Indisipliner, Lifter Kelas 67 Kilogram Deni Dikembalikan ke Pelatda
PB PABBSI memulangkan lifter Deni ke Pelatda Bengkulu karena tindakan indisipliner. Hal ini diharapkan menjadi pelajaran bagi lifter muda untuk mematuhi peraturan di pelatnas angkat besi.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dengan alasan indisipliner, PB PABBSI mengeluarkan lifter kelas 67 kilogram Deni dari pelatnas dan mengembalikan ke Pelatda Bengkulu pada 4 Maret 2020. Keputusan itu untuk menjaga suasana pelatnas tetap kondusif, terutama agar sikap indisipliner Deni tidak menular ke lifter muda.
Manajer Pelatnas PB PABBSI Alamsyah Wijaya, dihubungi dari Jakarta, Kamis (5/3/2020), mengatakan, Deni memiliki rekam jejak indisipliner cukup lama. Pihaknya berusaha untuk mendekati agar lifter berusia 30 tahun tersebut mengubah sikapnya. Namun, dia tidak menunjukkan perubahan sehingga PB PABBSI bersikap tegas mengeluarkannya dari pelatnas.
”Selama ini, Deni tidak mengikuti aturan di pelatnas saat latihan ataupun di luar latihan. Misalnya, ketika makanan tidak sesuai dengan seleranya, dia memilih membeli makanan sendiri di luar. Puncaknya, Deni tidak hadir selama satu pekan di Mes PB PABBSI di Mes Marinir Kwini, Jakarta Pusat,” ujarnya.
Menurut Alamsyah, sikap Deni menjadi contoh buruk untuk atlet lain di pelatnas, terutama lifter muda. Bukan tidak mungkin sikap negatif tersebut tertular ke atlet lain.
”Dengan dikeluarkannya Deni, ini menjadi pelajaran para lifter lain, terutama lifter muda, agar tidak melakukan kebiasaan buruk tersebut. Mereka harus menjadikan ini pelajaran untuk menjadi lebih baik,” katanya.
Deni adalah salah satu lifter yang diharapkan lolos ke Olimpiade Tokyo 2020. Peraih medali emas kelas 67 kg SEA Games 2019 Filipina itu berada di peringkat ke-10 dunia. Adapun lifter yang lolos ke Olimpiade 2020 adalah lifter yang berada di tujuh besar dunia.
Alamsyah menuturkan, peluang Deni kembali ke pelatnas sangat berat. Pelanggaran yang dilakukannya cukup berat dan ini bukan pelanggaran pertama yang dilakukannya.
”Posisi yang ditinggalkan Deni akan diisi oleh lifter muda Muhammad Yasin. Peluang Yasin lolos Olimpiade tahun ini cukup berat sebab dia masih berada di peringkat ke-28 dunia. Tetapi, semoga ini bisa menjadi motivasinya membuktikan diri pantas menjadi lifter utama di kelas 67 kg,” ujarnya.
Tetap berlatih
Deni yang dihubungi terpisah mengakui sudah bersikap indisipliner. Namun, dia berdalih ada alasan kuat di balik keputusan tersebut. Saat absen dari pelatnas selama satu pekan, hal itu dilakukan karena dirinya ingin tetap tinggal bersama istrinya. Hal itu tidak memungkinkan kalau di pelatnas saat ini.
”Selama ini, istri saya tinggal di Bandung. Kalau pulang-pergi Jakarta-Bandung sangat melelahkan, padahal saya butuh dukungan istri. Keberadaannya memberikan saya semangat lebih dalam berlatih. Itu juga menjadi rahasia saya bisa meraih emas SEA Games 2019,” tuturnya.
Deni mengatakan, dirinya juga sadar keluar pelatnas berarti menutup peluangnya berlaga pada Olimpiade ketiganya. Namun, dia tidak ingin larut dalam kesedihan dan menyalurkan energi ke kegiatan lain yang positif. Sejauh ini, dia menargetkan untuk turut memopulerkan angkat besi di tempatnya melatih gym.
”Saya juga akan terus berlatih. Setidaknya, saya berusaha menjadi yang terbaik di kelas saya pada PON 2020 Papua. Mudah-mudahan, kalau saya berprestasi di PON 2020 dan membuktikan bisa jadi lebih baik, pintu pelatnas bisa terbuka lagi untuk saya,” katanya.
Kejuaraan ditunda
Sementara itu, wabah virus korona yang berdampak global turut memberikan efek negatif pada dunia angkat besi internasional. Kejuaraan Dunia Angkat Besi Yunior 2020 di Bucharest, Romania, 14-21 Maret, dibatalkan dan Kejuaraan Asia Angkat Besi 2020 di Tashkent, Uzbekistan, 16-25 April, ditunda untuk waktu yang belum ditentukan.
Alamsyah menyebutkan, keputusan itu cukup berpengaruh untuk lifter-lifter Indonesia yang sedang berjuang lolos ke Olimpiade 2020. Sejauh ini, baru satu lifter Indonesia yang pasti lolos ke Olimpiade, yakni Eko Yuli Irawan yang berada di peringkat kedua kelas 61 kg. Adapun lifter lain masih berjuang untuk lolos.
Windy Cantika Aisah punya peluang lolos karena berada di peringkat kedelapan dunia kelas 49 kg putri. Namun, dia butuh hasil optimal di Kejuaraan Dunia Yunior 2020 atau Kejuaraan Asia untuk mengunci peluangnya.
Sementara lifter lain, seperti Suratman bin Suwoto Wijoyo yang sekarang di peringkat ke-11 dunia kelas 55 kg, Triyatno di peringkat ke-21 kelas 73 kg, dan Nurul Akmal di peringkat ke-20 kelas 87+ kg putri, masih berjuang mengumpulkan poin. Tambahan poin bisa dikejar dari Kejuaraan Asia.
”Kami harap, dengan penundaan itu, terutama Kejuaraan Asia, federasi internasional juga menunda pengumuman lifter yang lolos ke Olimpiade 2020 yang diagendakan pada akhir April. Kalau Kejuaraan Asia ditunda melewati waktu pengumuman itu, otomatis kami kehilangan satu kejuaraan untuk menambah poin. Hal itu sangat merugikan lifter Indonesia yang masih berusaha meningkatkan peringkat dunianya,” kata Alamsyah.