Jepang masih bersikeras menggelar Olimpiade Tokyo 2020 sesuai jadwal. Padahal, pandemi Covid-19 telah membuat sebagian besar atlet kesulitan untuk berlatih dan mempersiapkan diri untuk bertanding di Olimpiade.
Oleh
DOMINICUS HERPIN DEWANTO PUTRO
·3 menit baca
ATHENA, RABU — Komite Olimpiade Internasional atau IOC masih terus meminta para atlet di seluruh dunia tetap berlatih dan mempersiapkan diri untuk tampil di Olimpiade Tokyo 2020. Permintaan itu justru membuat atlet semakin frustrasi dan berada dalam bahaya besar karena wabah Covid-19 bertambah parah.
Situasi ini terjadi karena Pemerintah Jepang bersikeras untuk menggelar Olimpiade sesuai dengan jadwal, yaitu pada 24 Juli-9 Agustus 2020. IOC sebagai penyelenggara juga menilai, saat ini belum ada masalah yang bisa menghentikan perhelatan ajang olahraga multicabang terbesar di dunia itu.
Kenyataannya, sebagian besar atlet sudah kesulitan berlatih, terutama mereka yang tinggal di negara yang menerapkan karantina wilayah (lockdown), seperti di sejumlah negara Eropa. Di Yunani, misalnya, pemerintah sudah menutup pintu masuk, toko-toko, dan fasilitas olahraga. Hingga Rabu (18/3/2020) terdapat 387 kasus positif Covid-19 yang menewaskan lima orang di Yunani.
”IOC menempatkan kami dalam situasi yang sulit. Bagaimana kami bisa berlatih dalam kondisi seperti ini. Kesehatan kami juga terancam,” kata atlet lompat galah asal Yunani, Katerina Stefanidi. Yunani sangat berharap kepada Stefanidi yang pada Olimpiade Rio 2016 berhasil menyabet emas.
Menurut Stefanidi, stadion tempatnya berlatih telah ditutup sejak sepekan terakhir. ”Kami memang mendapat izin untuk berlatih di stadion itu. Namun, bagaimana Anda bisa berlatih dan menyentuh semua peralatan di sana,” ujarnya.
Hal yang sama dirasakan atlet heptathlon asal Inggris, Katarina Johnson-Thompson, yang selama ini berlatih di Perancis. Ia terpaksa pulang kampung karena Perancis juga menerapkan karantina wilayah.
Johnson-Thompson merasa keputusan IOC yang bertolak belakang dengan keputusan pemerintah di sejumlah negara membuat keadaan semakin rumit. IOC meminta atlet terus berlatih, tetapi pemerintah di sejumlah negara membatasi pergerakan penduduknya. ”Saya merasa tertekan dan mempertahankan rutinitas latihan pada saat ini sangatlah mustahil,” ujarnya.
Rasa frustrasi juga diungkapkan pelari asal Inggris, Jessica Judd. ”Bagaimana kami bisa menyiapkan diri sebaik mungkin? Adakah yang bisa memberi tahu saya kapan latihan bisa berjalan normal kembali,” ujarnya, seperti dikutip BBC.
Mantan atlet hoki Kanada yang kini tergabung dalam Komisi Atlet IOC, Haley Wickenheiser, memahami yang dirasakan para atlet saat ini. ”Jika IOC memaksakan hal ini, itu adalah langkah yang tidak sensitif dan tidak bertanggung jawab,” ujarnya.
Kualifikasi berantakan
Olimpiade tinggal sekitar empat bulan lagi dan kualifikasi untuk memperebutkan tiket bagi para atlet masih berantakan karena terkendala wabah Covid-19. Masih ada 4.700 dari sekitar 11.000 tiket yang masih harus diperebutkan.
Kejuaraan Dunia Senam Artistik yang menjadi ajang kualifikasi cabang senam pada awal April mendatang di Tokyo juga sudah dibatalkan. ”Dampak dari wabah korona yang terus meluas di Eropa dan pembatalan kejuaraan dunia lainnya, banyak atlet dan juri yang tidak bisa hadir,” tulis Asosiasi Senam Jepang dalam pengumuman resminya.
Hal ini menambah kekhawatiran mengenai keberlangsungan Olimpiade pada musim panas nanti. Bahkan, hasil jajak pendapat yang dilakukan oleh Kyodo News menyebutkan bahwa 70 persen responden merasa Olimpiade tidak bisa digelar sesuai jadwal. Pesimisme terus meningkat.
Wajar jika para atlet, seperti Stefanidi, berharap akan ada rencana cadangan untuk mengantisipasi kondisi terburuk. ”Pengaruhnya sangat besar bagi atlet jika sudah mengetahui akan ada rencana cadangan. Saya sendiri tidak akan mengambil risiko (tetap berlatih) jika sudah ada rencana cadangan,” ujarnya.
Padahal, sejumlah kompetisi mayor pada musim panas tahun ini, seperti Piala Eropa 2020 dan Copa America 2020, juga sudah ditunda hingga tahun depan. Namun, hingga Rabu kemarin, Jepang masih ngotot untuk tetap menggelar Olimpiade sesuai jadwal. ”Kami tidak melakukan penyesuaian untuk menunda Olimpiade,” kata Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga. (AP/AFP/REUTERS)