Permainan memukau PSG dalam laga kedua babak 16 besar Liga Champions mengantar ”Les Parisiens” ke babak perempat final. Mereka mengakhiri penderitaan di babak 16 besar Liga Champions selama tiga musim berturut-turut.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
Paris, Kamis — Pemain bintang Paris Saint-Germain mampu menyumbangkan performa apik pada saat yang tepat. Kemilau permainan impresif ”Les Parisiens” dalam laga kedua babak 16 besar Liga Champions Eropa di Stadion Parc des Princes, Kamis (12/3/2020) dini hari WIB, menyilaukan para pemain Borussia Dortmund.
Berbeda dibandingkan dengan laga pertama di Jerman, PSG bermain lebih efektif dengan tidak banyak menguasai bola. Persentase penguasaan bola kedua tim pun berimbang 50 persen. Namun, kemilau sinar para bintang PSG menjadi ”faktor x” dalam pertandingan yang dilakukan tanpa penonton itu.
Bintang yang sinarnya paling terang ialah Neymar. Bintang asal Brasil tersebut menjadikan laga itu sebagai ajang pembuktian diri bahwa kehadirannya memang menjadi partikel yang dibutuhkan PSG dalam mengarungi fase gugur Liga Champions Eropa. Satu gol melalui tandukan pada menit ke-28 membuka kepercayaan diri anak asuhan Thomas Tuchel. Kemudian, Juan Bernat menyempurnakan kemenangan di pengujung babak pertama untuk mengunci tiket ke babak perempat final.
Sejak bergabung ke Paris musim panas 2017, Neymar baru bisa bermain pada fase gugur kompetisi antarklub paling bergengsi di dunia itu pada tahun ini. Di dua edisi sebelumnya, ia harus menepi karena menderita cedera.
Adapun laga itu juga terasa istimewa bagi Neymar. Pasalnya, Neymar mampu mempertahankan rekor tidak terkalahkan ketika bermain di rumah sendiri dalam kompetisi Liga Champions Eropa. Dari 28 pertandingan kandang, mantan pemain Barcelona itu membawa timnya meraih 25 kemenangan dan tiga kali imbang.
Secara khusus Presiden PSG Nasser Al-Khelaifi memuji bintang yang ia tebus dari Barca itu. ”Neymar memberikan permainan yang luar biasa, saya bangga dengan tim. Setiap pemain menunjukkan soliditas, kebersamaan,” ucap Nasser, seperti dikutip France Football.
Selain Neymar, Angel Di Maria juga hadir sebagai pencipta serangan PSG. Dua gol yang diciptakan ”Les Parisiens” tidak lepas dari sumbangsih gelandang asal Argentina itu. Ia melepaskan satu asis dan satu umpan kunci yang berbuah asis Pablo Sarabia kepada Bernat.
Kemampuan PSG membalikkan keadaan secara agregat atas Dortmund dipuji oleh mantan pemain tim nasional Perancis, Johan Micoud. Menurut dia, para pemain menunjukkan kolektivitas permainan yang perlu ditampilkan di level elite Eropa. Keputusan untuk mengumpulkan pemain berkelas bintang yang diinisiasi sang Presiden Nasser Al-Khelaifi telah menunjukkan hasil.
”Akhirnya, kita bisa melihat sebuah tim dengan kemampuan individu yang nyata. Para pemain bintang (PSG) membuktikan keahlian mereka yang sesungguhnya di Paris,” ucap Micoud kepada L’Equipe TV.
Sementara itu, bek PSG, Presnel Kimpembe, menilai, timnya telah berkembang seiring pengalaman pahit pada babak 16 besar tiga musim terakhir. ”Kami telah menderita tahun lalu, dua tahun lalu, dan tiga tahun lalu. Ini adalah capaian besar bagi klub dan kami bangga dengan diri kami sendiri,” ucapnya.
Kemenangan agregat 3-2 itu tidak hanya mengantarkan ”Les Parisiens” untuk kembali ke fase perempat final sejak 2016, tetapi juga menghadirkan kebahagiaan bagi sekitar 3.000 pendukung PSG yang masih rela meneriakkan yel-yel dari luar stadion meskipun dilarang menonton langsung laga itu dari tribune. Sebelum keluar dari stadion, para pemain PSG juga ikut berpesta dengan para pendukung mereka. Di Maria dan Kimpembe tidak segan melepas kostumnya untuk menyanyikan yel-yel dengan para pendukung sambil bertelanjang dada.
Mengunci Haaland
Selain berambisi mencetak gol, PSG juga memiliki tekad untuk mengunci penyerang remaja Dortmund, Erling Braut Haaland, yang telah mencetak 10 gol di Liga Champions musim ini, termasuk dua gol ke gawang Keylor Navas pada laga pertama.
Tidak hanya ketajaman Haaland, pemain PSG juga geram dengan sikap angkuh pemain berkebangsaan Norwegia tersebut. Itu karena satu hari sebelum laga di Paris, Haaland mengunggah pesan di akun Snapchat pribadinya dengan tulisan, ”Paris adalah kotaku, bukan milik kalian”.
Setelah mencetak gol pertama, Neymar langsung meniru selebrasi gol Haaland, seperti gerakan meditasi Zen, yakni duduk dengan menyilangkan kaki, lalu ibu jari dan jari tengah di kedua tangan saling bertemu membentuk huruf ”O”. Tidak hanya pemain bernomor punggung 10 itu, semua pemain PSG seusai laga juga melakukan selebrasi Zen tersebut.
Dalam pertandingan itu, Haaland tidak bisa berkutik dari pengawalan Kimpembe. Selama 90 menit bermain, Haaland hanya 20 kali menyentuh bola, tanpa sekali pun melakukan tendangan ke arah gawang, dan menerima kartu kuning. ”Kami benar-benar merindukan dukungan fans. Namun, saya paham itu tidak seharusnya menjadi alasan atas penampilan buruk kami,” kata Haaland. (AFP)