“Senyum” Tour de France
Tour de France menjadi satu-satunya ajang olahraga besar yang belum ditunda di tengah pandemi Covid-19. Balap sepeda “grand tour” berusia 117 tahun itu bisa menjadi simbol kebangkitan jika jadi bergulir pada musim panas.
Tour de France akan kehilangan daya magisnya tanpa penonton yang besorak di tepi jalan menyemangati para pebalap untuk terus mengayuh pedal. Lomba balap sepeda yang bergulir sejak 1903 ini selalu dinanti oleh para pecinta olahraga. Mereka memburu penyegar jiwa melalui kiprah para pebalap, seperti daya juang Julian Alaphilippe yang ”combative”, juga kejutan seperti saat pebalap muda Egan Bernal juara musim lalu.
”Tanpa para penggemar, ini bukan Tour de France,” ujar pebalap tim Ineos Geraint Thomas, yang finis kedua di bawah rekan setimnya, Bernal, dalam klasifikasi umum Tour de France (TdF) 2019.
Penonton merupakan aspek penting dalam lomba akbar ini, meskipun balapan ini tidak memungut tiket bagi penonton. Para pecinta balap sepeda itu merupakan aset bagi kota-kota tuan rumah 21 etape balapan. Kehadiran mereka akan menggulirkan roda perekonomian melalui pariwisata.
Untuk menjadi tuan rumah start etape diperlukan biaya 80.000 euro (sekitar Rp 1,37 miliar), sedangkan sebagai lokasi finis etape biayanya 120.000 euro (Rp 2,06 miliar). Sejumlah walikota pun berharap balapan tetap berlangsung, meskipun harus ditunda hingga akhir musim panas yang berlangsung Juni-September.
”Lebih baik menggelar Tour de France pada Agustus dari pada tidak menggelar, atau berlangsung tanpa penonton. Bukan masalah bagi kami, menunda sebulan, jika situasi kesehatan umum membaik,” ujar Walikota Privas Michel Villa kepada kantor berita Efe, seperti dikutip Cyclingnews. Privas akan menjadi lokasi finis etape 5 TdF 2020.
Namun, di tengah wabah Covid-19 yang disebabkan oleh virus korona baru (SARS-CoV-2), balap sepeda grand tour itu terancam tidak bisa bergulir sesuai jadwal, 27 Juni-19 Juli 2020. Meskipun penyelenggara balapan Amaury Sport Organization (ASO) masih berusaha menggelar balapan sesuai jadwal, pandemi yang terus meluas dengan laju penularan virus eksponensial membuat TdF terancam mundur.
Harian L’Equipe mengungkap, ASO berencana menunda balapan menjadi 25 Juli-16 Agustus. Kepastian apakah balapan ditunda atau tidak, akan diputuskan pada 15 Mei.
Penundaan balapan menjadi fokus utama panitia penyelenggara dibandingkan dengan pembatalan. Hal itu terungkap dari surat elektronik yang diklaim oleh Reuters bersumber dari sumber yang valid, Minggu (12/4/2020). ”Krisis global yang tidak bisa diprediksi yang kita semua alami, membuat kita harus bersabar hingga ada pengumuman resmi dari ASO tentang balapan 2020. Mengingat fokus saat ini adalah penundaan hingga musim panas, daripada pembatalan,” bunyi surat dari panitia ke media rekanan TdF. ASO menolak untuk berkomentar terkait hal tersebut.
Skenario
Supaya balapan bisa bergulir, sejumlah skenario terus dibahas. Namun, ide balapan tanpa penonton yang disampaikan Menteri Olahraga Perancis Roxana Maracineanu sudah dimentahkan oleh Direktur Balapan Tour de France Christian Prudhomme. ”Tour de France tidak akan berlangsung tanpa penonton,” tegas Prudhomme, yang berharap balapan bisa bergulir pada musim panas ini kepada Sports-Auvergne.
”Tour de France adalah gairah, antusiasme, dan yang terpenting senyum. Kita harus menemukan senyuman,” tegas Prudhomme seperti dikutip The Telegraph.
Namun, faktanya wabah Covid-19 ini telah menunda dan membatalkan hampir seluruh agenda olahraga, termasuk Olimpiade Tokyo 2020, Grand Slam Perancis Terbuka dan Wimbledon, Formula 1, MotoGP, dan NBA. Situasi di Perancis pun memburuk, dengan kasus baru positif Covid-19 masih sangat besar. Berdasarkan data Worldmeter, Minggu (12/4/2020), terdapat 2.937 kasus baru, dan 561 kematian.
Akumulasi kasus positif Covid-19 di Perancis hingga Minggu telah mencapai 132.591 orang dengan total kematian 14.393 jiwa. Jumlah kasus aktif masih 27.186 dengan pasien yang sembuh 91.012 orang. Perancis kini di urutan keempat kasus terbanyak di bawah Amerika Serikat, Spanyol, dan Italia. Situasi ini memaksa Perancis memperpanjang masa penutupan wilayah hingga 15 April.
Jika situasi darurat berlangsung hingga musim panas, dan membatalkan Tour de France, hal itu akan menjadi malapetaka bagi tim-tim balap sepeda. ”Tour mewakili sekitar 60 persen pendapatan dalam semusim,” ujar Manajer Tim AG2R Vincent Lavenu.
Dengan pembatalan dan penundaan sejumlah balapan seperti Giro d’Italia, Tour UAE, Tour de Suisse, Tour of Flanders, Paris-Roubaix, dan Criterium du Dauphine, tekanan finansial terhadap tim-tim balap semakin besar. Saat ini, para pebalap dari tim Lotto Soudal, Astana, Bahrain McLaren, dan Mitchelton-Scott, telah dipangkas gajinya. Adapun sebagian karyawan tim sudah dirumahkan. Prosepek semakin berat karena sejumlah sponsor mulai berencana menghentikan dukungan finansial, karena bisnis mereka juga merosot.
”Tanpa Tour de France, balap sepeda akan mengalami masalah sangat besar,” ujar Ralph Denk, Manajer Tim Bora-Hansgrohe kepada harian Jerman Die Welt.
Kekhawatiran juga dirasakan oleh Patrick Lefevere, Manajer Tim Deceuninck-Quick Step. ”Jika Tour tidak jadi berlangsung, hal ini akan menjadi pukulan keras yang mungkin bisa diredam oleh ASO, tetapi tidak oleh tim-tim. Ini bisa meruntuhkan seluruh model yang menyangga olahraga kita,” tegasnya kepada harian Belgia Het Nieuwsblad.
Jika Tour de France 2020 batal, maka pilar-pilar ekonomi tim-tim balap sepeda itu akan sangat rapuh. Tour de France kini memiliki dua makna, jika berlangsung akan menjadi simbol kebangkitan setelah pandemi, dan jika batal akan menghapus senyum di tahun yang muram ini.
Gairah pebalap
Bagi para pebalap, TdF merupakan ajang yang sangat penting, apalagi setelah Olimpiade 2020 ditunda hingga 2021. Pebalap yang tampil bagus di TdF akan berpeluang besar mendapat sponsor premium. Oleh karena itu, meskipun tidak bisa berlatih maksimal di luar ruangan, para pebalap terus menggenjot persiapan fisik. Mereka mengikuti sejumlah balapan virtual, seperti dilakukan oleh Thomas, Bernal, dan juara TdF empat kali Chris Froome pada Minggu lalu.
Thomas, juara TdF 2018, sangat berharap balap sepeda prestisius itu bisa bergulir tahun ini. ”Saya hanya bisa berdoa dan berharap ini bisa berlangsung pada suatu saat. Tentu saat ini ada hal lebih besar dan lebih penting untuk diselesaikan lebih dahulu, tetapi begitu ini aman dan siap untuk bergulir, kami sangat senang ini bisa terjadi. Kami tidak yakin kapan, tetapi semoga ini akan terjadi tahun ini,” tegas Thomas kepada radio BBC 5 Live.
”Karier sepeda saya dimulai sedikit terlambat daripada yang lainnya,dan saya merada dalam masa puncak, dalam tahun terbaik saya, jadi saya tidak ingin melewatkan itu,” tegas pebalap Wales berusia 34 tahun itu.
Adapun Froome yang juga pebalap Ineos, mengaku kondisinya semakin baik setelah mengalami kecelakaan besar setahun lalu. Akibat kecelakaan itu, Froome mengalami retak tulang dada, tulang leher, siku, dan tulang pinggul. ”Pemulihan berlangsung sangat bagus, saya bisa katakan hampir pulih. Saya masih menjalani sejumlah latihan tanpa sepeda untuk menguatkan sisi kanan tubuh yang cedera, tetapi saya kembali berlatih seperti biasa dan itu berjalan sangat baik,” ujar Froome. (AFP/REUTERS)