Balap sepeda Tour de France dipertimbangkan berlangsung tanpa penonton jika situasi wabah Covid-19 belum memungkinkan ada kerumunan massa. Balap sepeda ini bisa menyedot 10 juta-12 juta penonton langsung setiap musim.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·4 menit baca
PARIS, KAMIS — Balap sepeda Tour de France yang akan berlangsung pada 27 Juni-19 Juli direncanakan berlangsung tanpa penonton untuk mencegah penularan virus korona baru. Balapan yang menempuh 21 etape ini menjadi salah satu ajang olahraga besar yang belum ditunda atau dibatalkan karena pandemi Covid-19.
Balap sepeda Giro d’Italia pada 9-31 Mei telah ditunda. Adapun Vuelta a Espana yang direncanakan berlangsung mulai 14 Agustus masih menunggu perkembangan terakhir wabah Covid-19 di Spanyol.
”Kami telah (menerapkan larangan pada penonton) untuk kompetisi-kompetisi yang lain sebelumnya, tetapi (masih) ada waktu untuk semua (pilihan). Kami memiliki pertarungan yang lebih penting. Masih terlalu dini untuk memutuskan (terus berlangsung). Mari curahkan seluruh usaha untuk mendaki gunung (wabah Covid-19) itu sebelum menyelesaikan masalah berikutnya” ujar Menteri Olahraga Perancis Roxana Maracineanu kepada BBC, Kamis (26/3/2020).
Ia menyatakan, salah satu hal yang mendukung opsi menggelar Tour de France tanpa penonton adalah tidak adanya konsekuensi finansial seperti pentas olahraga lainnya. ”Ini tidak memiliki dampak (finansial) yang sama karena model bisnis Tour tidak bergantung pada penjualan tiket seperti sepak bola dan rugbi,” ujar Maracineanu.
”Pada periode pembatasan ini, semua orang sadar dan bertanggung jawab. Semua orang memahami keuntungan tetap berada di rumah dan karena itu memilih tayangan televisi dibandingkan menonton langsung,” kata Maracineanu kemudian.
Tour de France merupakan ajang olahraga terbesar tanpa penjualan tiket yang bisa menyedot 10 juta hingga 12 juta penonton langsung di tepi rute balapan. Mengingat sebagian besar penonton berasal dari luar Perancis, menggelar balapan tanpa penonton akan menjadi masalah besar, terutama harus memperketat perbatasan.
Untuk mengamankan balapan, panitia penyelenggara, yaitu ASO, mengerahkan 29.000 personel selama balapan berlangsung. Mereka terutama berjaga di persimpangan jalan serta tanjakan-tanjakan terjal untuk mencegah penonton tumpah ke jalan.
Untuk mengamankan balapan, panitia penyelenggara, yaitu ASO, mengerahkan 29.000 personel selama balapan berlangsung. Mereka terutama berjaga di persimpangan jalan serta tanjakan-tanjakan terjal untuk mencegah penonton tumpah ke jalan.
Beragam tanggapan
Rencana menggelar balap sepeda Tour de France tanpa penonton ini mendapat beragam tanggapan dari tim-tim peserta dan juga pebalap. Mereka mempertimbangkan risiko kesehatan juga potensi penundaan dan pembatalan balapan epik tersebut. Virus korona baru, yang bernama resmi SARS-CoV-2, telah menunda dan membatalkan berbagai ajang olahraga, antara lain balap motor, balap mobil, basket, sepak bola, dan terakhir Olimpiade Tokyo 2020 yang ditunda hingga 2021.
Keputusan untuk melajutkan atau menunda Tour de France akan ditetapkan paling lambat pada 1 Mei. Tenggat itu untuk melihat lebih jernih apakah wabah Covid-19 sudah bisa dikendalikan atau justru semakin parah.
Berdasarkan data CSSE John Hopkins University, Jumat (27/3/2020) pukul 11.33 WIB, kasus positif Covid-19 di Perancis terdata 29.566 orang, korban meninggal 1.698 jiwa, dan pasien yang sembuh 4.955 orang. Sementara kasus baru pada Kamis terdata 3.922 pasien. Di Eropa, kasus kumulatif Covid-19 di Perancis ada di urutan keempat setelah Italia, Spanyol, dan Jerman.
”Ada kebutuhan untuk menggelar Tour de France. Setelah itu, kondisi kesehatan masyarakat yang akan menentukan seberapa memungkinkan itu,” ujar Manajer Tim Groupama-FDJ Marc Madiot.
Pebalap sekaligus pemimpin tim Groupama-FDJ, Thibaut Pinot, menegaskan, dirinya jauh lebih khawatir dengan persebaran wabah Covid-19 dibandingkan pembatalan balapan. Ayah Pinot juga telah dinyatakan positif Covid-19.
”Pertanyaannya bukan apakah Tour de France bisa digelar atau tidak. Perhatian saya lebih pada fakta bahwa jika kita membatalkan Tour de France, itu berarti pandemi belum berhenti,” ujarnya kepada Cyclingnews.
Sementara itu, kepala tim Deceuninck-Quickstep, Patrick Lefevere, menyoroti teknis penyelenggaraan Tour de France jika terus berlangsung. ”Saya seorang yang optimistis, tetapi saya tidak tahu bagaimana mereka bisa menggelar Tour de France. Bagaimana dengan para penggemar? Siapa yang bisa masuk Perancis dan siapa yang tidak? Apa kita sungguh akan memadati hotel-hotel dengan orang? Saya tidak bisa membayangkan seseorang melambaikan tongkat sihir pada awal Juli dan krisis virus korona tiba-tiba terselesaikan,” tutur Lefevere kepada The Guardian.
Kepala tim Sunweb, Iwan Spekenbrink, menegaskan, balapan hanya bisa berlangsung selama kondisi kesehatan semua orang tidak dalam risiko. ”Selama kesehatan masyarakat bisa dijamin,” ujarnya kepada Le Monde.
”Saya bisa melihat ini menjadi sebuah balapan yang mengawali kembali musim balap sepeda meskipun jika ini memastikan semua orang hanya memiliki sedikit waktu untuk berlatih,” lanjut Spekenbrink.