Wabah Covid-19 berdampak besar pada persiapan para atlet atletik Indonesia menjelang Olimpiade Tokyo. Namun, sebagian atlet seperti Emilia Nova mencoba mengambil hikmah dari pandemi yang kian meluas di dunia itu.
Oleh
Adrian Fajriansyah
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Wabah COVID 19 yang kian meluas secara global mengacaukan program atlet atletik PB PASI menuju Olimpiade Tokyo 2020. Setelah Kejuaraan Asian Dalam Ruangan 2020 di Hangzhou, China, 12-13 Februari dibatalkan dan Kejuaraan Dunia Dalam Ruangan 2020 di Nanjing, China, 13-15 Maret ditunda ke 2021, kini para atlet atletik itu pun batal berangkat ikut dua seri kejuaraan atletik Oseania di Australia, Maret ini.
Padahal, kejuaraan-kejuaraan itu amat penting. Pelari 100 meter putra, Lalu Muhammad Zohri yang sudah lolos Olimpiade 2020, butuh semua kejuaraan itu untuk mematangkan diri sebelum berlomba di Olimpiade Tokyo. Adapun pelari gawang 400 meter Halomoan Edwin Binsar, pelompat jauh Sapwaturrahman, 100 meter putri Alvin Tehupeiory, dan pelari gawang 100 meter putri Emilia Nova, butuh kejuaraan-kejuaraan itu untuk meraih tiket ke Olimpiade ke-29 tersebut.
Pelatih lompat jauh PB PASI Arya Yuniawan Purwoko ditemui di Jakarta, Jumat (13/3/2020), mengatakan, dirinya menyayangkan terjadinya pandemi Covid-19 akibat virus korona baru saat ini. Apalagi, menurutnya, Sapwaturrahman sedang dalam kondisi terbaik saat ini. Dalam latihan, atlet asal Sumbawa, NTB, itu bisa memperbaiki kecepatan dan teknik take off dengan pesat.
Buktinya, saat ini, rata-rata lompatan Sapwaturrahman dalam latihan sekitar 7,9 meter. Tahun lalu, rata-rata lompatannya dalam latihan fluktuatif di bawah 7,9 meter dan di kisaran 7,9 meter.
”Dengan lompatan 7,9 meter, dia bisa menambah lompatan 0,3 - 0,4 meter pada pertandingan. Sebab, suasana latihan dan kejuaraan berbeda. Dalam latihan, tidak ada adrenalin yang bisa memacu atlet mengeluarkan semua kemampuannya. Sedangkan, pada kejuaraan, ada efek itu,” ujarnya.
Arya menuturkan, sejatinya, saat ini adalah momen yang tepat untuk Sapwaturrahman mengejar tiket ke Olimpiade 2020. Sejauh ini, rekor lompatan terbaik Sapwaturrahman adalah 8,09 meter ketika meraih medali perunggu Asian Games 2018 Jakarta-Palembang dan rekor lompatan terbaiknya tahun lalu 8,03 meter saat meraih emas SEA Games 2019 Filipina.
Adapun batas lompatan minimal untuk ke Olimpiade 2020 adalah 8,22 meter. ”Namun, pengurus, pelatih, maupun atlet tidak bisa juga memaksakan situasi korona sekarang. Hampir semua negara sedang dilanda virus itu. Jika pun ada negara yang tidak terkena, mereka juga belum tentu mau menerima atlet dari Indonesia karena negara kita juga sedang dilanda virus tersebut,” kata Arya.
Hal serupa dirasakan pelatih sprint PB PASI Ahmad Sumarsono Sakeh. Menurut dia, Alvin sedang dalam kondisi terbaik juga saat ini. Dalam latihan, atlet asal Ambon, Maluku, 5 April 1995 itu bisa memperbaiki kecepatan dan teknik start block-nya secara drastis.
Terbukti, saat ini, rata-rata kecepatan Alvin dalam 30 meter adalah 3,7 detik, 60 meter 7,3 detik, dan 80 meter 9,4 detik. Tahun lalu, rata-rata kecepatannya 30 meter 3,9 detik, 60 meter 7,5 detik, dan 80 meter 9,8-10 detik. ”Grafik Alvin sekarang sedang bagus-bagusnya, lebih baik dibanding jelang SEA Games 2019 kemarin. Saat ini, dia butuh menguji mentalnya di kejuaraan,” tuturnya.
Alvin memang sedang berusaha mengejar tiket ke Olimpiade 2020. Sejauh ini, rekor lari 100 meter terbaiknya 11,64 detik saat meraih emas di Kejuaraan Nasional 2019, Cibinong, Jawa Barat. Sedangkan, batas waktu lari 100 meter putri minimal ke Olimpiade Tokyo adalah 11,15 detik.
”Saat ini, kami menunggu saja instruksi dari pengurus ataupun pemerintah. Kalau memang bisa berlomba keluar, kami sangat ingin ikut untuk menguji mental dan kejar tiket ke Olimpiade,” ujarnya.
Saat ini, kami menunggu saja instruksi dari pengurus ataupun pemerintah. Kalau memang bisa berlomba keluar, kami sangat ingin ikut untuk menguji mental dan kejar tiket ke Olimpiade.
Ambil hikmahnya
Sementara itu, Emilia menuturkan, ia berusaha ambil hikmah dari situasi saat ini. Setidaknya, dengan gagal ikut empat kejuaraan yang ada, peraih perak lari gawang 100 meter putri Asian Games 2018 itu bisa mendapatkan waktu latihan lintasan lebih panjang dan optimal. ”Apalagi, tahun lalu, saya banyak bergelut dengan cedera sehingga tidak punya waktu berlatih lintasan dengan optimal,” kata peraih emas lari gawang 100 meter putri SEA Games 2019 itu.
Sekarang, Emilia menambahkan, dirinya juga coba mengalihkan fokusnya dari perlombaan internasional yang telah batal ke kejuaraan dalam negeri. Terdekat, dia kemungkinan akan berpartisipasi pada Kejuaraan Jawa Timur Terbuka 2020 di Surabaya, Jawa Timur, April mendatang.
”Selain saya, kemungkinan besar atlet-atlet pelatnas lain juga akan berpartisipasi di Jatim Open 2020, termasuk atlet-atlet yang sedang berusaha ke Olimpiade. Ikut kejuaraan ini penting untuk menghilangkan jenuh latihan terus menerus. Selain itu, kejuaraan ini juga untuk menguji atau evaluasi hasil latihan,” tuturnya.
Kendati demikian, Emilia maupun para atlet lain tetap berharap minimal ada satu kejuaraan internasional yang bisa diikuti. Asa itu terbuka kalau mereka bisa ikut Kejuaraan Musim Semi Atletik 2020 di Kazakhstan, 14-16 Mei mendatang.
”Kalau bisa ikut kejuaraan internasional, itu lebih baik. Selain bisa menguji kemampuan ataupun evaluasi latihan, kejuaraan itu juga kesempatan untuk meraih tiket ke Olimpiade 2020. Kalau tidak lagi bisa ikut kejuaraan internasional, artinya peluang mendapat tiket ke Olimpiade tertutup, apalagi batas akhir perebutan tiket adalah 29 Juni 2020,” pungkasnya.
Adapun Emilia memang belum dapat tiket Olimpiade Tokyo. Saat ini, rekor waktu terbaiknya adalah 13,33 detik ketika meebut medali perak Asian Games 2018 dan waktu terbaiknya tahun lalu adalah 13,59 detik saat meraih emas Kejuaraan Malaysia Terbuka 2019, Kuala Lumpur, Malaysia, 31 Maret 2019. Adapun batas waktu lari gawang 100 meter putri minimal ke Olimpiade adalah 12,84 detik.