Balap sepeda terbesar Tour de France diharapkan bisa berlangsung tahun ini karena menjadi tumpuan para pebalap dan tim-tim world tour. Jika balapan berusia 117 tahun itu batal, nasib balap sepeda di ujung tanduk.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·4 menit baca
PARIS, KAMIS – Penundaan balap sepeda Tour de France menghadirkan secercah harapan bagi tim-tim protour serta para pebalap elite untuk bisa bertahan hingga pandemi Covid-19 berakhir. Tanpa balap sepeda dengan hadiah terbesar itu, dunia balap sepeda bisa kolaps karena tim-tim tidak mampu menutup biaya operasional. Karena itu penundaan lomba dari 27 Juni-19 Juli menjadi 29 Agustus-20 September 2020 diharapkan bisa terwujud.
“Berita yang ditunggu-tunggu oleh banyak dari kami. Ada secercah harapan,” tulis juara empat kali juara Tour de France, Chris Froome di akun Twitter @chrisfroome terkait penundaan itu.
“Saya tahu rentang waktu ini mulai berat bagi kita semua, dan balap sepeda bukan hal yang penting dalam gambaran besar permasalahan. Tetapi mari berharap kita bisa kembali ke keadaan normal dalam waktu dekat,” lanjut pebalap Inggris itu.
Rekan setim Froome di Tim Ineos, Geraint Thomas, juga menyambut baik penundaan TdF. “Tour adalah ajang puncak dalam olahraga. Jika anda bertanya pada siapapun di Inggris terkait tiga kata yang akan dilakukan dalam bersepeda, mereka akan mengatakan: Tour de France. Jika ini bisa berlangsung, ini akan sangat bagus bagi para pebalap dan tim-tim. Inilah mengapa tim-tim ada dan alasan sponsor-sponsor masuk dalam olahraga ini,” ujar juara TdF 2018 itu kepada radio BBC 5 Live, Rabu (15/4/2020).
Dalam dunia balap sepeda, tiga grand tour yaitu Tour de France, Vuelta a Espana, dan Giro d’Italia, menjadi sumber pemasukan besar bagi para pebalap maupun tim-tim peserta. Tim-tim elite itu mayoritas kategori world tour dan sebagian pro continental yang mendapat semacam wild card. Dalam aturan Persatuan Balap Sepeda Internasonal (UCI), hadiah minimal untuk tiap etape dan klasifikasi umum Tour de France adalah 1.000.000 euro, sedangkan Vuelta dan Giro minimal 850.000 euro.
Total hadiah Tour de France yang disediakan untuk musim 2020 disebutkan sekitar 2,3 juta euro, atau Rp 39,178 miliar. Ini naik dari 2019 sebesar 2,291 juta euro (Rp 39,037 miliar), dan pada 2018 sebesar 2,287 juta euro (Rp 38,963 miliar). Dengan hadiah itu, tim-tim kecil bisa menutup sebagian biaya operasional setiap musimnya. Anggaran tim-tim kecil world tour dalam rentang 10-20 juta euro per tahun, dengan pendapatan terbesar dari sponsor dan hadiah lomba. Di saat sebagian besar lomba dibatalkan, tiga ajang grand tour tahun ini menjadi tumpuan terakhir penyelamat.
Sedangkan bagi tim-tim besar seperti Tim Ineos (dulu Sky Team), hadiah balapan itu tidak terlalu besar, tetapi bisa membantu pembiayaan yang diperkirakan mencapai 40 juta euro per tahun. Pada 2019, misalnya, Tim Sky dengan dua pebalapnya yeng menjadi juara dan runner-up klasifikasi umum, Egan Bernal dan Thomas, mendapat total 779,200 euro, sekitar Rp 13,284 miliar.
Bernal sebagai juara TdF 2019 mendapat hadiah 500.000 euro (Rp 8,517 miliar), sedangkan Thomas mendapat 200.000 euro (Rp 3,410 miliar). Pendapatan tambahan bisa diperoleh jika bisa mempertahankan jersey di masing-masing kategori, seperti kaus kuning (pemimpin klasemen umum), kaus polkadot (raja tanjakan), kaus hijau (sprinter), dan kaus putih (pebalap muda). Klasemen tim di akhir balapan ditentukan berdasarkan akumulasi poin yang diperoleh para pebalapnya.
Selain itu, di setiap etape para pebalap juga mendapatkan bonus jika finis di 20 besar. Pebalap yang finis terdepan akan mendapat bonus 11.000 euro (Rp 187,449 juta), tetapi jika finis di posisi 15-20 bonusnya hanya 300 euro (Rp 4,69 juta).
Ancaman bangkrut
Hadiah ajang sekelas Tour de France itu sangat besar di dunia balap sepeda. Namun, jika dibandingkan dengan olahraga lain seperti tenis, basket NBA, dan sepak bola, itu sangat kecil. Sebagai contoh, juara tunggal putra tenis Grand Slam Wimbledon 2019 Novak Djokovic meraup hadiah 2,35 juta poundsterling sekitar Rp 45,97 miliar. Djokovic meraih hadiah sebesar itu dalam hitungan belasan jam pertandingan. Sedangkan Bernal harus menempuh jarak 3.365 kilometer dalam 21 etape.
Dengan kue hadiah yang kecil itu, tim-tim balap sepeda sangat bergantung pada balapan. Tanpa lomba, mereka terancam bangkrut, karena sponsor juga tidak akan membayar jika tidak ada ekspos televisi.
Ancaman pailit itu sangat nyata di tengah pandemi Covid-19 ini. Sejumlah tim sudah memangkas gaji para pebalapnya, serta merumahkan sebagian karyawan. Dalam situasi ini, penyelenggara TdF Amauri Sport Organisation dan UCI berjuang keras balapan bisa bergulir. Karena itulah, saat Pemerintah Perancis melarang acara besar hingga pertengahan Juli, jadwal Tour de France, 27 Juni-19 Juli, ditunda hingga 29 Agustus-20 September.
Jika TdF dibatalkan, itu sama dengan lonceng kematian bagi tim-tim protour yang tidak memiliki sponsor besar seperti Ineos, dan Deceuninck–Quick-Step. Bahkan tim relatif kuat seperti Bora-Hansgrohe yang diperkuat oleh Peter Sagan, Pascal Ackerman, Emanuel Buchmann, dan Rafal Majka, mengeluhkan kondisi saat ini. “Tanpa Tour de France, balap sepeda akan mengalami masalah sangat besar,” ujar Ralph Denk Manajer Tim Bora-Hansgrohe kepada Die Welt.