Wabah Covid-19 memaksa tim-tim Formula 1 menerapkan batas atas pengeluaran supaya bisa selamat dari krisis. Namun, ada beberapa tim besar yang menolak rencana pembatasan pengeluaran itu.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·4 menit baca
LONDON, JUMAT – Tim-tim besar Formula 1 mengeluarkan anggaran hingga Rp 4,7 triliun untuk memburu gelar juara. Angka itu belum termasuk biaya pengembangan mesin bagi tim-tim pabrikan. Biaya yang menakjubkan itu menjadi ancaman kelangsungan Formula 1 ke depan, sehingga pengeluaran tim-tim peserta perlu dibatasi. Namun, negosiasi masih berlangsung alot menyusul penolakan beberapa tim besar.
Ferrari dan Red Bull diyakini sebagai dua tim besar yang menolak pembatasan pengeluaran di bawah 150 juta dollar Amerika Serikat, sekitar Rp 2,4 triliun. Sedangkan Mercedes bersedia menurunkan pengeluaran–diusulkan hingga 130 juta dollar AS–dengan catatan itu berdasar analisis penghematan, bukan usaha tim-tim lain supaya bisa kompetitif dengan membatasi kemampuan finansial tim-tim lain.
Pembatasan anggaran yang akan diterapkan mulai 2021 itu, awalnya ditetapkan 175 juta dollar AS. Namun, nilainya diturunkan lagi, karena wabah Covid-19 membuat tim-tim tidak memiliki pemasukan menyusul pembatalan dan penundaan sejumlah balapan musim ini. Sejumlah keputusan penghematan telah dilakukan, termasuk penundaan regulasi teknis baru yang baru akan diterapkan pada 2022. Ini akan menghemat pengeluaran tim-tim, karena untuk 2021 masih bisa menggunakan sasis 2020 dan sejumlah komponen.
Meskipun regulasi teknis ditunda penerapannya, Formula 1 dan FIA akan tetap menerapkan budget cap atau pembatasan pengeluaran bagi 10 tim peserta. Ini untuk menyelamatkan tim-tim supaya tidak pailit, khususnya tim kecil seperti Haas dan Sauber. Bahkan, saat ini McLaren, Williams, dan Racing Point, sudah merumahkan sejumlah karyawannya. Pembatasan anggaran ini juga untuk membuat F1 lebih kompetitif, sehingga secara bisnis menjadi lebih menarik.
Presiden FIA Jean Todt menegaskan, tekanan ekonomi akibat wabah Covid-19 saat ini perlu pendekatan yang berbeda. “Kebetulan saya menghitung apa yang ingin kami terapkan pada tim-tim, bersama dengan F1 Grup, anggaran dengan angka baru antara 150 juta dollar AS untuk tim-tim kecil hingga lebih dari 300 juta dollar AS (Rp 4,7 triliun) untuk tim besar, di mana itu tidak termasuk pengembangan mesin bagi tim-tim pabrikan. (Angka) Ini masih gila. Jadi bisa anda bayangkan posisi kami? Dan, kami tetap mendapat penolakan dari beberapa di antara mereka,” tegasnya kepada Motorsport, Kamis (9/10/2020).
Todt juga menegaskan, bahwa, dampak ekonomi dari wabah Covid-19 ini sangat besar, termasuk pengurangan tenaga kerja. Bahkan, Organisasi Buruh Dunia (ILO) dalam skenario terburuk memperkirakan akan ada 24,7 juta pengangguran baru akibat wabah ini. Dampak itu, bisa jadi tidak bisa dihindari oleh tim-tim F1.
“Jika perusahaan kehilangan belasan karyawannya dalam tim balap, saya pikir itu tidak dramatis. Sesuatu yang akan dramatis, sebagai contoh, adalah kehilangan empat tim dalam F1,” ujar Todt yang berusaha meyakinkan tim-tim F1 untuk melihat situasi saat ini dan ke depan dengan lebih jernih. Pertemuan lanjutan terkait budget cap antara Formula 1, FIA, dan tim-tim balap dilakukan lagi pada Jumat (10/4/2020) melalui telekonferensi.
CEO McLaren Racing Zak Brown, sebelumnya memperkirakan, ada potensi empat tim keluar dari Formula 1 jika tidak ada penyesuaian aturan finansial. Tim-tim kecil tidak akan bisa bangkit, juga tidak akan menemukan manfaat ikut ajang F1. Dia juga menilai, tim-tim besar F1 seperti petinju kelas berat yang hanya mau bertarung dengan petinju kelas menengah.
“Jadi saya pikir F1 dalam kondisi sangat rapuh saat ini,” ujar Zak Brown kepada BBC.
Namun, membatasi pengeluaran hingga 130 juta dollar AS akan membawa konsekuensi besar bagi tim-tim pabrikan, termasuk pengurangan karyawan. “Ada tim-tim yang merupakan konstruktor, seperti Ferrari, dan tim-tim atas lainnya. Kami mendesain, mengembangkan, melakukan homologasi, dan memproduksi setiap komponen pada mobil-mobil kami, sedangkan tim-tim lain adalah pelanggan jadi mereka membeli beberapa onderdil dan tidak memiliki struktur yang sama karena mereka tidak mendesain, mengembangkan dan sebagainya pada semua komponen,” tegas Kepala Tim Ferrari Mattia Binotto kepada Sky Sport.
“Jadi ketika membahas budget cap kita seharusnya tidak melupakan perbedaan situasi, dan penting bagi kita menyamakan kesamaan pendapat, entah bagaimana, yang bisa diterapkan pada situasi yang berbeda-beda. Mungkin jawabannya bukan satu batasan anggaran yang sama untuk semua tim,” ujar Binotto.
Direktur Motorsport Formula 1 Ross Brawn menilai, situasi krisis saat ini seharusnya menyadarkan semua orang perlunya merancang bisnis masa depan yang berkelanjutan. “Krisis Covid telah menciptakan peluang untuk melihat lagi apa yang realistis dan masuk akal terkait budget cap. Dan ini membuka kesempatan untuk menegosiasiakan ulang dengan motivasi lebih serta komitmen ekstra,” tegasnya.