Keunikan Monte Carlo Masters membuat turnamen tenis lapangan tanah liat ini selalu diikuti para petenis putra papan atas dunia. Turnamen ini juga menjadi salah satu favorit Rafael Nadal.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
Jika tak dibatalkan karena wabah virus Covid-19, ATP Monte Carlo, yang seharusnya berlangsung 12-19 April, menjadi turnamen tenis Masters 1000 pertama di tanah liat pada 2020. Turnamen ini memiliki beragam keunikan yang selalu menarik perhatian petenis putra top dunia.
Sebagai bagian dari sembilan turnamen ATP Masters 1000, level tertinggi dalam struktur turnamen profesional putra, Monte Carlo Masters adalah turnamen Masters tertua yang digelar sejak 1897. Meski tidak seperti delapan turnamen lain yang digolongkan turnamen wajib, turnamen di Monte-Carlo Country Club ini selalu diikuti petenis 10 besar dunia. Status turnamen Masters didapat sejak 2000.
Meski bernama Turnamen Monte Carlo, uniknya turnamen ini tak digelar di Monte Carlo, wilayah terpadat di negara terkecil kedua di dunia setelah Vatikan ini. Monte-Carlo Country Club ini berada di Roquebrune-Cap-Martin, wilayah Perancis yang berbatasan dengan Monako.
Kompleks stadion ini terdiri atas 21 lapangan tanah liat dan dua lapangan keras, berada di antara tebing dan pantai Laut Mediterania. Pemandangan spektakuler, terutama lapangan utama Rainier III, menjadikan Monte Carlo Masters turnamen dengan tempat terindah.
Untuk sementara, kami melupakan tenis. Virus lebih penting, bukan tenis.
Nama lapangan utama diambil dari Pangeran RainierIII, kepala negara Monako pada 1949-2005. Sebagai penggemar tenis, pangeran yang mempersunting bintang film Amerika Serikat, Grace Kelly, ini sangat mendukung pembangunan kompleks olahraga itu.
Pendirinya adalah George Pierce Butler, dermawan asal AS yang menyukai tenis. Dia membangun Monte-Carlo Country Club pada 1925, setelah lapangan milik klub tenis pertama di Monako berkali-kali dipindah karena pembangunan kota. Kompleks itu dibuka tiga tahun kemudian dan langsung menjadi lokasi turnamen tenis Monte Carlo Masters.
Selain menikmati keindahan lokasi, juara turnamen akan menerima hadiah dari anggota Kerajaan Monako. Pangeran Albert II, yang menggantikan ayahnya, RainierIII, kerap menonton dan memberikan langsung hadiah bagi juara, kapan pun dia bisa.
Terbanyak
Di antara mereka yang paling sering menerima hadiah langsung dari Albert II adalah Rafael Nadal. Petenis Spanyol itu adalah peraih gelar terbanyak di Monte Carlo, yaitu 11 gelar (2005-2012, 2016-2018).
Nadal juga memegang enam rekor lain di lapangan itu, yaitu gelar beruntun (8), final terbanyak (12), laga terbanyak (76), kemenangan terbanyak (71), dan kemenangan beruntun terbanyak (46).
Debut Nadal di Monte Carlo terjadi pada 2003 saat dia berusia 16 tahun. Masih berperingkat ke-109 dunia, Nadal dihentikan Guillermo Coria (Argentina) pada babak ketiga.
Absen pada 2004, Nadal kembali menantang Coria, yang jadi juara bertahan, pada final 2005. Kali ini, Nadal yang telah menempati peringkat ke-17 datang dengan kemampuan yang kian matang.
Mengenakan celana bajak laut selutut dan kaus tanpa lengan, ciri khas penampilan pada awal kariernya, Nadal menaklukkan Coria, 6-3, 6-1, 0-6, 7-5. Ini adalah gelar pertamanya dalam turnamen besar.
Nadal kemudian tak terkalahkan selama delapan tahun di Monte-Carlo Country Club sebelum dihentikan Novak Djokovic pada final 2013. Nadal kalah, 2-6, 6-7 (1-7).
Setelah kembali gagal pada dua tahun berikutnya, ”Raja Lapangan Tanah Liat” itu kembali ke panggung juara pada 2016-2018. Selain Djokovic, yang juga mengalahkannya pada semifinal 2015, petenis lain yang mengunggulinya di Monte Carlo adalah David Ferrer (perempat final 2014) dan Fabio Fognini (semifinal 2019).
Nadal sebenarnya bisa menyamai Fabrice Santoro (Perancis), yang tampil pada 17 edisi Monte Carlo Masters, seandainya turnamen tahun ini digelar. Dia sangat menantikan musim lapangan tanah liat setelah gagal pada perempat final Grand Slam Australia Terbuka, Januari.
Namun, pandemi Covid-19 tak memungkinkan turnamen diselenggarakan. Monte-Carlo Country Club ditutup selama pandemi. Hampir semua turnamen tanah liat lain juga dibatalkan, kecuali Grand Slam Perancis Terbuka, yang diundur dari 24 Mei-7 Juni menjadi 20 September-4 Oktober.
Karena ketentuan tetap berada di rumah untuk memutus penyebaran virus, Nadal pun berlatih di rumahnya di Mallorca, Spanyol. Selain latihan, dia justru banyak mengunggah video saat memasak lewat media sosial.
Mantan pelatih, yang juga pamannya, Toni Nadal, bercerita, Nadal tak terlalu fokus pada tenis dalam situasi seperti ini. Kepada media Spanyol, seperti ditulis dalam Tennisworldusa.org, Toni bercerita, dia telah berdiskusi dengan Nadal tentang berbagai kemungkinan yang akan terjadi.
”Saya mengemukakan pendapat, bagaimana dia akan berlatih jika turnamen tenis akan kembali dimulai? Bagaimana jika tidak? Bagaimana jika virus kembali setelah turnamen dimulai? Berapa lama karantina akhirnya akan berlangsung? Apalagi, tenis adalah kegiatan yang melibatkan banyak orang dari satu negara ke negara lain,” tutur Toni.
Dengan besarnya masalah yang dihadapi, Toni pun berkesimpulan, tenis tak menjadi prioritas Nadal pada saat ini. ”Untuk sementara, kami melupakan tenis. Virus lebih penting, bukan tenis,” katanya.