Siasat Pelatnas Olimpiade di Tengah Kepungan Korona
Pelatnas Olimpiade Tokyo dituntut menjaga kondisi atlet, sementara banyak pembatalan ajang kualifikasi Olimpiade sejumlah negara. Cabang bulu tangkis, dayung, dan panahan mencari jalan agar kondisi atlet tetap prima.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Situasi dilematis dihadapi oleh pemusatan latihan nasional atlet-atlet menuju Olimpiade akibat pandemi virus korona pemicu penyakit Covid-19. Pelatnas harus memutar otak untuk menjaga kondisi, performa, dan psikologi atlet di tengah rentetan pembatalan ajang kualifikasi sejumlah negara.
Siasat dalam pelatnas berupa program-program penyesuaian begitu penting karena Olimpiade, seperti menurut Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, masih akan berjalan pada Juli mendatang. Program itu perlu diikuti dengan pengawasan ketat atlet agar tidak tertular Covid-19.
Bagi cabang olahraga bulu tangkis, turnamen All England yang baru saja selesai merupakan yang terakhir. Adapun Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) telah memutuskan untuk menunda semua turnamen pada 16 Maret-12 April 2020 akibat semakin masifnya penyebaran Covid-19.
Dengan itu, turnamen-turnamen penting untuk pengumpulan poin menuju Olimpiade, seperti Singapura Terbuka, India Terbuka, dan Malaysia Terbuka, batal diikuti atlet nasional. Turnamen penting yang tersisa, yakni Kejuaraan Asia Bulu Tangkis, yang dipindah dari Wuhan, China, ke Manila, Filipina, pada akhir April juga masih penuh ketidakpastian.
Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Achmad Budiharto mengatakan, kemungkinan besar Kejuaraan Asia juga akan dibatalkan dalam waktu dekat. Karena itu, atlet hampir bisa dipastikan tidak akan mengikuti kompetisi hingga lebih kurang dua bulan ke depan.
”Jadi, enggak ada lagi. Seharusnya yang penting empat itu, bisa dapat poin besar, tetapi semua di-cancel. Selain itu (yang penting) masih ada Selandia Baru sama Australia, tetapi itu juga bergantung kebijakan negara masing-masing melihat situasi nanti,” kata Budi saat dihubungi pada Senin (16/3/2020) dari Jakarta.
Poin dari empat turnamen penting itu cukup penting untuk mempertahankan target PBSI meloloskan 13 atlet ke Olimpiade. Poin itu terutama sangat penting bagi pasangan ganda campuran Hafidz Faizal/Gloria Emanulle Widjaja yang masih belum aman di peringkat ke-8 klasemen menuju Tokyo.
Dengan kondisi 11 atlet lain cenderung aman menuju Tokyo, yang menjadi perhatian PBSI adalah bagaimana menjaga performa atlet. Performa itu bisa menurun empat bulan lebih jelang Olimpiade karena tidak ada kompetisi yang diikuti.
Menyiasati itu, PBSI tetap akan menjalankan program pelatnas seperti biasa. Para pemain juga menurut rencana akan melakukan pertandingan persahabatan agar tidak kehilangan sentuhan. Rencana itu masih diracik oleh Kepala Bidang Pembinaan Prestasi PBSI Susy Susanti.
”Tentu latihan harus menyesuaikan kondisi yang ada di luar. Meski tidak ikut kompetisi, ada hal baiknya karena mereka bisa jadi pematangan (kemampuan) di pelatnas. Saya kira tidak masalah dengan kondisi atlet, akan kami jaga terus performa mereka,” jelas Budi.
Di tengah menjaga performa, atlet nasional juga masih harus mewaspadai ancaman Covid-19 selama pelatnas. Para pebulu tangkis yang berlatih di Pelatnas Cipayung akan diisolasi baik dari dalam maupun luar.
Menurut Budi, regulasi tentang larangan keluar bagi atlet sedang dibuat. ”Pelatnas akan diisolasi agar tidak terkontaminasi dari luar. Begitu juga dari dalam, (atlet) akan dibatasi untuk tidak keluar,” ujarnya.
Sementara itu, atlet yang baru pulang dari All England akan menjalani isolasi mandiri selama 14 hari. Mereka bisa memilih isolasi di Cipayung ataupun rumah masing-masing dengan ketentuan khusus.
Siasat dayung dan panahan
Cabang olahraga lain, dayung, juga harus memutar otak dalam menyesuaikan program latihan untuk persiapan Olimpiade. Program latihan atlet nasional dayung harus disusun ulang karena kualifikasi rowing di Luzern, Swiss, pada Mei mendatang lagi-lagi dibatalkan.
Pembatalan kualifikasi ini merupakan yang kedua kalinya. Sebelumnya, Swiss dipilih sebagai tempat kualifikasi menggantikan penyelenggaraan di Chung-Ju, Korea Selatan, pada April yang dibatalkan juga akibat kewaspadaan terhadap Covid-19.
Ketidakpastian kualifikasi juga mengacaukan rencana uji coba sekaligus pemusatan latihan di Amsterdam, Belanda. Mereka berencana memfokuskan latihan di Amsterdam sebulan lebih sebelum kualifikasi. Seharusnya tim rowing akan berangkat pada akhir Maret, tetapi gagal.
Pelatih pelatnas tim rowing, M Hadris, mengatakan, semula atlet nasional sudah hampir masuk ke persiapan jelang kompetisi. Namun, program itu sekarang harus dikembalikan ulang ke persiapan fisik.
”Programnya pasti terganggu. Kan, kualifikasi seharusnya April. Terus ditunda, kami majukan lagi programnya, kami majukan sedikit. Lalu Mei ditunda juga. Jadi, bingung juga kami,” kata Hadris.
Menurut Hadris, ketidakpastian kualifikasi itu memang tidak diharapkan. Akan tetapi, hal itu masih bisa diatasi dengan perubahan program yang saat ini sedang diterapkan pelatnas.
Saat ini, atlet nasional masih menjalani persiapan fisik dengan jarak mendayung 220-240 kilometer. Adapun latihan fase prakompetisi, mendayung 70-100 km dengan intensitas lebih tinggi, baru akan dilakukan tiga minggu sebelum berlomba.
Tim rowing berharap penundaan berulang ini tidak membuat jarak waktu kualifikasi dengan Olimpiade terlalu dekat. Waktu yang terlalu mepet tentunya membuat program latihan akan sulit disesuaikan untuk mencapai performa terbaik atlet.
Sementara itu, atlet-atlet nasional rowing masih harus menghadapi tempat latihan di Cipule, Karawang, yang kurang kondusif karena tumbuhnya tumbuhan gulma, seperti rumput di atas air. Tumbuhan itu mengganggu laju para atlet yang sedang berlatih.
”Ya, tetapi kami sesuaikan saja dulu sekarang sambil menunggu kepastian. Kami juga terus menyemangati atlet, selain juga meminta mereka tidak sering keluar untuk menghindari virus,” pungkas Hadris.
Tim rowing menargetkan satu atlet untuk lolos ke Olimpiade, yakni Nemo pada nomor single skulls putra (M1X). Kelolosan itu sangat bergantung pada kualitas program persiapan saat ini untuk tampil prima di babak kualifikasi.
Dari cabang panahan, pelatnas baru akan dimulai pada pekan ini. Tim panahan akan mengincar tiket beregu Olimpiade dari Kejuaraan Dunia Panahan di Berlin pada Juni mendatang. Sejauh ini, kualifikasi untuk beregu itu masih belum ada tanda-tanda pembatalan.
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum 1 Pengurus Pusat Persatuan Panahan Indonesia (PP Perpani) Alman Hudri mengatakan, pandemi Covid-19 mengganggu rencana uji coba ke Korsel yang awalnya berlangsung pada akhir Maret. Perpani saat ini masih mencari negara lain yang mungkin dikunjungi untuk uji coba.
Adapun panahan sebelumnya sudah memastikan tiket ke Olimpiade dari nomor individu melalui Riau Ega Agatha dan Diananda Choirunissa. Kedua atlet ini juga akan dikirim mengikuti kualifikasi beregu di Berlin.