Wabah Covid-19 yang belum juga terkendali berdampak nyata ke rangkaian Olimpiade Tokyo 2020. Prosesi sakral, yaitu estafet api obor Olimpiade dari Kota Oylmpia ke Athena di Yunani, pun ikut terhenti akibat pandemi itu.
Oleh
kelvin hianusa
·4 menit baca
Perjalanan sakral api obor Olimpiade di Yunani, dari Kota Olympia menuju Kota Athena, terpaksa dihentikan sebelum sampai ke tujuan. Absennya nyala api obor di sepanjang jalan estafet menuju Athena itu sekaligus menjadi pertanda akan redupnya asa keberlangsungan Olimpiade Tokyo 2020 pada Juli mendatang.
Optimisme sempat membubung tinggi saat perjalanan awal Olimpiade, yaitu penyalaan obor di Kuil Hera, Olympia, pada Kamis (12/3/2020) lalu. Tradisi wajib di Olimpiade itu dilakukan sehari setelah pengumuman wabah Covid-19 sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC) Thomas Bach sempat meyakini itu sebagai penanda kelancaran menuju Olimpiade. Namun, estafet obor di Yunani yang seharusnya berlangsung sepekan, yaitu 12 Maret-19 Maret, dihentikan setelah dua hari perjalanan, yaitu menjelang penyerahan obor di Athena.
Pada Sabtu (14/3), Pemerintah Yunani menyudahi estafet itu karena peningkatan kewaspadaan terhadap wabah Covid-19, penyakit menular yang dipicu virus korona baru. ”Estafet obor Olimpiade di bagian wilayah Yunani dibatalkan. Namun, kami informasikan, seremoni penyerahan obor (Yunani ke Jepang) tetap akan dilangsungkan pada 19 Maret meskipun tidak dihadiri penonton,” tulis penyelenggara Tokyo 2020 di situs resminya.
Terputusnya rangkaian acara pra-Olimpiade ini memunculkan pertanyaan kemungkinan ajang ini bisa berlangsung tepat waktu pada 24 Juli. Di tengah ancaman pandemi Covid-19, Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah meminta ajang multicabang olahraga ini diundur setahun.
”Mereka (penyelenggara Olimpiade Tokyo) saya kira sangat pintar, (dan) akan mengambil keputusan sendiri. Tetapi, daripada menyelenggarakan di stadion kosong, saya pikir itu lebih baik dibatalkan. Buatlah setahun kemudian. Itu alternatif yang lebih baik dibandingkan tanpa keramaian,” sebut Trump yang menyebut Perdana Menteri Shinzo Abe sebagai salah satu teman dekatnya.
Mereka (penyelenggara Olimpiade Tokyo) saya kira sangat pintar, (dan) akan mengambil keputusan sendiri. Tetapi, daripada menyelenggarakan di stadion kosong, saya pikir itu lebih baik dibatalkan. Buatlah setahun kemudian. Itu alternatif yang lebih baik dibandingkan tanpa keramaian.
Dilema ancaman pandemi ini menghantui sang tuan rumah. Mereka harus mengantisipasi risiko penularan virus Covid-19 di tengah ratusan ribu, bahkan jutaan orang, yang akan datang memadati Tokyo.
Salah satu tokoh senior penyelenggaraan Olimpiade London 2012 yang enggan disebutkan namanya meyakini akan sangat sulit bagi Jepang memaksakan ajang itu berjalan tepat waktu. ”Bagaimana sistem kesehatan Jepang menangani jutaan orang yang akan hadir? Atlet, ofisial, dan media? Virus ini tidak diskriminatif, bisa menyerang siapa saja. Saya juga tidak yakin jika (berlangsung) tanpa penonton,” katanya seperti dikutip The Guardian.
Seperti diketahui, Covid-19 sudah menjadi ancaman global. Hingga Minggu, tercatat sudah 160.564 kasus positif dengan 5.962 korban meninggal. Sementara itu, di Jepang, sudah lebih dari 1.000 kasus positif Covid-19.
Di lain sisi, keraguan juga muncul dari atlet-atlet yang akan berlaga. Sejauh ini, masih banyak atlet yang belum mendapatkan ”tiket” tampil di ajang itu karena babak kualifikasi terpaksa ditunda atau dipindah ke lokasi lain. Kualifikasi yang sudah dipindah itu pun masih berpeluang untuk dibatalkan lagi akibat pandemi yang tidak menunjukkan grafik penurunan sejauh ini itu.
Pertaruhan tuan rumah
Dari segala ketidakpastian itu, sang Perdana Menteri meyakini akan tetap melanjutkan Olimpiade sesuai waktu yang telah ditetapkan. ”Kami akan mengatasi penyebaran dari infeksi ini dan menggelar Olimpiade sesuai jadwal tanpa kedala apa pun,” kata Abe dalam konferensi persi di Tokyo pada Sabtu.
Otoritas Jepang menyebutkan, perjalanan estafet obor Olimpiade di Jepang berjalan sesuai rencana awal. Estafet tetap akan dimulai pada 26 Maret mendatang dari J-Village di Kota Naraha dan Hirono, Perfektur Fukushima.
Menurut Abe, Jepang tidak terdampak parah oleh Covid-19 dengan jumlah kasus terinfeksi yang relatif rendah dibandingkan China, Italia, ataupun Iran. Salah satu indikasi keamanan, menurut dia, Jepang belum mendeklarasikan keadaan darurat nasional.
Tuan rumah masih begitu percaya diri Olimpiade tepat waktu. Hal itu sangat wajar karena ini menjadi pertaruhan bagi mereka. Ajang yang sudah dipersiapkan bertahun-tahun ini telah menelan biaya persiapan hingga 12 miliar dollar AS atau setara Rp 180 triliun dan mengundang sponsor domestik bernilai lebih dari 3 miliar dollar AS. Ketidakpastian belakangan ini, menurut The Guardian, membuat banyak sponsor mulai resah.
Kota penyelenggara, melalui Gubernur Tokyo Yuriko Koike, menjanjikan langkah menyeluruh untuk antisipasi terhadap Covid-19. Mereka akan memprioritaskan keselamatan selama keberlangsungan Olimpiade.
Kendati demikian, keputusan akhir bukan berada di tangan Pemerintah jepang, melainkan di genggaman IOC. Bach, Presiden IOC yang sebelumnya optimistis Olimpiade akan berjalan tanpa hambatan, kini pun mulai gamang. ”Kami akan mengikuti saran dari WHO,” ucapnya diplomatis.
Begitulah nasib Olimpiade yang dilanda ketidakpastian akibat pandemi. Ajang olahraga layaknya Olimpiade memang menjadi yang paling ditunggu ketika dunia ”normal”. Namun, ajang hiburan ini juga yang pertama kali ditinggalkan ketika kondisi masyarakat sedang tidak baik-baik saja. (REUTERS)