Keselamatan para atlet dan ofisial menjadi prioritas Komite Olimpiade Indonesia dalam mengarungi kualifikasi maupun persiapan menuju Olimpiade Tokyo 2020. Tindakan preventif dengan melibatkan tim medis akan diutamakan.
Oleh
Adrian Fajriansyah
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Komite Olimpiade Indonesia (KOI) akan mengutamakan keselamatan atlet maupun ofisial dari Tanah Air dalam mengarungi kualifikasi ataupun persiapan menuju Olimpiade Tokyo 2020. Hal itu dilakukan menyikapi penyebaran wabah virus korona baru atau Covid-19 yang kian meluas di dunia.
Bekerjasama dengan tim medis, para atlet ataupun ofisial dari Indonesia akan mendapatkan penanganan preventif, terutama setiap kali akan berlaga ke luar negeri. Bahkan, mereka tidak disarankan pergi ke negara-negara yang tengah mengalami endemik virus korona.
Ketua Kontingen (CdM) Indonesia untuk Olimpiade Tokyo Rosan Roeslani seusai presentasi dalam Rapat Anggota Tahunan KOI di Jakarta, Senin (2/3/2020), mengatakan, saat ini, wabah Covid-19 sudah menjadi perhatian global. Bahkan, beberapa kualifikasi ataupun kejuaraan menuju Olimpiade 2020 telah ditunda ataupun dipindahkan.
Contohnya, baru-baru ini, Kejuaraan Dunia Angkat Besi Yunior 2020 di Rumania yang semula digelar Maret ini telah ditunda hingga waktu yang belum pasti. Sementara itu, kualifikasi cabang tinju untuk Olimpiade 2020 yang semula dilangsungkan di China pada Februari lalu akan dipindahkan ke Yordania, tetapi masih menunggu jadwal baru. ”Sampai sekarang, kami masih terus memonitor bagaimana perkembangan dampak korona ini,” ujarnya.
Rosan menyampaikan, pihaknya menjadi lebih waspada untuk menjaga keselamatan atau kesehatan para atlet dan ofisial. Mereka akan bekerjasama dengan pihak terkait, terutama tim medis, agar atlet dan ofisial mendapatkan pencegahan dari Covid-19 jika harus berlaga ke luar negeri.
Para atlet maupun ofisial juga tidak disarankan pergi ke negara-negara yang telah dan masih berjuang mengatasi endemik virus korona, seperti China dan sekitarnya. ”Keselamatan dan kesehatan para atlet adalah yang utama. Sebab, mereka adalah aset negara,” katanya.
Terkait hal itu, Rosan menambahkan, pihaknya batal untuk datang melihat persiapan Olimpiade di Tokyo. Semula, mereka akan melakukan peninjauan itu pada Maret ini. Pengecekan itu dilakukan untuk mengatur akomodasi atlet dan ofisial, akses transportasi, hingga konsumsi. ”Namun, beberapa hari lalu, panitia Olimpiade Tokyo meminta kami tidak datang dulu ke sana hingga waktu yang belum ditentukan,” tuturnya.
Ketua KOI Raja Sapta Oktohari menuturkan, walau wabah korona kian darurat secara global, mereka belum mendapatkan informasi terbaru mengenai keberlangsungan Olimpiade Tokyo. Berdasarkan informasi terakhir dari Komite Olimpiade Internasional (IOC) maupun panitia lokal di Jepang, mereka masih terus memantau perkembangan Covid-19 hingga Mei mendatang.
Pada Mei, IOC dan panitia lokal kemungkinan akan memberikan informasi terbaru soal masalah itu. ”Tapi, kami optimistis Jepang akan tetap menggelar Olimpiade 2020 sesuai agenda semula, yakni 24 Juli - 9 Agustus. Mereka pasti tidak mau ajang itu ditunda apalagi dibatalkan karena sudah mengeluarkan biaya besar untuk memenangkan pencalonan hingga pembangunan infrastruktur,” ujar Raja Sapta.
Tapi, kami optimistis Jepang akan tetap menggelar Olimpiade 2020 sesuai agenda semula, yakni 24 Juli - 9 Agustus. Mereka pasti tidak mau ajang itu ditunda apalagi dibatalkan karena sudah mengeluarkan biaya besar untuk memenangkan pencalonan hingga pembangunan infrastruktur.
Pencalonan Indonesia
Sementara itu, Indonesia sudah mendapatkan lampu hijau dari IOC dalam upaya pencalonan diri sebagai tuan rumah Olimpiade 2032. Hal itu ditandai dengan dibalasnya surat dari NOC Indonesia (KOI) oleh Presiden IOC Thomas Bach pada pekan lalu. ”Isinya, Thomas Bach merestui niat Indonesia menjadi salah satu peserta pencalonan tuan rumah Olimpiade 2032,” katanya.
Menurut Raja, Indonesia sudah memiliki sejumlah modal untuk menjadi tuan rumah pekan olahraga akbar itu. Pertama, Indonesia memiliki infrastruktur yang digunakan berkelanjutan, yakni Kompleks Olahraga Gelora Bung Karno di Senayan, Jakarta, yang digunakan pada Asian Games 1962 dan Asian Games 2018 lalu.
”Kedua, Indonesia mendapatkan dukungan langsung pemerintah pusat ditandai lewat surat langsung Presiden Joko Widodo kepada Bach seusai Asian Games dan Asian Para Games 2018 lalu. Ketiga, masyarakat mendukung penuh niat menjadi tuan rumah Olimpiade 2032 ditandai dengan antusiasme para sukarelawan dalam Asian Games/Asian Para Games 2018,” tuturnya.
Saat ini, tambah Raja, Indonesia harus memastikan diri mampu mewujudkan Olimpiade yang ramah lingkungan sebagai salah satu syarat utama dari IOC. Indonesia berupaya meyakinkan itu dengan membangun stan "Rumah Indonesia" di sela-sela gelaran Olimpiade 2020 mendatang. ”Di Rumah Indonesia itu, kami akan tampilkan atraksi budaya hingga presentasi mengenai Indonesia 12 tahun mendatang yang mengutamakan ramah lingkungan,” ujarnya.
Terkait Rumah Indonesia, Raja menyampaikan, pembangunan stan itu butuh anggaran sekitar Rp 200 miliar untuk kebutuhan perizinan dan kontruksi. Proses perizinan dan kontruksi itu diprediksi selama dua hingga tiga bulan. Sejatinya, NOC Indonesia menginginkan kedua proses itu sudah bisa berjalan pada bulan ini agar Rumah Indonesia sudah siap pada Mei mendatang.
Akan tetapi, sejauh ini, KOI belum berani melangkah lebih maju. Pasalnya, IOC maupun panitia lokal Olimpiade Tokyo masih memonitor perkembangan Covid-19 hingga Mei. KOI khawatir pemerintah akan dirugikan jika terlanjur menganggarkan dana itu sementara Olimpiade Tokyo tidak terlaksana atau ditunda akibat wabah korona. ”Sekarang, kami berusaha bersurat dulu dengan panitia lokal untuk benar-benar memastikan kondisi di Jepang,” ujarnya.
Rumah Indonesia yang berbiaya sekitar Rp 200 miliar itu diyakini menjadi alat promosi yang lebih efisien untuk Indonesia, berkaca dari pengalaman Jepang. Mereka mengeluarkan biaya hingga Rp 1,7 triliun ketika gagal mencalonkan diri sebagai tuan rumah Olimpiade 2016 dan menghabiskan anggaran Rp 800 miliar ketika terpilih sebagai tuan rumah Olimpiade 2020.
”Sejauh ini, kami belum mengajukan apa-apa untuk pembangunan Rumah Indonesia itu. Namun, ketika sudah ada proposal masuk, kami akan mempertimbangkannya. Sebab, Rumah Indonesia itu juga penting untuk alat promosi Indonesia yang ingin menjadi tuan rumah Olimpiade 2032,” pungkas Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali.