Modifikasi sistem kualifikasi serta aturan batas usia untuk tampil di Olimpiade Tokyo pada 2021, menjadi topik pembahasan antara federasi internasional cabang-cabang olahraga dan Komite Olimpiade Internasional.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·4 menit baca
LAUSANNE, JUMAT– Penundaan Olimpiade Tokyo 2020 selama setahun menuntut sejumlah kompromi termasuk dalam beberapa aturan teknis. Persiapan ulang para atlet yang terbatas oleh waktu, karena pembatasan sosial, menuntut modifikasi aturan main, seperti proses kualifikasi, serta batasan usia U-23 di cabang olahraga sepak bola, dan minimal berusia 16 tahun untuk cabang senam.
Komite Olimpiade Internasional (IOC) menegaskan, bahwa proses kualifikasi sejumlah cabang bisa dimodifikasi menyesuaikan karakter masing-masing olahraga. Saat ini sudah ada 57 persen dari 11.000 atlet yang ditargetkan tampil di Tokyo 2020, telah lolos kualifikasi. Dalam rapat telekonferensi antara IOC dan federasi internasional cabang-cabang olahraga, Kamis (26/3/2020) waktu Lausanne, Swiss, disepakati bahwa atlet-atlet yang telah lolos kualifikasi, statusnya tetap berlaku untuk Olimpiade 2021.
“Thomas Bach (Presiden IOC) pertama-tama menjelaskan alasan penundaan Olimpiade, kemudian mengatakan bahwa para atlet yang telah lolos kualifikasi Tokyo 2020 akan otomatis lolos untuk 2021,” ujar salah satu peserta telekonferensi itu kepada AFP, Jumat (27/3/2020).
“Salah satu topik utama adalah menentukan kapan dan bagaimana menggelar kualifikasi. Di sejumlah federasi, banyak atlet putra dan putri yang belum lolos kualifikasi dan ini membutuhkan paling tidak tiga bulan untuk mengelola mereka (menjalani kualifikasi),” lanjut sumber tersebut.
IOC sebelumnya menyatakan, federasi internasional bisa mengajukan proposal perubahan proses kualifikasi sebagai adaptasi pada wabah Covid-19. Wabah akibat virus Korona ini telah membuat para atlet di banyak negara kesulitan berlatih secara ideal. IOC pun memberikan panduan modifikasi proses kualifikasi.
Semua adaptasi sistem kualifikasi dan semua alokasi kuota atlet yang masih tersisa akan ditentukan berdasarkan sejumlah kriteria, seperti hasil di lapangan (misalnya melalui peringkat dunia atau catatan pencapaian atlet), hasil ajang yang bisa mewakili nilai dan sistem kualifikasi (misalnya menggunakan peringkat dunia atau hasil ajang tertentu di tingkat regional maupun benua). IOC juga menegaskan, penambahan kuota atlet akan mempertimbangkan kasus per kasus dalam situasi luar biasa, dengan dukungan dari Panitai Penyelenggara Olimpiade Tokyo 2020.
“Setiap revisi yang diperlukan pada sistem kualifikasi Tokyo 2020 untuk cabang olahraga akan diumumkan pada awal April 2020 dan dikomunikasikan ke semua pihak terkait,” tegas pernyataan IOC pekan lalu.
Modifikasi sistem kualifikasi, berpotensi besar diterapkan pada cabang tinju. Ini menyusul kasus positif Covid-19 pada enam petinju dan pelatih yang mengikuti kualifikasi zona Eropa di London, Inggris, pada Maret lalu. Selain itu, ada ketidakpastian kualifikasi zona Asia/Oseania di Wuhan, China, yang awalnya dijadwalkan pada 3-14 Februari, dan kualifikasi dunia di Paris (13-24 Mei).
Kualifikasi tinju di London, yang ditargetkan berlangsung pada 13-23 Maret, dihentikan setelah tiga hari, karena wabah Covid-19 semakin meluas. Pekan ini, dua petinju dan seorang pelatih Turki, serta seorang petinju dan dua pelatih Kroasia, dinyatakan positif terpapar virus Korona. Mereka kini menjalani karantina dan dalam kondisi stabil.
“Epidemiologis kami menyampaikan mereka kemungkinan besarterinfeksi selama kualfikasi Tokyo 2020,” ujar Marko Marovic Sekretaris Jenderal Federasi Tinju Kroasia kepada BBC.
Batasan usia
Selain kompromi proses kualifikasi, batasan usia atlet juga menjadi fokus perhatian. Federasi Sepak Bola Australia (FFA), misalnya, akan membuka diskusi dengan FIFA, IOC, dan AFC, terkait batasan usia di bawah 23. Enam pemain tim nasional Australia U-23 tidak akan sah bermain saat Olimpiade tahun depan karena sudah melebihi batasan usia. Tim sepak bola Australia sudah lolos kualfikasi bersama Korea Selatan, Arab Saudi, dan tuan rumah Jepang.
“Para pemain dipastikan telah membantu negaranya lolos Olimpiade tahun ini, tetapi mungkin tidak akan sah bermain di turnamen tahun depan karena batasan usia,” ujar Kepala Eksekutif FFA James Johnson. Pemain yang berusia di bawah 23 tahun pada awal 2020 bisa tampil di Olimpiade. Selain itu, ada tiga pemain di atas U-23 yang boleh dimasukan ke dalam tim.
Cabang senam juga menanti petujuk teknis baru terkait batasan usia atlet minimal 16 tahun. Atlet yang lahir sebelum 1 Januari 2005 sah tampil di Olimpiade pada musim panas 2020, yang awalnya direncakan pada 24 Juli-9 Agustus. Dengan penundaan setahun, pertanyaannya adalah atlet-atlet yang pada 2020 masih di bawah 16 tahun, tetapi sudah memasuki usia 16 tahun pada 2021, apakah diperbolehkan tampil di Olimpiade tahun depan? Jika diperbolehkan, ini menjadi peluang emas bagi pesenam brilian yang lahir setelah 1 Januari 2005. (AFP/AP)