Menunda balapan Formula 1 sulit dilakukan karena ada konsekuensi finansial yang bisa membuat tim peserta terpuruk. Promotor balapan juga bisa rugi besar karena total biaya menggelar seri F1 mencapai ratusan miliar.
Oleh
Agung Setyahadi
·5 menit baca
Pembatalan balapan Formula 1 seri Australia, 13-15 Februari, di tengah pandemi Covid-19 dinilai sangat lambat meskipun kemudian dipuji sebagai langkah tepat. Proses memutuskan nasib balapan membutuhkan pertimbangan yang matang dan detail karena ada konsekuensi kerugian secara finansial yang sangat besar.
Seri Australia, misalnya, dengan subsidi pemerintah yang sangat besar—pada 2019 senilai 60,153 juta dollar Australia (sekitar Rp 553 miliar)—bisa dibayangkan risiko kerugian bagi manajemen Formula 1, promotor, dan tim-tim peserta. Subsidi pemerintah biasanya digunakan promotor untuk persiapan dan operasional balapan. Sisa dari uang itu, ditambah penghasilan dari tiket, dan acara pendukung di luar balapan digunakan untuk membayar biaya penyelenggaraan (hosting fee) kepada manajemen Formula 1.
Nilai hosting fee ini berbeda-beda tiap sirkuit dan tidak pernah dibuka ke publik. Berdasarkan analisis Christian Sylt dari Forbes, hosting fee pada 2017 berada pada kisaran 31,5 juta dollar AS (Rp 470 miliar). Adapun pada 2019 turun menjadi rata-rata 28,7 juta dollar AS (sekitar Rp 429 miliar). Angka itu diperoleh dari nilai total semusim dibagi dengan 21 balapan pada 2019.
Nilai dalam kontrak menjadi tuan rumah Formula 1 itu sangat rahasia. Hal itu terkuak dari sedikit dokumen yang bocor, salah satunya penghentian balapan di Valencia, Spanyol, pada 2013. Dalam kontrak itu disebutkan, ”promotor, kapan pun setelah kesepakatan ini, tidak akan mengumumkan, mempulikasi, atau mengungkap kepada pihak ketiga isi dari perjanjian ini.”
Sylt merinci lebih detail lagi penyelenggaraan Grand Prix menjadi balapan di sirkuit jalan raya dan sirkuit permanen. Sirkuit jalan raya menjadi strategi ekspansi Liberty Media, pemilik Formula 1, karena lebih cepat direalisasikan ketimbang membangun sirkuit baru.
Namun, menggelar balapan jalan raya, seperti di Australia, Vietnam, dan Azerbaijan, juga tidak murah. Selain hosting fee, promotor dengan dukungan pemerintah harus menanggung operasional penyelenggaraan, dengan pengeluaran terbesar untuk staf yang mencapai 16 juta dollar AS (sekitar Rp 239 miliar). Adapun biaya untuk promosi dan operasional sekitar Rp 97 miliar.
Pengeluaran berikutnya adalah menyewa panggung tribune utama berkapasitas 80.000 penonton yang bisa mencapai 14 juta dollar AS (sekitar Rp 209 miliar). Untuk mengamankan lintasan dengan pagar kawat dan pembatas bisa menguras biaya hingga Rp 119 miliar, termasuk menyewa bangunan untuk garasi tim. Selanjutnya komponen biaya sewa kendaraan operasional, kantor, dan perlengkapan pendukung yang mencapai Rp 89 miliar, serta biaya lain-lain yang menguras Rp 67 miliar. Semua itu membutuhkan biaya asuransi sekitar Rp 15 miliar.
Dengan data yang dikumpulkan oleh Sylt itu, rata-rata biaya operasional menggelar balapan jalan raya mencapai Rp 835 miliar. Itu di luar biaya hosting fee yang langsung masuk ke rekening Formula 1. Biaya operasional itu tidak jauh berbeda dengan balapan di sirkuit permanen karena biaya membuat sirkuit sesuai dengan standar Formula 1 sangat mahal. Jika dibagi ke dalam durasi kontrak menggelar balapan, biayanya tidak jauh berbeda dengan sirkuit jalan raya. Analisis data pada 2017 itu memberi gambaran nilai bisnis yang dipertaruhkan jika balapan Formula 1 dibatalkan.
Konsekuensi pembatalan
Dengan tiga seri ditunda (China, Bahrain, Vietnam), dan satu balapan dibatalkan (Australia), potensi kerugian yang dihadapi Formula 1, tim peserta, dan promotor, bertambah besar. Jika ada balapan yang dibatalkan, dalam kontrak diatur siapa yang menanggung biaya kerugian.
Jika pemerintah pusat atau daerah yang meminta pembatalan, seperti yang terjadi di China, penyelenggara bebas dari kewajiban membayar hosting fee. Namun, jika pembatalan diputuskan oleh promotor balapan, mereka harus menanggung semua biaya, termasuk mengembalikan tiket yang telah terjual. Dalam kasus pembatalan seri Australia, pembatalan diputuskan bersama oleh Formula 1, FIA, dan promotor Australian Grand Prix Corporation (AGPC).
Oleh karena itu, belum jelas siapa yang menanggung kerugian, dan AGPC terus berkoordinasi dengan Formula 1. AGPC menegaskan, ada tanggungan kepada penggemar F1, 600 rekanan pemasok kebutuhan balapan, dan 12.000 pekerja. ”Pembatalan secara alami membawa banyak konsekuensi. Beberapa di antaranya kontraktual dan yang lainnya finansial,” kata CEO AGPC Andrew Westacott dikutip Fi.
Seri Australia, meskipun dibatalkan, masih diusahakan masuk ke kalender tahun ini, seperti tiga seri lainnya yang ditunda. Formula 1 berharap bisa menggelar 17-18 balapan dari 22 seri yang direncanakan. Jumlah seri itu melebihi minimal 15 balapan yang masuk dalam kontrak dengan pemegang hak siar. Jika balapan kurang dari 15 seri, nilai hak siar akan dipangkas.
Formula 1 memiliki tiga komponen utama pendapatan, yaitu hosting fee, hak siar, dan sponsor. Hak siar memberikan pendapatan terbesar dengan 762,8 juta dollar AS (Rp 11 triliun), disusul hosting fee 602,1 juta dollar AS (Rp 9 triliun) menjadi sumber pendapatan kedua terbesar.
Jika hak siar dipangkas dan hosting fee turun akibat pembatalan balapan, pendapatan tim dari hadiah uang pun akan menurun. Hadiah uang di Formula 1 dihitung berdasar peringkat di klasemen akhir serta pembagian pendapatan yang diperoleh F1. Tahun lalu, hadiah uang untuk tim F1 mencapai 1 miliar dolar AS, (Rp 15 triliun).
Hadiah uang sangat penting bagi tim-tim Formula 1 karena bisa menutup sekitar 50 persen pengeluaran tim-tim kecil. Adapun bagi tim besar, seperti Ferrari, Mercedes, dan Red Bull, hadiah uang menutupi sekitar 30 persen pengeluaran dalam semusim balapan. Hal itu yang membuat sejumlah tim khawatir jika banyak balapan musim ini yang tidak digulirkan. Jika tidak ada balapan, tim bisa memangkas biaya perjalanan dan operasional, tetapi mereka tetap membayar gaji pegawainya.
”Kami menduga pundi-pundi sumber (hadiah uang) yang dibagikan akan menjadi lebih kecil,” ujar kepala tim Racing Point Otmar Szafnauer, seperti dikutip Fi.
Keresahan itu juga dirasakan Claire Williams, Deputi Kepala Tim Williams. ”Jika kami tidak balapan, apa yang akan terjadi dengan dana hadiah uang? Apakah ini berkurang? Saat ini kami hanya berharap itu tidak menjadi masalah, dan tentu saja kami telah membicarakan tentang jaminan,” ujarnya pekan lalu, dikutip Forbes.
Ketergantungan tim-tim pada hadiah uang diakui Direktur Motorsport Formula 1 Ross Brawn. ”Tim bertahan hidup dengan pembiayaan dari balapan. Ini akan berdampak pada anggaran tim ke depan, dan ini akan memengaruhi perekonomian perusahaan. Setiap balapan yang hilang memiliki dampak,” ujar Brawn, yang menegaskan bahwa Formula 1 berusaha menggelar semua balapan yang tertunda. Balapan pertama musim ini direncanakan berlangsung pada Mei.