Peserta Le Etape Indonesia Wajib Bebas Virus Corona
Panitia balap sepeda Le’ Etape Indonesia by Tour de France’ pada tanggal 3-5 April di KEK Mandalika, Nusa Tenggara Barat mewajibkan para peserta asing memiliki surat keterangan bebas korona dari negara masing-masing.
Oleh
KHAERUL ANWAR
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS - Balap sepeda Le’ Etape Indonesia by Tour de France’ berlangsung 3-5 April mendatang yang dipusatkan di Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika, Kute, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Syarat mengikuti event adalah para peserta asing harus memiliki surat keterangan bebas virus korona atau Covid-19 dari otorita negara masing-masing peserta.
“Menyikapi penyebaran global virus korona, ada Permenkumham, maka peserta asing yang diizinkan mengikuti lomba ini adalah menunjukkan surat keterangan bebas virus corona dari otorita kesehatan masing-masing negara,” kata Kepala Dinas Pariwisata NTB, H Mohammad Faozal, usai acara Rapat Koordinasi Persiapan Le’ Etape Indonesia, Selasa (4/3/2020) di Mataram, Lombok.
Menurut Faozal perhelatan Le Etape Indonesia dilaksanakan selama tiga hari yang akan diikuti peserta dari 18 negara. Saat ini virus corona Covid-19 menyebar ke 70 negara di dunia. Peserta etape yang sudah terdaftar berasal dari 18 negara yang di antaranya terkena sebaran virus itu. Oleh sebab itu, Pemprov NTB, berupaya mengantisipasinya dengan mengharuskan tiap peserta mengantongi keterangan bebas virus dari otorita kesehatan. “Persyaratan bebas corona virus segera kami kirim ke peserta,” ujarnya.
Selaku Penanggung Jawab Keamanan, Komandan Korem 162 Wira Bhakti, Kolonel CZI Ahmad Rizal Ramdhani, mengatakan, penyelanggaraan event balap sepeda itu memerlukan partisipasi semua pihak untuk menjaga keamanan, kenyamanan dan kesan yang baik bagi peserta, agar memberi dampak domino bagi kepariwisataan. “Lomba ini merupakan ‘pemanasan’ dari lomba MotoGP yang diselenggarakan di Kute Mandalika tahun 2021,” ucap Danrem.
Namun di pihak lain Pemerintah juga harus mengantisipasi persoalan di luar teknis penyelenggaraan dengan memberlakukan keterangan bebas dari korona virus bagi peserta, untuk itu pihaknya membangun Pos Komando di Bandara Internasional Lombok (BIL), yang bertugas meregistrasi dan memeriksa kesehatan para peserta. “Andaikan ada yang tidak lolos cek kesehatan, tidak diizinkan mengikuti lomba,” kata Danrem.
Direktur Le Etape Indonesia by Tour de France, Zacky Badrudin, mengatakan, balap sepeda itu melombakan nomer jarak jauh (long distance) 125 km, dan jarak pendek (short distance) 75 km. Hingga saat ini ada 1.300 peserta yang sudah terdaftar. Dari jumlah itu pendaftar itu, sebanyak 1.000 peserta meningkuti lomba jarak, sisanya 300 peserta mengikuti lomba jarak pendek.
Para peserta itu berasal dari 18 yaitu Indonesia, Singapore, Australia, Thailand, Aljazair, Italia, Amerika Serikat, Pakistan, Arab Saudi, Malaysia, Kanada, Prancis, Portugal, Italia, Vietnam, Jepang, China dan Korea Selatan. Di antara negara itu, China, Singapura, Korea, Jepang, Vietnam, Malaysia dan Arab Saudi dinyatakan terpapar virus Covid-19.
Sensasi
Rute untuk jarak pendek adalah Pantai Kute Mandalika- Teluk Awang- Praya (Ibu Kota Lombok Tengah)- Desa Puyung-Desa Sukarara (sentra industri tenun)- By Pass BIL, Desa Sengkol-Pantai Kute Mandalika. Sedang rute jarak jauh adalah Pantai Kute- kawasan Pantai Selong Blanak-Montong Ajan, Desa Pengga-Desa Ungga-By Pass BIL-Pujut-Sengkol-Pantai Kute Mandalika. Zacky mengatakan, Lomba sepeda yang garis start-finis ada di Pantai Kute ini akan memberikan sensasi bagi para peserta seperti tanjakan curam berkelok-kelok, sehingga pesepeda amatir akan merasakan bersepeda ala Tour de France.
Selain memanjakan mata peserta dengan pemandangan indah dan jajaran pantai berpasir putih, juga rute ini akan memberikan sensasi tersendiri pesepeda adalah rute jarak jauh yang dilengkapi three walls, berada di tiga lokasi sekitar Pantai Kute dan Pantai Selong Blanak. Dari Pantai Kute peserta menghadapi tanjakan tajam bagai dinding tembok tinggi.
Di sepanjang perjalanan di rute itu peserta bisa menyaksikan denyut kehidupan masyarakat. Desa-desa yang dilalui adalah ‘monumen’ keberhasilan dari sistem tanam padi gogo rancah, atau cara bercocok tanam padi di lahan tadah hujan. Dengan sistem gogo ranca, tanah sawah yang berlumpur di musim hujan dan merekah di musim kemarau, menghasilkan padi berlimpah, sehingga warga di Lombok Tengah bagian selatan yang semula krisis pangan, khususnya beras, menjadi wilayah surplus pangan sejak tahun 1984. Presiden Soeharto saat itu menghadiri panen raya padi di Desa Teruwai, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah.