Penundaan Paralimpiade Tokyo 2020 bersamaan dengan penundaan Olimpiade Tokyo 2020 membuat para atlet harus lebih bersabar. Komite Paralimpiade Nasional Indonesia terpaksa memulangkan para atlet lebih cepat.
Oleh
DOMINICUS HERPIN DEWANTO PUTRO
·2 menit baca
SOLO, KOMPAS — Komite Paralimpiade Nasional Indonesia terpaksa menghentikan pelatihan nasional di Solo, Jawa Tengah, dan memulangkan semua atletnya, Rabu (25/3/2020). Keputusan ini merupakan respons atas penundaan Paralimpiade Tokyo 2020 akibat wabah Covid-19.
Para atlet yang dipersiapkan Komite Paralimpiade Nasional Indonesia (NPCI) untuk ke Tokyo berjumlah 35 orang. ”Kami mengikuti saja, secepatnya (para atlet) pulang saja. Kami tinggal menyelesaikan administrasi,” kata Ketua Umum NPCI Senny Marbun ketika dihubungi Rabu kemarin.
Penundaan Paralimpiade ini menjadi pukulan berat bagi para atlet NPCI yang selama ini berada dalam ketidakjelasan. Semula pelatnas diikuti 304 atlet karena mereka juga mempersiapkan diri untuk mengikuti ASEAN Para Games (APG) 2020 di Filipina.
APG 2020 awalnya akan digelar pada Januari lalu tetapi batal karena Filipina belum siap. Ajang tersebut ditunda pada Maret 2020 dan terpaksa ditunda lagi karena wabah Covid-19. Kini, APG 2020 dijadwalkan pada 3-9 Oktober.
Pekan lalu, NPCI memulangkan 269 dari 304 atlet yang dipersiapkan mengikuti APG 2020. Sementara 35 atlet yang akan mengikuti Paralimpiade Tokyo diminta tetap tinggal. Kini, pelatnas dihentikan total.
NPCI dan para atlet kini hanya bisa menunggu karena APG 2020 pada Oktober mendatang juga masih bisa berubah. Jika wabah Covid-19 belum mereda, jadwal bisa berubah lagi. ”Akan ada pemberitahuan lagi dua bulan sebelum APG digelar. Jika sudah memungkinkan, atlet akan dipanggil lagi (untuk mengikuti pelatnas),” kata Senny.
Situasi ini jelas mengecewakan, tetapi Senny bersyukur para atlet masih dalam keadaan sehat dan ini yang terpenting. Ketika wabah Covid-19 mengancam, kewaspadaan selama pelatnas ditingkatkan. Mereka berlatih di dalam hotel dan membatasi kontak langsung dengan orang luar.
Ketika atlet harus pulang, NPCI meminta mereka untuk tetap berlatih dan para pelatih akan tetap memantau. Latihan mandiri di rumah tidak ideal, tetapi hanya inilah yang bisa dilakukan pada saat ini.
Tidak semua atlet Paralimpiade langsung pulang ke daerah masing-masing. Atlet bulu tangkis putri Leani Ratri Oktila (28), misalnya, tidak lantas pulang ke Riau dan masih tetap bertahan di Solo. Ia tetap tinggal di rumahnya sambil memantau situasi karena Solo saat ini juga menerapkan status kejadian luar biasa virus korona.
”Dipulangkan atau tidak sebenarnya sama saja buat saya. Jeda pelatnas saya akan tetap latihan seperti biasa,” ujar Ratri. Di Paralimpiade Tokyo 2020, ia akan tampil pada tiga nomor, yaitu tunggal putri, ganda putri, dan ganda campuran.