Sejumlah pengurus cabang pun berusaha mencari sumber anggaran lain dari sponsor agar pelatnas Olimpiade berkelanjutan hingga tahun depan. Dana itu dibutuhkan karena Olimpiade ditunda setidaknya selama setahun.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penundaan Olimpiade Tokyo 2020 ke 2021 membuat pengurus cabang olahraga harus berpikir keras. Pasalnya, Kementerian Pemuda dan Olahraga tak memiliki anggaran untuk menyelenggarakan pelatnas jangka panjang hingga 2021. Untuk itu, sejumlah pengurus cabang pun berusaha mencari sumber anggaran lain, yakni dari sponsor agar pelatnas bisa berkelanjutan hingga tahun depan.
Hal itu yang dilakukan oleh Pengurus Besar Federasi Panjat Tebing Indonesia (PB FPTI). Sekretaris Umum PB FPTI Sapto Hardiono dihubungi dari Jakarta, Kamis (26/3/2020), mengatakan, wabah korona baru atau Covid-19 dan penundaan Olimpiade 2020 telah merusak program pelatnas panjat tebing Indonesia.
Paling tidak, PB FPTI dan Kemenpora melakukan penandatanganan nota kesepahaman (MOU) pemberian anggaran bantuan pelatnas 2020 di Jakarta, Selasa (10/3). PB FPTI mengusulkan 20 atlet dengan anggaran pelatnas sekitar Rp 27,5 miliar, tetapi disetujui 10 atlet dengan anggaran sekitar Rp 6,9 miliar. Semula, pelatnas itu akan digelar pada April ini.
Akibat wabah korona, pelatnas itu pun tidak dapat digelar pada April ini. Apalagi ada kebijakan dari pemerintah agar tidak melakukan kegiatan di luar ruangan. ”Karena itu, ada 10 atlet yang akan ditarik ke pelatnas tetap berada di daerah, tersebar di DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Di daerah, mereka berlatih di dalam ruangan, antara lain latihan pull up yang ditingkatkan dari 250 kali sehari menjadi 500-1.000 kali sehari,” ujar Sapto.
Sejauh ini, Sapto menuturkan, pihaknya belum tahu pasti kapan pelatnas bisa dimulai. Pihaknya sedang menanti perkembangan wabah korona. Di sisi lain, mereka juga menanti kepastian jadwal baru Olimpiade Tokyo pada 2021. ”Ini juga terkait anggaran. Dengan dana yang terbatas, kami harus tahu pasti kapan jadwal baru Olimpiade Tokyo. Dengan begitu, kami bisa sesuaikan anggaran yang ada untuk menggelar pelatnas,” katanya.
Khususnya untuk anggaran, Sapto melanjutkan, dana bantuan yang ada tidak mungkin untuk menggelar pelatnas jangka panjang hingga 2021. Sebab, anggaran itu hanya optimal untuk menggelar pelatnas dari April hingga Juli/Agustus ini atau sesuai jadwal semula Olimpiade Tokyo. ”Karena Olimpiade Tokyo ditunda, otomatis kebutuhan anggaran jadi membengkak kalau pelatnas harus berlanjut sampai tahun depan,” tuturnya.
Guna mengatasi situasi yang ada, Sapto menambahkan, pihaknya berusaha mencari anggaran tambahan dari sponsor. Sejauh ini, PB FPTI telah berkomunikasi sekurangnya dua kali dengan empat sponsor dari perusahaan swasta guna membantu pelatnas jangka panjang panjat tebing hingga 2022. Sekarang, progres kesepakatan kedua belah pihak mencapai 60 persen.
”Sejatinya, kami sudah menjalin komunikasi dengan para sponsor itu sejak November tahun lalu. Kami coba antisipasi kekurangan anggaran dari pemerintah karena kami belum dapat tiket Olimpiade. Sekarang, kebutuhan dana dari sponsor kian mendesak untuk membantu pelatnas jangka panjang karena Olimpiade Tokyo ditunda ke 2021. Semula, kami berupaya melakukan pelatnas berkelanjutan bahkan hingga 2024, yakni untuk persiapan Asian Games 2022 hingga Olimpiade 2024,” ujarnya.
Mencari bapak angkat
Hal hampir serupa akan dilakukan PB Persatuan Panahan Indonesia (Perpani). Ketua Umum PB Perpani Illiza Sa’aduddin Djamal mengutarakan, pihaknya berencana melakukan MOU untuk mendapatkan anggaran pelatnas 2020 pada April ini. Tujuannya, agar mereka bisa segera menggelar pelatnas pada April ini.
Apalagi PB Perpani sudah meloloskan dua atlet ke Olimpiade Tokyo, yakni Riau Ega Agatha dan Diananda Choirunnisa untuk nomor recurve panahan. Di sisi lain, mereka pun berniat menambah setidaknya satu atlet lagi ke Olimpiade kali ini. Namun, karena wabah korona, pelatnas pun tidak dapat digelar dalam waktu dekat.
”Rencananya ada delapan atlet yang akan direkrut ke pelatnas. Sekarang, mereka tetap berlatih di daerah masing-masing, yakni di Jawa Timur, Yogyakarta, dan Kalimantan Tengah. Mereka tetap berlatih di lapangan, tetapi sifatnya tertutup atau tidak berkumpul. Mereka juga dipantau pelatih dan psikolog yang terus memberikan semangat agar tidak jenuh dengan suasana tanpa pertandingan,” kata mantan Wali Kota Banda Aceh itu.
Sejauh ini, Illiza melanjutkan, pihaknya pun belum tahu kapan pelatnas bisa digelar. Pihaknya masih menanti perkembangan wabah korona dan juga jadwal baru Olimpiade Tokyo pada 2021. ”Yang pasti, kebutuhan anggaran pasti membengkak karena pelatnas harus dilakukan hingga tahun depan,” tuturnya.
Terlepas dari itu, Illiza menambahkan, pihaknya sangat membutuhkan dukungan anggaran dari pihak lain. Pasalnya, kas anggaran PB Perpani saat ini nol atau tidak ada cadangan sama sekali. ”Khususnya dari pemerintah, kami berharap ada perhatian khusus untuk PB Perpani. Apalagi, panahan adalah salah satu cabang prioritas nasional dan sudah memastikan dapat dua tiket ke Olimpiade Tokyo,” ujarnya.
Kendati demikian, Illiza menyampaikan, pihaknya menyadari anggaran Kemenpora sangat terbatas sehingga sulit untuk memenuhi kebutuhan pelatnas jangka panjang hingga tahun depan. Apalagi, saat ini anggaran semua kementerian/lembaga kemungkinan akan dialihkan ke penanganan wabah korona yang sedang berkecamuk di Indonesia.
Atas dasar itu, Illiza menerangkan, pihaknya kemungkinan akan mencari anggaran tambahan dari bapak angkat. Mereka coba menjalin kerja sama dengan BUMN yang ada. ”Pada periode yang lalu, PB Perpani pernah menjalin kerja sama dengan sejumlah BUMN, antara lain Pertamina. Kami coba lagi menjalin kerja sama dengan mereka sebagai bapak angkat. Namun, komunikasi belum bisa dilakukan karena pergerakan yang terbatas oleh wabah korona ini,” ungkapnya.
Pelatnas jangan putus
Sementara itu, Menpora Zainudin Amali melalui rekaman video menyatakan, dirinya tidak menafikan bahwa anggaran untuk pelatnas akan membengkak karena berlangsung jangka panjang sampai tahun depan. Namun, dia meminta agar pelatnas tidak berhenti. Jika pun tidak bisa beraktivitas di luar ruangan, pelatih diharapkan tetap memastikan kebugaran atlet tidak turun selama berlatih dalam ruangan/rumah.
”Tahun depan akan menjadi tahun tersibuk untuk dunia olahraga Indonesia. Sebab, selain menyiapkan diri sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20, Indonesia juga akan berpartisipasi pada Olimpiade Tokyo yang ditunda pada 2021 dan SEA Games 2021. Untuk itu, pelatnas harus tetap berjalan atau berlangsung jangka panjang untuk menyiapkan atlet mengikuti kegiatan-kegiatan pada tahun depan,” ujarnya.
Zainudin mengatakan, pihaknya akan berupaya mencari solusi atas situasi yang ada sekarang. ”Paling tidak, saya akan berkoordinasi dengan Komite Olimpiade Indonesia (KOI/NOC) dan Ketua Kontingen (CdM) Indonesia pada Olimpiade Tokyo untuk menyusun program/rencana ulang untuk persiapan pelatnas jangka panjang,” pungkasnya.