Penantian tiga petenis juara Grand Slam setelah cedera harus diperpanjang entah untuk berapa lama. Pandemi Covid-19 telah menyebabkan sejumlah besar turnamen ditunda atau dibatalkan.
Oleh
·5 menit baca
Sakit, pengobatan, pemulihan, dan kembali. Tahap itu dilalui atlet ketika mengalami cedera. Tiga petenis juara Grand Slam telah melalui tiga tahap dan berencana bersaing kembali. Kini, penantian itu harus diperpanjang, entah untuk berapa lama.
Saat berbagai turnamen tenis dibatalkan karena pandemi virus Covid-19, sejak pertengahan Maret, muncul gurauan bahwa Roger Federer menjalani operasi lutut dan absen dari turnamen pada saat yang tepat. Absen dari turnamen setelah mengikuti Australia Terbuka, Januari lalu, Federer berencana kembali pada musim lapangan rumput yang dimulai Juni.
Namun, beserta atlet lain yang telah merencanakan “comeback” setelah pulih dari cedera, seperti Bianca Andreescu, Andy Murray, dan Juan Martin Del Potro, Federer harus menunda program kembali ke turnamen.
Operasi lutut kanan dijalani Federer melalui arthroscopic pada Februari. Operasi ini dilakukan dengan sayatan kecil untuk memasukkan alat yang dilengkapi kamera. Dari gambar yang diperlihatkan melalui monitor, dokter bedah bisa melihat masalah pasiennya dengan detail.
Ini sebenarnya bukanlah prosedur operasi yang teramat besar bagi Federer. Saat cedera, dia bahkan masih bisa tampil dalam Grand Slam Australia Terbuka, sebelum dihentikan Novak Djokovic pada semifinal.
Namun, seiring bertambahnya usia—Federer akan berusia 39 tahun pada 8 Agustus—petenis Swiss itu mengumumkan melewatkan turnamen di lapangan keras dan tanah liat yang berlangsung Maret – Juni. Federer berencana kembali saat turnamen di lapangan rumput yang membuatnya lebih mudah untuk menjalani pertandingan.
Dengan karakter lapangan yang sangat cepat, tak butuh permainan panjang untuk memperebutkan setiap poin. Federer, yang pernah absen enam bulan pada 2016 karena cedera lutut dan punggung, punya peluang untuk membayar kekalahan teramat menyesakkan dalam final Wimbledon 2019 melawan Djokovic. Pada saat itu, Federer kalah dalam lima set, setelah mendapat match point.
Pembatalan Wimbledon 2020 membuat Federer harus menanti momen yang sama hingga 2021. Dua Grand Slam, AS Terbuka dan Perancis Terbuka, sebenarnya masih terjadwal dalam kalender 2020. Tetapi, Federer tampaknya hanya akan tampil di AS Terbuka yang berlangsung 31 Agustus-13 September.
Selain sejak awal telah memilih untuk melewatkan Grand Slam tanah liat Perancis Terbuka, turnamen ini akan berlangsung hanya sepekan setelah AS Terbuka. Wabah Covid-19 membuat Federasi Tenis Perancis memundurkan Perancis Terbuka menjadi 20 September-4 Oktober dari jadwal sebelumnya 24 Mei-7 Juni.
Sambil menanti bergulirnya kembali turnamen, Federer mengisi waktu dengan tinggal bersama keluaarganya di Swiss. Dia berlatih di halaman belakang rumah, serta menyumbang dana 1 juta Franc Swiss (sekitar Rp 16 miliar), bersama istrinya Mirka, untuk penanganan Covid-19.
Penantian juara tunggal putri AS Terbuka, Bianca Andreescu, untuk kembali ke turnamen, bahkan, sudah sangat dekat. Andreescu, bahkan, telah berada di Indian Wells, AS, kota tempat diselenggarakannya ATP/WTA Indian Wells (12-22 Maret).
Petenis Kanada berusia 19 tahun itu akhirnya batal mempertahankan gelar juara dengan mengundurkan diri pada 7 Maret. Keesokan harinya, dua hari sebelum dimulainya babak kualifikasi, panitia membatalkan turnamen seiring dengan telah ditemukannya warga terinfeksi Covid-19 di wilayah yang sama dengan tempat berlangsungnya turnamen.
Andreescu kembali ke Kanada dan melalui masa beraktivitas di rumah bersama orang tuanya. Dengan mundur secara tiba-tiba dari WTA Indian Wells, sebelum turnamen dibatalkan, petenis peringkat keenam dunia itu memiliki waktu lebih panjang untuk memulihkan diri.
Peraturan di Kanada membuat Andreescu tak bisa berlatih menggunakan raket untuk mengasah teknik bersama pelatihnya, Sylvain Bruneau. “Kami tak tahu ini akan berlangsung sampai kapan. Seharusnya petenis benar-benar memiliki waktu untuk mempersiapkan semuanya dengan baik sebelum turnamen dimulai lagi. Mungkin tidak terlalu lama karena petenis selevel mereka tidak akan terlalu kesulitan untuk beradaptasi kembali pada permainan di lapangan,” kata Bruneau, dalam tennis.com.
Selain berlatih untuk menjaga kesehatan dan kebugaran, Andreescu secara rutin melakukan meditasi. “Ini cara saya supaya tetap berpikir positif. Itu juga membantu saya menerima dan menjalani situasi seperti saat ini,” katanya.
Rencana tiga kali juara Grand Slam, Andy Murray, untuk memulai musim 2020 dengan tampil pada ATP Masters 1000 Miami, juga, batal dengan dibatalkannya turnamen yang seharusnya berlangsung pada 25 Maret-5 April itu.
Mantan petenis nomor satu dunia, yang saat ini berperingkat ke-129 dunia itu, masih dalam tahap kembali ke persaingan papan atas setelah cedera pinggul hampir membuatnya pensiun pada 2019. Menjelang Australia Terbuka 2019, dia menyatakan keraguannya bisa meneruskan karier di arena tenis profesional yang dijalani sejak 2005.
Operasi pada Januari 2009 membuatnya harus kembali ke nol untuk menguji kemampuan dalam berkompetisi. Murray tampil pada turnamen kecil, termasuk kelas ATP Challenger, pada nomor tunggal, sambil bermain pada nomor ganda.
Masa karantina Murray di Inggris pun serupa seperti yang dialami Andreescu. Dia hanya bisa latihan untuk menjaga kebugaran di rumah.
“Di London, semua klub dan lapangan tenis tutup, jadi sulit untuk bisa latihan memukul bola. Andy tak punya lapangan di rumahnya, padahal latihan dengan menggunakan raket sangat penting meski berhadapan dengan tembok. Atlet akan merasakan ketidaknyamanan saat memukul bola bila tidak melakukannya untuk waktu lama,” tutur pelatih Murray, Jamie Delgado dalam laman ATP.
Biasanya, atlet yang pulih dari cedera takut kehilangan momentum untuk bermain lagi, kehilangan poin, dan penghargaan finansial. Akan tetapi, ketika situasi seperti saat ini terjadi di seluruh dunia, mereka harus memiliki perspektif berbeda.
“Saya harus bisa menyikapi ini dengan dewasa. Saya banyak mengajukan pertanyaan pada diri sendiri. ‘Apa yang bisa saya lakukan untuk membantu orang lain? Untuk saya sendiri? Apa yang bisa saya pelajari yang sebelumnya saya tidak tahu?’”kata Andreescu.
Dengan demikian Andreescu berharap bisa menyeimbangkan sikap dewasa dengan kompetitif yang dibutuhkan atlet saat kompetisi berlangsung kembali.