seluruh dunia, terutama di Eropa dan Amerika Selatan. Selain itu, Monchi juga masih aktif melakukan komunikasi dengan sejumlah agen pemain guna membahas kemungkinan transfer dan permintaan gaji dari pemain yang diwakili oleh agen itu.
”Seluruh urusan bisnis saat ini hanya dilakukan di depan layar laptop dan telepon seluler. Perbedaan di waktu normal ialah rapat dan pembicaraan dilakukan melalui sambungan video, sehingga kita tidak perlu memakai setelan baju formal,” ucap Mochi, Sabtu (19/4/2020) WIB, dilansir The New York Times.
Nama Monchi memang telah harum di Spanyol. Sejak mengemban tugas sebagai Direktur Olahraga Sevilla FC pada 2000 lalu, Monchi mengorbitkan dan merekrut sejumlah pemain potensial yang lantas mendunia, seperti Sergio Ramos, Jesus Navas, Jose Antonio Reyes, Ivan Rakitic, dan Dani Alves.
Selama mengabdi di klub asal Andalusia itu hingga 2017, Monchi telah membantu mereka meraih 11 gelar juara, termasuk lima trofi Liga Europa dan dua gelar juara Piala Spanyol.
Adapun dalam periode April 2017 - Maret 2019, Monchi hijrah ke AS Roma. Dalam masa mengabdi di ibu kota Italia itu, Monchi memboyong pemain muda, seperti Nicolo Zaniolo, Justin Kluivert, dan Cengiz Under, yang dipastikan akan menjadi tulang punggung tim ”Serigala Roma” di masa depan.
Seusai merantau di Roma, Monchi kembali ke Sevilla. Selama musim 2019/2020, Monchi mendatangkan pemain berpotensi, seperti Rony Lopes dari AS Monaco, Suso dari AC Milan, Luuk de Jong dari PSV Eindhoven, dan mantan pelatih Real Madrid, Julen Lopetegui. Hasilnya, hingga pekan ke-27 yang bertepatan dengan terhentinya Liga Spanyol, Sevilla mampu bercokol di peringkat ketiga, yaitu di bawah Barcelona dan Real Madrid.
Serupa Monchi, pemandu bakat klub Liga Jerman, Fortuna Dusseldorf, Christian Weber, masih rutin berkomunikasi dengan para konsultan, agen pemain, dan perwakilan klub guna melihat potensi pasar pemain di jendela transfer musim panas.
Untuk mengamati pemain, Weber mengungkapkan, ia mengamati pertandingan ulang di Liga Jerman dan liga lain, seperti di kawasan Eropa timur, di televisi selama enam jam per hari. Tujuannya, potensi pemain bisa lebih terpantau dan dianalisa sebelum diajukan ke pelatih.
Para pemandu bakat dan divisi olahraga klub Eropa juga memantau pemain melalui layanan perusahaan rintisan yang menyajikan data analisis dan video pemain, seperti Wyscout dan Instat. Lalu, ada pula Hudl.
Bantuan aplikasi data
Tidak hanya menyaksikan di layar kaca, para pemandu bakat dan divisi olahraga klub Eropa juga memantau pemain melalui layanan perusahaan rintisan yang menyajikan data analisis dan video pemain, seperti Wyscout dan Instat. Lalu, ada pula Hudl, aplikasi khusus yang menampilkan kumpulan video dan data untuk memantau secara spesifik pemain tertentu.
Meski begitu, Weber menyatakan, terhentinya liga membuat ia kesulitan berkerja secara maksimal. ”Pemantauan secara langsung adalah tugas utama dan mendasar bagi para pemandu bakat. Kini, kesempatan itu tidak ada,” ucap Weber kepada Bild.
Kepala Analisis klub Liga Inggris, Southampton, Simon Wilson, menuturkan, para pemandu bakat saat ini diharuskan memahami keahlian menganalisis data matriks dari performa para pemain. Akan tetapi, mengamati pemain hanya lewat video dan angka tidaklah sama dibandingkan melihat langsung sang pemain itu bertanding.
”Kelebihan dari pemantauan langsung adalah para pemandu bakat mendapatkan insting lebih besar terhadap segala hal, mulai dari karakter pemain, reaksi pemain dalam menghadapi tekanan laga, hingga menilai secara detail tempo pertandingan untuk menentukan jenis pemain yang cocok untuk klub. Kita akan dapat konteks yang lebih baik dan lebih cepat dibandingkan hanya menyaksikan lewat video,” ucap Wilson kepada The Independent.
Tor-Kristian Karlsen, mantan Direktur Olahraga klub Liga Perancis, AS Monako, menekankan bahwa kepantasan harga pemain hanya bisa ditentukan setelah pemandu bakat menyaksikan langsung mereka di lapangan. ”Tentu akan penuh tanda tanya apabila seorang pemain dihargai hingga 100 juta euro, tetapi hanya dengan melihatnya melalui video,” katanya kepada ESPN.
Harga menurun
Football Observatory, Pusat Internasional Studi Olahraga di Swiss, dalam penelitiannya bertajuk, ”The Total Market Value of Players in Europe’s Big Five League” pada akhir Maret lalu mengungkapkan bahwa harga nilai pasaran pemain akan menurun hingga 28 persen. Itu terjadi apabila liga tidak dilanjutkan dan sejumlah pemain yang kontraknya berakhir 30 Juni 2020 tidak diperpanjang.
”Pemain yang memiliki durasi kontrak lebih singkat akan mengalami penurunan harga yang lebih besar. Selain durasi kontrak, sejumlah faktor, seperti umur, capaian karier, dan penampilan terkini, memengaruhi nilai pasar pemain,” bunyi laporan itu.
Gelandang Manchester United, Paul Pogba, misalnya, adalah salah satu bintang yang harganya kini turun drastis. Menurut Transfermarkt, nilai pasar Pogba per April 2020 adalah 80 juta euro (Rp 1,34 triliun). Jumlah itu turun jauh dibandingkan harga Pogba di akhir 2019 yang menyentuh angka 100 juta Euro (Rp 1,6 triliun).
Dari sisi tim, Football Observatory memprediksi Manchester City akan mengalami penurunan nilai pasar akumulasi para pemain terbesar, yaitu hingga 412 juta euro (Rp 6,91 triliun). Saat ini, nilai pasar ”The Citizens” adalah 1,02 miliar euro (Rp 17,13 triliun).
Adapun dua tim lainnya yang akan mengalami penurunan harga pasar akumulasi tertinggi adalah klub kaya raya Spanyol, Barcelona, dengan 366 juta Euro (Rp 6,14) dan pemuncak Liga Inggris, Liverpool, dengan nilai 353 juta euro (Rp 5,92 triliun).