Jaga Momentum Emas di Olimpiade
Penundaan Olimpiade Tokyo 2020 menyebabkan potensi atlet nasional dalam meraih medali emas bisa berkurang. Perlu mengelola ulang program latihan atlet agar momentum tidak hilang di tengah peta persaingan yang ketat.
JAKARTA, KOMPAS — Penundaan Olimpiade Tokyo 2020 menyebabkan potensi atlet nasional dalam meraih medali emas menjadi tersamar. Penundaan yang diperkirakan hingga setahun akan memperpanjang persiapan atlet.
Namun, jika salah program, kondisi mereka justru berpotensi menurun. Karena itu, penting mengelola ulang program latihan atlet dengan cermat agar momentum emas tidak hilang di tengah peta persaingan dunia yang terus bergerak.
Sebelumnya, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dan Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC) Thomas Bach telah sepakat menunda gelaran Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo. Ajang tersebut ditunda karena kekhawatiran yang meningkat akibat pandemi Covid-19. Batas waktu penundaan hingga musim panas 2021.
Angkat besi nasional menjadi salah satu cabang yang terdampak penundaan. Bersama lifter nasional Eko Yuli Irawan, cabang angkat besi sudah menargetkan emas Olimpiade pada Juli nanti. Target emas itu realistis dengan kondisi Eko yang sedang dalam momentum terbaik setelah meraih emas Kejuaraan Dunia, Asian Games, dan SEA Games dalam dua tahun terakhir.
Namun, potensi emas itu kini mengambang. Empat bulan jelang kompetisi, kondisi Eko sudah cukup matang mencapai 90 persen dengan berbagai program latihan. Akibat penundaan, sang atlet harus mengulangi periodisasi latihan selama setahun ke depan. Hal tersebut bisa menghilangkan momentumnya.
”Kami sebenarnya tidak ingin ditunda juga karena itu (peluang Eko). Tetapi tentunya tidak bisa egois dengan situasi sekarang. Tidak adil karena seluruh atlet dunia kan pasti mengalami gangguan Covid-19,” kata manajer tim angkat besi Indonesia, Alamsyah Wijaya, saat dihubungi Rabu (25/3/2020), dari Jakarta.
Penundaan panjang itu menambah fakta bahwa Eko pada 2021 akan berusia 32 tahun. Tentu akan lebih sulit menjaga kondisi dan momentum dalam usia yang tidak muda lagi dalam cabang angkat besi itu.
Kondisi itu memaksa tim angkat besi untuk memutar otak setahun ke depan. Alamsyah meyakini, peluang emas dari Eko tidak akan berkurang selama persiapan dilakukan dengan lebih cerdas.
”Kalau setahun masih memungkinkan (emas). Tidak terlalu jauh. Bisa dikalkukasi ulang target emasnya. Fokusnya lebih ke recovery, pemberian gizi dan nutrisi yang lebih baik. Frekuensi dan intensitas latihan mengangkat beban akan dikurangi,” katanya.
Peluang emas masih sangat terbuka mengingat usia bukan menjadi halangan di Olimpiade Rio 2016. Atlet asal Kolombia, Oscar Figueroa, meraih emas di nomor 62 kilogram pada usia 33 tahun. Adapun Eko yang masih berusia 27 tahun kala itu meraih perak.
”Kita mesti jaga momentumnya. Intinya maintaning. Tentu ini menjadi tantangan karena kita harus merencanakan ulang semua. Mulai dari program metode latihan hingga pemusatan latihan, yang rencananya di Tokyo,” kata Alamsyah.
Eko sendiri tidak masalah dengan penundaan Olimpiade. Menurut dia, ada hal positif yang bisa diambil dari penundaan. Dia bisa mempersiapkan diri lebih panjang meskipun tidak dimungkiri usianya memang semakin tua.
Saat ini, kondisinya sudah hampir sempurna untuk berkompetisi. ”Jadi tinggal dilanjutkan kalau bisa sampai akhir tahun 110 persen. Nanti tahun depan tinggal memelihara saja,” kata atlet yang selalu menyumbang medali Olimpiade sejak 2008 tersebut.
Di cabang andalan meraih emas lain, bulu tangkis, penundaan juga bisa memunculkan persoalan. Dalam nomor andalan ganda putra, pasangan veteran nasional Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan akan semakin berumur tahun depan.
Meski performa mereka masih konsisten, pada 2021 Hendra akan berusia 36 tahun dan Ahsan 33 tahun. Performa keduanya menjadi pertanyaan pada tahun depan. Adapun kehadiran mereka sangat penting untuk melapisi ganda putra utama Kevin Sanjaya/Marcus Gideon.
Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Ahmad Budiharto mengatakan, perubahan peta persaingan itu perlu diantisipasi. Karena dalam setahun, kekuatan atlet dunia bisa sangat berubah.
PBSI menyoroti agar kondisi atlet nasional jangan sampai menurun. ”Pekerjaan rumah kita untuk buat program jaga performance mereka. Kita harus siap mencoba adaptasi. Harus siap atlet kita menghadapinya,” kata Budi.
Performa puncak dua ganda putra nasional sangat dibutuhkan untuk menghadang ganda Jepang yang sedang naik daun, Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe. Adapun Kevin/Marcus enam kali kalah beruntun dalam pertemuan dari pasangan Jepang tersebut.
Masalah anggaran
Komite Olimpiade Indonesia (KOI) menyambut keputusan penundaan Olimpiade Tokyo 2020 hingga jangka waktu setahun ke depan. Penundaan itu dinilai tepat karena menempatkan kepentingan dan keselamatan atlet sebagai prioritas utama.
Ketua Umum KOI Raja Sapta Oktohari mengatakan, penundaan membuat atlet bisa mempersiapkan diri lebih panjang untuk menuju Olimpiade. ”Persiapan lebih lama semoga akan lebih maksimal hasilnya,” katanya.
Kendati demikain, pelatnas yang semakin panjang ini menimbulkan persoalan dari sisi anggaran. Sebelumnya, mayoritas cabang olahraga prioritas akan memaksimalkan dananya terpakai hingga Juli atau sebelum Olimpiade.
Sementara itu, akibat penundaan, dana pelatnas akan kosong sejak Agustus 2020 hingga pertengahan 2021. Ini menimbulkan masalah bagi cabang-cabang Olimpiade, selain bulu tangkis yang dana pelatnasnya hanya berkontribusi 15 persen dari anggaran tahunan mereka.
Okto mengatakan, pihaknya akan segera berbicara dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga terkait anggaran. Dia menjamin agar program-program pelatnas bisa dijalankan hingga dimulainya Olimpiade.
”Itu yang masih kita bahas sama Kemenpora karena ini hal yang enggak bisa kita putuskan sendiri. Pastinya akan kita dorong agar pelatnas maksimal sampai 2021. Tentu nanti kan ada dana-dana yang bisa dialihkan, yang belum terpakai cabang karena tidak jadi try out,” katanya.
Sekretaris Kemenpora Gatot S Dewa Broto menyatakan, pihaknya tidak mampu membiayai pelatnas hingga 2021. Oleh karena itu, Kemenpora akan duduk bersama dengan cabang olahraga untuk mencari solusi bersama agar pelatnas tidak terputus.
”Ini kan anggaran pelatnas kan hanya dikondisikan hanya untuk Olimpiade. Sampai awal Juli. Kalau untuk pelatnas jangka panjang, kami jujur tidak mampu. Karena itu, nanti dalam waktu dekat cabang akan dikumpulkan untuk membahas ini,” kata Gatot.