Perubahan aturan membuat pesenam putri kelahiran 2005 bisa ikut Olimpiade Tokyo 2020. Kehadiran mereka mengancam para pesenam senior.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
NEW YORK, SABTU – Penundaan Olimpiade bagaikan “durian runtuh” bagi pesenam putri kelahiran 2005. Mereka, yang semula terkendala batasan usia 16 tahun, bisa turut bersaing dalam Olimpiade pada 2021. Peta persaingan medali pun bergeser seiring kedatangan para pesenam yang berada dalam usia emas tersebut.
Federasi Senam Internasional (FIG) mengubah peraturan untuk Olimpiade. Mereka mengizinkan pesenam kelahiran 2005 untuk ikut serta dalam ajang empat tahunan tersebut. Keputusan ini merupakan langkah penyesuaian terhadap penundaan Olimpiade.
Dengan perubahan itu, mimpi para pesenam yunior untuk tampil di Olimpiade menjadi lebih cepat. Sebelumnya, jika Tokyo 2020 tidak ditunda, mereka baru bisa bersaing dalam Olimpiade pada 2024 saat Paris menjadi tuan rumah.
Hal itu seperti dialami oleh pesenam muda potensial asal Amerika Serikat, Konnor McClain. Dia bersama sang pelatih sebenarnya sudah memulai program untuk mencapai puncak performa pada Olimpiade Paris 2024.
Pesenam kelahiran 1 Februari 2005 itu kini bisa tampil juga di Tokyo. Dua ajang yang akan berlangsung dalam periode usia emasnya, 16-19 tahun, menjadi kesempatan terbesar baginya untuk berprestasi.
“Dia (McClain) berada di jalan di mana memiliki empat tahun untuk melakukan segalanya. Dia berada di jalur yang bagus. Tentu dia harus menyesuaikan ulang program bersama pelatihnya. Ini akan menjadi tantangan,” kata ibunya, Lorinda McClain seperti dikuti Washington Post.
Kesempatan tampil di Tokyo seperti bonus bagi McClain. Pesenam peraih 1 emas dan 3 perak dalam kejuaraan nasional yunior AS 2019 itu tidak akan terbebani meraih prestasi. Tampil tanpa beban di usia emas, 16 tahun pada 2021, justru bisa membuatnya menjadi ancaman terbesar.
Kelenturan pesenam yang baru beranjak dari yunior itu menjadi keuntungan yang tak dimiliki mayoritas pesenam berusia mendekati atau melewati 20 tahun. Sebagai perbandingan, sejak pembatasan usia minimal 16 tahun diberlakukan pada 1999, sebanyak 3 dari 5 peraih emas Olimpiade nomor all-around diraih pesenam berusia 16 tahun atau kelompok usia termuda.
Meski berpotensi, McClain mengatakan tidak akan memaksa mencapai puncak performa dan teknik pada 2021. Dengan waktu terbatas, hanya 15 bulan, akan sangat berisiko jika dia mengejar ketertinggalan teknik dari pesenam senior.
Pesenam kelahiran 2005 berpotensi mengisi 25 persen dari total 324 kuota atlet di Olimpiade. Adapun kuota itu masih belum terisi akibat penundaan kualifikasi yang terdampak pandemi Covid-19.
Tidak adil
Perubahan regulasi usia banyak ditentang komunitas senam karena akan mengubah persaingan. Hal itu menjadi tidak adil karena banyak atlet senior potensial yang akan menurun kemampuannya dalam setahun. Lalu, mereka yang menunggu lima tahun untuk Tokyo 2020, harus menghadapi pesenam pendatang baru.
Cecile Landi, pelatih pesenam terbaik dunia Simone Biles, pun tidak menyetujui perubahan aturan tersebut. “Saya tidak ada masalah dengan generasi 2005, tetapi saya tidak setuju keputusan ini. Ini tetap akan menjadi Olimpiade 2020 jadi seharusnya peraturan sama dengan sebelumnya,” ucapnya.
Sergapan para pesenam muda menjadi kenyataan yang lebih pahit bagi Biles. “Ratu Senam” dunia itu sebelumnya sudah menyatakan rasa frustrasinya karena penundaan Olimpiade.
Dalam wawancara bersama Today, pekan lalu, Biles mengatakan, “Saya sangat siap untuk bertarung dalam tiga bulan ke depan. Tetapi sekarang itu mundur menjadi 15 bulan lagi. Kenyataan itu membebani pikiran Anda,” jelasnya.
Faktor mentalitas ini akan bersinggungan dengan persoalan fisik Biles. Tahun depan usianya akan mencapai 24 tahun, usia yang sangat tua bagi pesenam putri. Bahkan, pesenam yang meraih total 30 medali di ajang internasional, termasuk Olimpiade itu ragu akan kemampuannya tahun depan.
Di lain sisi, penundaan Olimpiade membuka harapan bagi pesenam senior asal Perancis Melanie de Jesus dos Santos. Pesenam yang akan berusia 21 tahun depan itu meyakini berada dalam performa puncak saat Olimpiade.
“Saya akan lebih kuat di 2021. Saya punya kesempatan lebih untuk berkembang dalam menyiapkan rutin, terutama di nomor senam lantai. Target saya berada di podium,” kata pesenam peraih emas all-around Kejuaraan Eropa 2019 itu.
Semasa pandemi, Melanie tetap berlatih dengan program mandiri. Dia berlatih selama dua setengah jam pada pagi hari dan beberapa jam pada sore hari. Latihan berupa penguatan perut hingga bermain lompat tali. (AP)