Kobe Bryant, Kevin Garnett, dan Tim Duncan terpilih mewakili NBA ke dalam kelas 2020 Naismith Memorial Basketball Hall of Fame. Mereka mengoleksi 11 gelar juara NBA, 4 gelar MVP, dan 48 kali masuk NBA All Star.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
Kompas
Pemain Los Angeles Lakers, Kobe Bryant, saat melakukan pemanasan sebelum pertandingan melawan Los Angeles Clippers di Staples Center, Los Angeles, 25 Desember 2015. Bryant tewas dalam kecelakaan helikopter pada Januari 2020.
NEW YORK, MINGGU — Kobe Bryant, Kevin Garnett, dan Tim Duncan terpilih mewakili Asosiasi Bola Basket Nasional Amerika Serikat (NBA) ke dalam kelas 2020 Naismith Memorial Basketball Hall of Fame. Trio legenda ini merupakan ”penyelamat” wajah kompetisi pada awal abad ke-21, setelah pensiunnya Michael Jordan.
Bryant, yang meninggal dalam kecelakaan helikopter pada 26 Januari, diberikan penghormatan dengan masuk dalam Hall of Fame. Pemain berjuluk ”Mamba Hitam” itu bersanding bersama legenda-legenda basket AS, salah satunya idola sekaligus mentornya, Jordan.
”Pencapaian dan kehormatan yang luar biasa. Kami sangat bangga kepadanya. Semua yang dicapai selama dia (Bryant) menjadi atlet adalah batu loncatan menuju titik ini (Hall of Fame),” kata istri Bryant, Vanessa, yang berharap sang suami bisa merayakan pencapaian itu bersamanya.
Si ”Mamba Hitam” terpilih bersama dua rivalnya, Duncan dan Garnett. Mereka, yang mencapai puncak karier pada awal 2000-an, merupakan yang terbaik saat itu. Trio ini mengombinasikan 11 gelar juara NBA, 4 gelar most valuable player (MVP), dan 48 kali masuk NBA All-Star.
Sebagai gambaran, 11 gelar itu dikuasai mereka dalam 15 musim (1999-2014). Rivalitas ketiganya menyelamatkan wajah kompetisi NBA, yang sempat dikhawatirkan anjlok sepeninggal pemain terbaik sepanjang masa pada 2003, Jordan.
Soal bakat, Bryant dan Garnett begitu meyakinkan. Mereka merupakan pemain sekolahan yang masuk langsung ke NBA, saat mayoritas pemain harus bermain di tingkat universitas dahulu.
Bakat Bryant, dari gaya permainan, paling mendekati Jordan. Mulai dari posisi hingga tembakan melompat di paint area. Saking miripnya, dia sering disebut hasil kloning dari Jordan. Sementara itu, Garnett dikenal sebagai power forward modern paling berbakat, yang mampu agresif bertahan dan menyerang sama baiknya.
Meski begitu, Duncan dengan gaya main yang kalem dan lebih tradisional memiliki dampak besar bagi timnya, San Antonio Spurs. Permainan efektif dan kepemimpinan di lapangan diganjar dua kali MVP, melebihi Bryant dan Garnett, yang masing-masing memiliki satu gelar MVP.
”Ini adalah kelas yang sangat spesial, dengan banyak sekali alasan. Biasanya dalam daftar hanya ada satu pemain luar biasa, tetapi kali ini langsung tiga sekaligus. Kombinasi ini tidak bisa dipercaya,” kata Ketua Hall of Fame, Jerry Colangelo yang menemukan kombinasi terbaik setelah kelas 2009 berisikan Jordan, David Robinson, dan John Stockton.
Kompas
Pemain Boston Celtics, Kevin Garnett (5), menjaga pemain Miami Heat, LeBron James (6), saat akan memasukkan bola dalam pertandingan NBA di American Airlines Arena, Miami, Florida, 27 Desember 2011.
Pertarungan yang paling diingat adalah Bryant bersama LA Lakers dengan Garnett bersama Boston Celtics. Mereka dua kali bertemu di final NBA, pada 2008 dan 2010. Kedua final itu begitu menegangkan yang harus diselesaikan hingga 6 sampai 7 gim. Masing-masing menang sekali, Celtics pada 2008 (4-2) dan Lakers pada 2010 (4-3).
Bryant dan Duncan (Spurs) bertemu enam kali di babak play off. Empat dari enam pertemuan yang dimenangkan mereka berujung pada cincin juara. Mereka begitu mendominasi NBA dengan masing-masing lima gelar juara.
Di lain sisi, Garnett dan Duncan baru dua kali bertemu di play off, pada 1999 dan 2001. Namun, pertemuan saat Garnett masih membela Minnesota Timberwolves itu yang memancing rivalitas keduanya.
Dalam laga pada 1999 itu, Garnett mengatakan sesuatu hal sensitif kepada Duncan, saat Hari Ibu, yang membuatnya marah. Sejak itu, pertarungan pemain yang sama posisi tersebut selalu penuh dengan kata-kata provokasi, tabrakan keras, sampai sikut tinggi dalam setiap musim reguler hingga mereka pensiun pada 2016.
Terlepas dari rivalitasnya, Duncan menyebut kelas ini sangat luar biasa. ”Karier yang sangat luar biasa. Saya begitu menikmatinya. Saya bahkan tidak pernah memimpikan bisa berada di posisi ini,” kata peraih tiga kali MVP Finals tersebut.
Kompas
Pemain San Antonio Spurs, Tim Duncan (21), dan pemain Sacramento Kings, DeMarcus Cousins (15), dalam pertandingan NBA di Sleep Train Arena, Sacramento, 15 November 2014. Sacramento unggul 94-91 atas Spurs.
Garnett melihat penghargaan ini merupakan hasil dari kerja kerasnya yang penuh dengan pengorbanan. ”Anda menghabiskan waktu yang tidak terhingga untuk sampai di sini. Tidak ada hari libur. Bahkan Anda tetap bermain di tengah cedera. Ini adalah puncaknya. Untuk masuk Hall of Fame adalah segalanya,” kata mantan pemain yang meraih gelar setelah pindah tim itu.
Selain trio tersebut, pemain putri NBA (WNBA), Tamika Catchings, juga masuk ke dalam kelas 2020. Catchings merupakan 10 kali WNBA All-Star dan empat kali peraih medali emas Olimpiade bersama AS. (AP)