Tiada MotoGP, Moto2 pun jadi. Itulah yang terjadi di awal musim balap 2020 akibat wabah Covid-19. Namun, balap kelas menengah itu tidak bisa diremehkan. Bintang-bintang masa depan MotoGP ada di kelas itu.
Oleh
Agung Setyahadi
·3 menit baca
Seri pembuka Grand Prix MotoGP 2020 di Sirkuit Losail, Qatar, Minggu (8/3/2020), sedikit hambar tanpa kelas elite. Dorna, sebagai pengelola MotoGP, memutuskan membatalkan balapan kelas elite itu karena para pebalap dan anggota tim dari Italia harus menjalani karantina selama 14 hari sebelum bisa masuk ke Qatar. Pengetatan peringatan perjalanan itu diambil karena wabah coronavirus disease atau Covid-19 merebak sangat cepat di Italia.
Situasi itu menempatkan Moto2 sebagai balapan utama pada akhir pekan ini. Persaingan para pebalap muda di kelas itu sebenarnya tak kalah seru dengan MotoGP. Para pebalap, seperti Luca Marini, Joe Roberts, Marco Berzzecchi, Augusto Fernandez, berlomba meraih gelar juara yang akan menjadi tiket untuk promosi ke MotoGP.
Persaingan semakin sengit dengan kehadiran pebalap promosi dari Moto3, seperti Aaron Canet dan Lorenzo Dalla Porta. Mereka berjuang menyusul Alex Marquez, Joan Mir, Francesco Bagnaia, dan Fabio Quartararo yang lebih dulu promosi ke kelas elite.
Persaingan di kelas menengah ini sangat ketat dan sulit ditebak dengan mesin yang sama pasokan Triumph. Sasis setiap tim berbeda dengan dominasi Kalex dan Speed Up setelah KTM menarik diri di akhir musim lalu. Dengan kemampuan motor yang relatif sama, faktor pembeda adalah kemampuan para pebalap untuk terus memperbaiki kemampuan membalapnya di setiap musim.
Joe Roberts, misalnya, berkembang pesat sejak menjalani musim penuh di Moto2 pada 2017. Pebalap asal Amerika Serikat itu pada sesi latihan kedua, Jumat (6/3/2020), memecahkan rekor lap tercepat di Qatar dengan waktu 1 menit 58,421 detik. Dia mematahkan dominasi Fernandez pada sesi itu dan melampaui waktu terbaik Jorge Navarro pada sesi tes pramusim pekan lalu. Ini kejutan karena Roberts tidak pernah finis lebih baik dari posisi 10 selama di Moto2. Musim lalu, dengan sasis KTM, dia hanya dua kali meraih poin.
Lompatan performa pebalap tim American Racing itu pada awal musim ini dipengaruhi sejumlah faktor, termasuk sasis baru Kalex dan kehadiran Pelatih John Hopkins, mantan pebalap MotoGP asal ”Negeri Paman Sam”.
”Ini luar biasa! Mengingat posisi saya musim lalu untuk memecahkan rekor waktu lap di sini dan menjadi yang tercepat pada hari pertama. Saya tahu ini hanya latihan, tetapi rasanya menyenangkan. Saya merayakannya seolah memenangi balapan,” tutur Roberts, dikutip Crash.
Roberts menggeluti balap motor sejak sebelum genap 4 tahun. Ayahnya membelikan keempat putranya motor dan mereka sering berlatih bersama. Saat mereka menemukan sirkuit flat track yang hanya berjarak satu jam dari rumah, aktivitas balap semakin intensif. Awalnya hanya sebagai rekreasi, berubah menjadi profesi. Dia pun beralih dari dirt bike ke road racing. Dia melewati banyak tahap balapan usia muda hingga akhirnya promosi ke Moto2. Balapan kelas itu sangat ketat dan membuat Roberts harus bekerja ekstra keras.
”Secara mental harus cukup kuat,” ujar Roberts.
Pebalap berusia 22 tahun asal Amerika Serikat itu pun kini menjadi harapan untuk mengembalikan kejayaan pebalap ”Negeri Paman Sam”. Amerika pernah memiliki Kenny Roberts, Wayne Rainey, dan Eddy Lawson di kelas elite. Mereka menjadi kebanggaan Amerika Serikat yang sudah sekian lama hilang di panggung MotoGP.
”Saya selalu mendengar kisah-kisah itu. Tentu saja saya senang jika bisa mengembalikan kejayaan pebalap Amerika di kejuaraan ini. Jelas apa yang ingin saya lakukan,” ujar Roberts kepada Crash.
Target besar itu akan terus dikejar oleh Roberts, termasuk melewati musim ini dengan hasil finis di papan atas klasemen. Dia akan bersaing dengan para pebalap Eropa yang sangat matang dan berteknik tinggi, diawali dengan balapan Moto2 di Losail, Minggu.