Keraguan membayangi kedatangan Gattuso untuk menggantikan Carlo Ancelotti sebagai pelatih Napoli. Pelan namun pasti, "Si Badak" mampu membawa Napoli bangkit. Hal pertama yang dibenahi Gattuso adalah mental berjuang.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·6 menit baca
Tiga bulan lalu, Gennaro Gattuso datang menggantikan Carlo Ancelotti sebagai nakhoda baru Napoli. Dengan reputasi yang jauh di bawah Carletto, Gattuso yang dijuluki "Si Badak" hadir penuh keraguan. Mampukah ia membawa klub yang bermarkas di Stadion San Paolo itu bangkit dari keterpurukan? Lambat tapi pasti, Gattuso pun berhasil membungkam semua pandangan sinis itu dengan menumbuhkan cula badaknya di tubuh Partenopei.
Gattuso dianggap sebagai anak kemarin sore dalam dunia kepelatihan profesional di sepak bola Italia. Pelatih kelahiran Corigliano Calabro, Italia, 9 Januari 1978 itu memulai karir kepelatihannya di klub Liga Super Swiss, Sion dengan waktu amat singkat, yakni 25 Februari-13 Mei 2013 dengan rekor kemenangan hanya 25 persen dari total 12 laga.
Setelah itu, mantan gelandang AC Milan itu bagaikan kutu loncat berpindah dari satu klub ke klub lain dengan waktu relatif singkat, yakni klub Serie B Liga Italia Palermo (19 Juni-25 September 2013), klub Liga Super Yunani OFI Crete (5 Juni-30 Desember 2014), dan klub Serie C Liga Italia Pisa (20 Agustus 2015-26 Mei 2017).
Prestasi terbaiknya hanyalah membawa promosi Pisa dari Serie C ke Serie B pada 2016 sebelum terdegradasi lagi ke Serie C pada 2017. Dengan reputasi itu, dia sempat dikontrak untuk melatih Primavera AC Milan sejak akhir Mei 2017. Karirnya seperti mendapatkan durian runtuh ketika manajemen klub mempromosikannya menjadi pelatih kepala AC Milan menggantikan Vincenzo Montella per 10 Desember 2017.
Menurut pengamat sepak bola Italia Livio Caferoglu dikutip Football Italia, Rabu (11/12/2019), penunjukkan Gattuso sebagai pelatih AC Milan lebih karena kebijakan politis. Pemilik baru klub saat itu yang berasal dari China Li Yonghong sedang berupaya mengambil hati fans lewat Gattuso.
Terang saja, Gattuso adalah pemain kesayangan fans selama berkarir untuk tim bermarkas di Stadion San Siro itu selama 1999-2012. ”Keberadaannya diharapkan bisa meredam emosi fans yang tidak puas dengan capaian tim saat itu,” ujar Caferoglu.
Nyatanya, selama menukangi AC Milan 10 Desember-28 Mei 2019, statistik Gattuso kurang berkesan. Dia hanya mencatatkan 48,19 persen kemenangan dari total 83 laga. Selama dua musim menukangi I Rossoneri, dia pun gagal membawa tim kembali ke Liga Champions yang telah dirindukan fans sejak 2013/2014.
Itulah kenapa, ketika Presiden Napoli Aurelio De Laurentiis menunjuk Gattuso menggantikan Ancelotti per 11 Desember 2019, publik sepak bola Italia bertanya-tanya. ”Apakah ini langkah berani semata? Atau memang ini kebutuhan tim,” kata Caferoglu penasaran.
Pelan tapi pasti
Di awal fase kepelatihannya bersama Napoli, keraguan atas kapasitas Gattuso mencuat. Betapa tidak, pada laga perdananya ketika Napoli menjamu Parma dalam lanjutan liga, Minggu (15/12/2029), I Partenopei malah takluk 1-2. Pada lima laga selanjutnya, grafik tim tak membaik, yakni hanya meraih dua menang (2-1 atas Sassuolo di liga dan 2-0 atas Perugia di Piala Italia) dan menelan tiga kekalahan (1-3 dari Inter Milan, 0-1 dari Lazio, dan 0-2 dari Fiorentina di liga).
Namun, lambat tapi pasti, Gattuso bisa memecahkan masalah yang ada. Pria bertinggi 177 sentimeter itu berhasil membawa Napoli bangkit dengan meraih tiga kemenangan beruntun, yakni 1-0 atas Lazio di Piala Italia, 2-1 atas Juventus, dan 4-2 atas Sampdoria di liga sebelum dikalahkan oleh Lecce 2-3 dalam lanjutan liga, Minggu (9/2/2020).
Pasca kekalahan dari Lecce, Gattuso berhasil membawa tim kembali stabil di jalur kemenangan. Bahkan, Lorenzo Insigne dan kawan-kawan berhasil menaklukan Inter di laga tandang dalam laga pertama semi final Piala Italia, Kamis (13/2/2020). Setelah itu, untuk pertama kalinya pada musim ini, Napoli dihantar meraih tiga kemenangan beruntun, yakni 1-0 atas Cagliari, 2-1 atas Brescia, dan terakhir 2-1 atas Torino pada laga pekan ke-26, Minggu (1/3/2020) dini hari.
Salah satu penampilan sensasional Gattuso bersama Napoli adalah menahan imbang 1-1 Barcelona di kandang dalam laga pertama 16 besar Liga Champions, Rabu (26/2/2020). Saat itu, strategi pertahanan ultra atau catenaccio ala Gattuso atau Gattenaccio berhasil meredam agresivitas Barca. Bahkan, formasi 4-1-4-1 yang merupakan penggembangan pola baku 4-3-3 yang biasa diterapkan Gattusso berhasil membuat megabintang asal Argentina milik Barca Lionel Messi tak berdaya.
Permainan pragmatis atau menyesuaikan kondisi lawan memang menjadi andalan Gattuso beberapa laga terakhir. Dia tak muluk-muluk selalu bermain terbuka kala bertemu lawan yang memiliki pemain lebih berkualitas atau agresif. Dengan taktik itu, Napoli pun mampu menjungkalkan tim besar Italia, seperti Juve, Lazio, dan Inter di kompetisi domestik dan meredam Barca di Eropa.
”Sejak Quique Setien menukangi Barca, secara sistem Barca menerapkan lima sampai enam pemain untuk menyerang. Mereka memaksa lawan bertahan sehingga apabila ada ruang di lini pertahanan, dengan mudah mereka akan memberikan luka,” ujar Gattusso seusai laga lawan Barca dikutip Sky Sport Italia.
Gatusso pun tak peduli ketika publik berpandangan negatif dengan strategi catenaccio tersebut. ”Ini bukan tim yang sebelumnya (seperti dilatih Ancelotti). Orang mengatakan saya bermain catenaccio tetapi kenyataannya tim ini memang tidak seimbang ketika bermain terlalu menyerang. Memiliki pertahanan yang kuat justru memperkuat lini tengah dan bisa mendukung serangan,” kata pelatih berusia 42 tahun itu dikutip Football-Italia, Minggu (1/3/2020).
Memulai dari mental
Sejak awal menukangi Napoli, Gattuso memang berujar bahwa yang pertama-tama harus dibenahinya dari klub berjuluk Gli Azzurri itu adalah mental berjuang. Betapa tidak, sebelum dirinya tiba, klub asal Kota Naples itu hanya meraih satu kemenangan dari 10 laga di kompetisi domestik maupun Eropa. Sisanya, mereka menuai dua kalah dan tujuh imbang.
”Sejak awal tiba, fokus saya adalah membenahi mental tim. Sebab, saya tahu Napoli sejatinya tim yang ditakuti. Jika mental Anda salah, Anda bisa kalah, bahkan dari anak-anak primavera,” ujar Gattusso dikutip Football Italia, Minggu (2/2/2020).
Ruh semangat juang bertanding yang menjadi ciri Napoli beberapa tahun terakhir memang hilang di akhir masa jabatan Ancelotti. Di sisi lain, Gattuso memang dikenal sebagai motivator ulung ketika aktif sebagai pemain maupun saat menjadi pelatih.
Hal itu diyakini sebagai alasan utama De Laurentiis berjudi dengan menukar guling pelatih bintang lima Ancelotti dengan pelatih kemarin sore Gattusso. ”Tangan besi Gattusso sangat kontras dengan pendekatan lunak ala Ancelotti. Mungkin cinta yang kuat ala Gattuso adalah jawaban jangka pendek untuk Napoli saat ini,” terang Caferoglu.
Para pemain pun mulai merasakan efek positif kehadiran Gattuso. Insigne contohnya. Grafik permainannya meningkat tajam setelah peralihan pelatih tersebut. Selama bersama Ancelotti, Insigne hanya membukukan 4 gol dalam 16 laga. Dengan Gattuso, dia kembali agresif dengan mencetak 5 gol dari 13 laga.
”Dia (Gattuso) luar biasa. Tekadnya sangat besar. Dia mampu menularkan semangat juangnya di lapangan kepada pemain saat latihan dan bertanding. Dia membuat kami mau untuk bekerja lebih keras,” tutur penjaga gawang Napoli Alex Maret dikutip laman Spazio Napoli.
Pengamat sepak bola Italia Emmet Gates dikutip Football-Italia, Sabtu (1/2/2020), jika mampu konsisten, bukan tak mungkin Gattuso akan mengikuti jejak Simone Inzaghi di Lazio. Empat tahun lalu, Inzaghi masih dipandang sebelah mata. Namun, saat ini, adik kandung Filippo Inzaghi itu mampu membawa Lazio bermimpi untuk merebut kembali gelar scudetto setelah 20 tahun silam.
”Gattuso sekarang mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan kapasitas dan membangun reputasi di sepak bola Italia. Setidaknya, dia bukan hanya pelatih yang bisa bermulut besar, tetapi dia juga memiliki semua instrumen yang diperlukan untuk menjadi pelatih sukses di level tertinggi,” pungkas Gates.