Sepak terjang tim legendaris NBA, Chicago Bulls, pada 1997-1998 kini bisa disaksikan ulang lewat film dokumenter ”The Last Dance” yang tayang di ESPN mulai Minggu (19/4/2020). Michael Jordan menjadi pusat pada film itu.
Oleh
korano nicolash lms
·4 menit baca
CHICAGO, MINGGU — Tim Chicago Bulls 1997-1998 adalah salah satu skuad terhebat dan paling penuh cerita di dalam sejarah basket NBA. Sepak terjang tim yang beranggotakan Michael Jordan, Scottie Pippen, Dennis Rodman, dan pelatih Phil Jackson itu kini bisa disaksikan ulang dalam serial dokumenter The Last Dance yang tayang di ESPN mulai Minggu (19/4/2020) waktu Amerika Serikat.
The Last Dance, yang terdiri dari sepuluh seri film, menceritakan sepak terjang Bulls di final 1998. Itulah final terakhir Jordan, pemain legendaris dalam sejarah NBA. ”Itu adalah tahun yang sulit,” kata Jordan dalam acara ”Good Morning America” di televisi ABC pada Jumat (17/4/2020) pagi WIB.
Menurut Jordan, yang namanya sudah mendunia” saat itu, laga itu menjadi tahun ”percobaan” sekaligus musim terakhir mereka yang sudah bersama-sama sejak delapan musim. ”Kami semua berusaha menikmati tahun itu setelah mengetahui hal tersebut akan berakhir,” kata Jordan yang kini merupakan pemilik Charlotte Hornets.
Pada awal musim, Jerry Krause, Manajer Umum Chicago Bulls, menyampaikan kepada Jackson, pelatih Bulls saat itu, jika mereka bisa mencapai kemenangan 82 kali tanpa kalah. Kesempatan itu tidak akan pernah diperolehnya kembali.
”Mengetahui hal itu, saya langsung berjanji kepada Jackson. Kalau dia tidak lagi menjadi pelatih, saya jelas tidak akan bermain,” ucap Jordan yang kini berusia 57 tahun.
Ketika Jordan kembali ke Bulls pada musim 1995-1996, setelah berkelana di cabang bisbol, Bulls langsung mencetak rekor kemenangan hingga 72 kali dan hanya kalah 10 kali. Rekor tersebut baru dipecahkan Golden State Warriors pada 2015-2016 setelah Stephen Curry mencetak 73 kemenangan dan hanya kalah 9 kali.
”Jadi, Phil pun memulai tahun itu dengan mengatakan, kalau begitu mari kita jadikan ini pertunjukan terakhir (The Last Dance). Kami pun kemudian bermain seperti itu. Itu memusatkan fokus kami untuk memastikan kami mengakhiri dengan benar,” ungkap Jordan yang sudah mempersembahkan dua medali emas dari Olimpiade 1984 Los Angeles dan Olimpiade 1992 Barcelona.
”Sedih kedengarannya di awal musim walau kami tetap mencoba untuk menikmati tahun itu dan menyelesaikannya dengan cara yang benar,” kata Jordan yang menyampaikan bahwa serial dokumenter itu juga menceritakan tranformasi dirinya dari ”Mike” Jordan ke Michael Jordan.
Film itu juga menceritakan kisah kehidupannya waktu bersekolah di Carolina Utara (UNC). Timnya memenangkan kejuaraan nasional NCAA pada 1982 berkat tembakannya saat menghadapi Georgetown yang diperkuat Patrick Ewing.
”Sampai saat itu, tidak ada yang tahu siapa aku. Di luar universitas, aku hanya dikenal sebagai Mike Jordan. Namun, ketika saya melakukan tembakan yang memberi kemenangan itu, saya menjadi Michael Jordan,” kenang Jordan.
Dalam wawancara saat berkunjung ke Indonesia untuk acara National Training Camp Jr NBA di Jakarta, Oktober 2017, Sam Perkins menegaskan, Jordan di kampungnya belum begitu populer. Perkins mengaku, dirinya lebih disebut sebagai bintang ketimbang Jordan di UNC. ”Baru setelah di NBA, nama Jordan kemudian mendunia,” kata Perkins yang bersama Jordan masuk draf NBA 1984.
Jordan, yang sempat mengalami patah kaki dan harus menjalani penyembuhan selama musim keduanya, menegaskan bahwa tekad dan ketekunan sepanjang kariernya berasal dari keteladanan orangtuanya.
”Ayahku bekerja di General Electronic selama bertahun-tahun. Dia berusaha memenuhi kebutuhan keluarganya. Dia pindah ke Carollina Utara. Ibuku bekerja di bank. Mereka adalah pekerja keras dan menanamkannya bukan hanya ke saya, melainkan juga saudara-saudara saya yang lain,” kata Jordan.
Sementara itu, Zach LaVine, bintang Chicago Bulls saat ini, masih berharap NBA musim ini bisa segera berlanjut kembali. Ia ingin memperbaiki posisi Bulls. Babak reguler NBA musim 2019-2020 dihentikan menyusul temuan kasus positif Covid-19 di NBA, yaitu pemain center Utah Jazz, Rudy Gobert, 11 Maret lalu.
”Kami memiliki tujuan tahun ini dan kami tidak mencapainya. Kami gagal. Kami tidak sebagus yang kami kira. Kami tidak bermain sebaik yang kami bisa,” kata LaVine (25) yang sempat turun dalam NBA All Star.
Sebelum NBA terhenti, LaVine rata-rata mencetak 25,5 angka, 4,8 rebound, dan 4,2 asis. Namun, Bulls harus terpuruk di peringkat 11 Wilayah Timur setelah mengoleksi rekor menang-kalah hanya mencapai 22-43.
Menghidupkan kembali antusiasme dan kegembiraan dari para penggemar Chicago Bulls merupakan tantangan dan sesuatu yang sangat saya nantikan.
Perubahan struktur klub
Perubahan struktur di klub pun dilakukan. Manajemen Bulls mempercayakan Arturas Karnisovas untuk menjadi Wakil Presiden Eksekutif Operasi Basket Chicago Bulls. Adapun John Paxson diberikan peran baru sebagai penasihat senior operasi basket. Kini, Bulls juga tengah mencari manajer umum yang baru.
”Menghidupkan kembali antusiasme dan kegembiraan dari para penggemar Chicago Bulls merupakan tantangan dan sesuatu yang sangat saya nantikan,” kata Karnisovas.