Magic Johnson, legenda basket NBA, melihat adanya kesamaan antara pandemi Covid-19 dan penyakit imun, AIDS, di masa awal kemunculannya 1990-an silam.
Oleh
Korano Nicolas LMS
·3 menit baca
NEW YORK, KAMIS — Magic Johnson, legenda basket NBA, melihat adanya kesamaan antara pandemi Covid-19 dan penyakit imun, AIDS, di masa awal kemunculannya 1990-an silam. Persamaan itu adalah terkait kesalahan persepsi atau mitos di mata sebagian masyarakat mengenai kedua penyakit menular itu.
”Masalah yang sama kembali muncul akibat informasi yang buruk. (Dulu) ada mitos itu tidak akan terjadi pada orang-orang kulit hitam. Tidak ada edukasi yang cukup soal HIV/AIDS. Sekarang, hal serupa terjadi dengan virus korona,” kata Johnson, yang meraih lima gelar NBA pada Kamis (16/4) dini hari WIB seperti dikutip ESPN.
Tidak ada edukasi yang cukup soal HIV/AIDS. Sekarang, hal serupa terjadi dengan virus korona.
Johnson, yang mengidap HIV/AIDS dan teman masa kecilnya kini dirawat di rumah sakit akibat Covid-19, berusaha menepis informasi yang beredar luas mengenai penyakit baru itu. Sejumlah media massa sebelumnya menyebutkan, warga kulit hitam di Amerika Serikat lebih riskan terpapar virus korona baru dan mengidap Covid-19.
Salah satu studi yang dipublikasikan Associated Press menunjukkan, 42 persen pasien Covid-19 yan tewas di AS adalah beretnis Afrika-Amerika. Namun, riset ini disesalkan Johnson karena berpotensi memojokkan dan meresahkan etnis tertentu dan sebaliknya, membuat etnis lainnya kurang waspada dengan wabah itu.
”Kita harus keluar dari (stereotipe) ini. Maka itu, saya sangat senang NBA berkata, \'Siapa yang berhak menghakimi itu?\' Mayoritas pemain NBA adalah Afrika-Amerika. Siapa yang kebanyakan menikmati olahraga ini? Afrika-Amerika pula. Kami mencintai olahraga ini. Maka itu, (isu) ini sangat penting,” ujar Johnson.
Johnson (60), yang pernah membela LA Lakers, juga pernah berjuang melawan bias informasi terkait HIV/AIDS. Sebelum ia dinyatakan positif terjangkit HIV/AIDS, sangat sedikit orang kulit hitam di AS yang peduli dengan penyakit yang merongrong sistem kekebalan tubuh manusia itu.
Etnis itu menganggap ”lebih kebal” dengan penularan HIV/AIDS. ”Hal serupa terjadi saat ini dengan virus korona baru,” ujarnya.
Program ”NBA Together”
Untuk memerangi pemahaman keliru itu, NBA meluncurkan ”NBA Together”, program yang mencakup wawancara di Instagram Live dengan sejumlah pemain aktif dan mantan pemain NBA tentang Covid-19. Para pemain NBA mengajak warga untuk mengikuti protokol kesehatan pencegahan penularan virus korona lewat program itu.
NBA Together juga telah mengumpulkan lebih dari 76 juta dollar AS untuk upaya bantuan terkait pandemi Covid-19. Program itu juga mencakup kerja sama dengan sejumlah organisasi minoritas dan kulit hitam, yaitu seperti NAACP, Liga Urban Nasional atau NUL, dan organisasi nirlaba lainnya.
”Kami punya cara untuk menembus kondisi ini kewaspadaan (akan Covid-19). Itu sebabnya kenapa kami melibatkan Magic yang dapat membantu kami menjangkau masyakrakat dengan pesannya,” kata Kathy Behrens, Presiden NBA yang menangani program tanggung jawab sosial dan pemain. (AP)