Manchester City menghadapi desakan para rival di Liga Inggris, yang mendukung hukuman UEFA. Keputusan banding City pun masih menunggu sidang Pengadilan Arbitrase Olahraga.
Oleh
Muhammad Ikhsan Mahar
·4 menit baca
LAUSANNE, RABU — Delapan tim yang berada di 10 besar klasemen Liga Inggris musim ini mendukung Pengadilan Arbitrase Olahraga untuk menolak banding Manchester City atas hukuman larangan bermain di Liga Champions Eropa dua musim mendatang. Keputusan UEFA untuk melonggarkan aturan Financial Fair Play tahun 2019 dan 2020 juga semakin meneggelamkan ”The Citizens”.
Delapan tim itu ialah Liverpool, Leicester, Chelsea, Arsenal, Tottenham Hotspur, Manchester United, Wolverhampton Wanderers, dan Burnley. Mereka memasukkan aplikasi gabungan kepada Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS) di Lausanne, Swiss, untuk mendukung hukuman dua tahun yang dijatuhkan UEFA pada City yang melanggar aturan Financial Fair Play (FFP).
”Selama ini City menyiasati aturan FFP untuk bisa berlaga di Liga Champions Eropa sehingga kami khawatir mereka mampu menunda hukuman itu atau bahkan memenangkan banding. Hal itu jelas sangat keterlaluan,” demikian perwakilan kedelapan klub seperti dikutip Daily Mail.
Terkait langkah hukum yang ditempuh para rival di CAS, City menolak memberi komentar. City masih menunggu putusan banding yang diajukan pada CAS pada Februari lalu.
Sekretaris Jenderal CAS Matthieu Reeb memastikan, CAS tetap berupaya menggelar persidangan terhadap banding City meskipun pandemi Covid-19 semakin parah di Eropa. Menurut dia, semua pihak yang dimintai keterangan telah setuju dengan pemeriksaan jarak jauh melalui video dan telepon.
”Belum ada dampak signifikan terhadap tugas kami, tetapi kami tetap waspada. Sementara ini, hanya tiga pihak yang meminta penundaan untuk penyampaian keterangannya,” ujar Reeb.
Adapun City berharap keputusan CAS bisa diputuskan sebelum memasuki musim panas ini. Namun, seiring wabah virus korona jenis baru, CAS membuat daftar ulang terhadap putusan 16 kasus yang akan dilakukan pada 18 Mei. Sayangnya, sidang banding City tidak masuk dalam daftar itu.
Tidak terpengaruh
Di tengah harap cemas terhadap putusan CAS, UEFA justru menghilangkan sedikit harapan City untuk berlaga di Liga Champions musim depan. UEFA memang mengevaluasi aturan FFP untuk kompetisi tahun 2019 dan 2020, tetapi hal itu tidak memengaruhi hukuman terhadap City. Pasalnya, kelonggaran klub Eropa untuk menyampaikan laporan keuangan hanya berlaku untuk periode 2017-2019, sedangkan City diputus melanggar aturan FFP pada periode 2012-2016.
UEFA memutuskan untuk melonggarkan aturan FFP yang mengatur ketat laporan keuangan klub sebagai salah satu syarat bermain di kompetisi antarklub Eropa. Kelonggaran aturan itu berlaku untuk tahun 2019 dan 2020 seiring wabah virus korona yang menghentikan mayoritas liga di ”Benua Biru”.
UEFA mengklasifikasikan pandemi Covid-19 di Eropa sebagai force majeure, yang membuat klub tidak bisa melanjutkan aktivitas. Hal ini membuat klub sulit untuk menutup biaya pengeluaran, terutama pembayaran gaji pemain. Presiden UEFA Aleksander Ceferin pun memutuskan untuk menyesuaikan aturan itu.
Melalui keputusan itu, UEFA tidak akan memberlakukan penertiban kepada klub yang kerugiannya lebih dari 27 juta poundsterling (Rp 518 miliar) dalam periode 2017-2019. UEFA juga memundurkan batas waktu laporan keuangan klub dari 31 Maret ke 30 April.
”Didasari kejadian luar biasa di luar kuasa klub, kami melakukan penyesuaian. Sebab, penghentian aktivitas sepak bola di seluruh Eropa memengaruhi pemasukan dari hak siar TV atau bonus sponsor sehingga mustahil untuk bisa menyesuaikan aturan (FFP) yang telah berjalan selama ini,” ujar Ceferin dalam keterangan resmi di laman UEFA.
Adapun hukuman terhadap City didasari laporan media Jerman, Die Spiegel, November 2018, yang menduga City memanipulasi laporan keuangan dengan meningkatkan nilai dana dari sponsor. Berdasarkan laporan itu, UEFA melakukan investigasi pada Maret 2019. Selain UEFA, operator Liga Inggris, Premier League, turut serta untuk menyelidiki dugaan pelanggaran City itu.
Pada 14 Februari 2020, City menerima surat dari UEFA terkait larangan tampil di kompetisi elite antarklub Eropa pada musim 2020/2021 dan 2021/2022 serta denda 30 juta euro (Rp 524 miliar).
Dukungan terhadap City disampaikan oleh legenda Manchester United, Gary Neville. Menurut Neville, City berpeluang menang dalam persidangan di CAS. Hal itu disebabkan hukuman yang dijatuhi UEFA terkesan aneh dan tidak memiliki dasar kuat.
”Mereka seperti organisasi putus asa yang memberikan keputusan yang aneh. Saya pikir persidangan akan berjalan rumit, tetapi akhirnya City akan menang,” ujarnya. (REUTERS)