Setelah ASEAN Para Games 2020 kembali ditunda, Komite Paralimpiade Nasional Indonesia terpaksa menghentikan pelatnas. Atlet yang tidak diproyeksikan tampil di Paralimpiade Tokyo 2020 akan dipulangkan.
Oleh
D HERPIN DEWANTO PUTRO
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Pelaksanaan ASEAN Para Games 2020 di Filipina kembali diundur dari jadwal semula 21-27 Maret menjadi 3-9 Oktober akibat pandemi Covid-19. Komite Paralimpiade Nasional Indonesia pun memulangkan atlet dari pemusatan latihan di Surakarta, Jawa Tengah. Adapun atlet yang dipersiapkan untuk Paralimpiade Tokyo 2020 tetap berlatih.
Dengan demikian, dari total 300 atlet di pelatnas, hanya akan tersisa 35 atlet. Pemulangan atlet ASEAN Para Games 2020 itu, menurut rencana, dilakukan pada akhir Maret.
Penundaan APG 2020 itu diumumkan ASEAN Para Sports Federation (APSF), Senin (16/3/2020) malam. ”Penundaan dilakukan dengan catatan, pandemi Covid-19 sudah bisa diatasi dan tidak lagi mengancam kesehatan manusia,” tulis APSF di laman mereka.
Artinya, jadwal baru pada Oktober masih bisa berubah jika wabah Covid-19 belum bisa diatasi. APSF akan mengevaluasi kembali keputusan mengenai penyelengaraan ASEAN Para Games 2020 itu pada akhir Juli.
Ketua Umum Komite Paralimpiade Nasional (NPC) Indonesia Senny Marbun yang mengikuti telekonferensi dengan APSF dan perwakilan NPC dari negara ASEAN mengatakan, jadwal baru itu sudah disepakati bersama.
”Mengingat wabah korona ini semakin mengganas, semua setuju untuk ditunda hingga Oktober,” kata Senny saat dihubungi pada Selasa (17/3).
Sejauh ini APG 2020 sudah ditunda dua kali. Awalnya, ajang yang menjadi kelanjutan SEA Games 2019 itu digelar pada 18-24 Januari 2020. Namun, Filipina ternyata tidak siap sehingga menundanya menjadi 21-27 Maret 2020. Saat itu, mereka belum mengetahui jika pandemi Covid-19 akan mengacaukan agenda olahraga di seluruh dunia.
Para atlet NPC Indonesia sebenarnya sudah siap bertanding sejak akhir Desember 2019. Akibat ketidakpastian jadwal APG 2020, para atlet terpaksa melanjutkan latihan.
Bahkan, sejak Senin para atlet atletik NPC terpaksa berlatih di dalam hotel karena Pemerintah Kota Surakarta menetapkan status Kejadian Luar Biasa terkait dengan pandemi Covid-19. Latihan dipastikan tidak optimal, tetapi para atlet minimal dapat menjaga performa agar tidak turun.
Jika APG ditunda hingga Oktober, mempertahankan pelatnas akan sangat memberatkan. ”Kami sudah mengeluarkan Rp 10 miliar per bulan, tetapi bisa saja lebih. Semua anggaran dari Kementerian Pemuda dan Olahraga,” kata Senny.
Selain masalah biaya, pelatnas semakin sulit dilakukan di tengah ancaman virus korona. Karena itu, Kemenpora telah menyurati NPC Indonesia dan meminta agar pelatnas ditunda sementara.
”Para atlet yang disiapkan untuk APG 2020 diharapkan berlatih mandiri. Adapun atlet Paralimpiade tetap bisa berlatih dengan menyesuaikan situasi,” kata Sekretaris Kemenpora Gatot S Dewa Broto. Artinya, para atlet yang bertahan di pelatnas harus menjalankan protokol perlindungan diri terhadap ancaman wabah Covid-19.
Paralimpiade 2020 dijadwalkan pada 25 Agustus-6 September. Dengan meluasnya pandemi Covid-19, belum ada jaminan apakah Olimpiade dan Paralimpiade dapat berjalan sesuai dengan jadwal. Meski demikian, atlet-atlet Indonesia tetap berupaya berlatih seperti biasa.
Jadwal yang dirancang pun menjadi tidak ideal karena ASEAN Para Games seharusnya bisa menjadi pemanasan sebelum Paralimpiade. ”Memang tidak ideal, tetapi namanya juga force majeur. Kita semua juga tidak tahu kondisi di Filipina seperti apa,” kata Gatot.