Untuk pertama kali dalam lima musim terakhir, Real Madrid berpesta di rumahnya sendiri saat menjamu Barcelona, Senin dini hari WIB. Kemenangan di laga ”el clasico” itu membuat Madrid kembali memuncaki Liga Spanyol.
Oleh
Kelvin Hianusa
·4 menit baca
MADRID, SENIN — Langit cerah memayungi Stadion Santiago Bernabeu, markas Real Madrid, Senin (2/3/2020) dinihari WIB. Badai panjang yang melanda Madrid bulan Februari telah mereda seusai menaklukkan rival abadinya, Barcelona.
Madrid, yang sedang dalam tren kekalahan, berhasil menunjukkan jati dirinya dalam el clasico edisi ke-244. Tampil di depan pendukungnya sendiri, ”Los Blancos” memenangi pertarungan sengit atas Barca, 2-0, di Liga Spanyol.
”Kami layak menang dengan apa yang dilakukan, baik saat menyerang maupun bertahan. Beberapa minggu ke belakang sangat berat untuk kami. Tetapi, kami bisa mengubahnya itu hari ini,” kata Pelatih Madrid Zinedine Zidane selepas laga itu kepada Marca.
Badai sempat melanda tim asal ibu kota Spanyol ini dengan hasil inkonsisten dalam sebulan terakhir. Pekan lalu, mereka kalah dua kali beruntun, yaitu dari Manchester City di laga pertama babak 16 besar Liga Champions dan dari Levante yang membuat mereka kehilangan posisi di puncak klasemen Liga Spanyol. Nasib itu diperburuk dengan kembali cederanya penyerang bintang mereks, Eden Hazard, yang baru pulih.
Namun, krisis itu tidak terlihat dalam el clasico. Meski sempat tampil kurang meyakinkan di babak pertama, anak-anak asuh Zidane tampil menggila di paruh kedua. Dengan formasi 4-1-4-1, mereka agresif menekan pertahanan lawan. Serangan cepat tuan rumah melalui Isco beberapa kali mengancam gawang Barca yang dijaga Marc-Andre Ter Stegen.
Aksi penyerang muda Madrid Vinicius Junior membawa tuan rumah unggul lewat sepakannya, memanfaatkan umpan Toni Kroos, pada menit ke-71. Gol ini membawa Los Blancos semakin di atas angin. Gol tambahan pun hadir pada menit-menit akhir, injury time. Mariano Diaz membawa timnya unggul dua gol memanfaatkan lawan yang terlena menyerang.
Vinicius sudah mengetahui golnya akan datang, jauh sebelum pertandingan dimulai. ”Kroos memberikan umpan yang baik. Itu sering dilakukan saat latihan. Saya tahu gol itu akan datang di pertandingan yang sangat penting ini,” kata pemecah rekor pencetak gol termuda (19 tahun 233 hari) sepanjang sejarah el clasico itu.
Meskipun kalah dalam penguasaan bola, hanya 44 persen, tetapi Los Blancos lebih efektif. Vinicius dan rekan-rekan berhasil mencatatkan 13 tendangan, lebih banyak dari sang lawan yang hanya menghasilkan 9 tendangan.
Kemenangan itu membuat Madrid kembali merebut takhta pemuncak klasemen dari tangan Barca. Hasil tersebut juga melepaskan beban Madrid yang sudah 1.954 hari tidak menang atas sang rival di Bernabeu. Madrid kalah dalam empat pertemuan terakhir kedua tim sebelumnya di kandang pada ajang Liga Spanyol.
”Raja” el clasico, Lionel Messi, tak mampu menunjukkan tajinya sepanjang laga. Pencetak terbanyak sepanjang sejarah pertemuan kedua klub, 26 gol, itu tidak mampu menghadirkan peluang berbahaya, selain tendangan yang mengarah ke pelukan kiper Madrid, Thibaut Courtois, pada babak pertama.
Raja el clasico, Lionel Messi, tak mampu menunjukkan tajinya sepanjang laga. Pencetak terbanyak sepanjang sejarah pertemuan kedua klub, 26 gol, itu tidak mampu menghadirkan peluang berbahaya.
Pelatih Barca, Quique Setien, mengeluhkan ketajaman anak asuhnya. ”Babak pertama kami bermain bagus. Tetapi, tidak menemukan ruang yang pas untuk penyelesaian akhir. Setelah itu, kami mulai melakukan kesalahan-kesalahan saat menyerang,” katanya.
Di awal laga, Blaugrana mencoba formasi baru, 4-4-2, yang biasanya 4-3-3. Formasi itu sempat membuat Madrid kerepotan pada paruh pertama laga. Namun, permainan mereka yang mengutamakan penguasaan bola mulai dibaca lawan.
Barca tidak mampu mengembangkan permainan karena pemain-pemain Madrid menekan sampai garis pertahanan mereka. Kembalinya bek kiri Jordi Alba dari cedera tidak mampu mengangkat performa tim asal Catalan ini.
”Kami bermain baik hanya saja kurang beruntung. Musim masih panjang dan kami harus terus melaju. Kami bisa bermain baik di babak pertama, itu yang harus diingat dan diteruskan di laga berikutnya,” kata gelandang Barca, Sergio Busquets.
Jelang akhir laga, Setien mencoba memasukkan penyerang baru mereka, Martin Braithwaite. Namun, peluang emas satu-satunya pemain asal Denmark itu tidak berhasil dikonversi menjadi gol.
Gagal membuat ”manita”
Kekalahan ini membuat Barca gagal menciptakan ”manita”. Julukan itu artinya jari kecil, yang merupakan gestur angka lima, yang dibuat skuad Barca saat menang 5-0 dalam el clasico pada 1994.
Padahal, seandainya menang, Messi dan rekan-rekan akan meraih dua ”manita”. Pertama, rekor kemenangan lima kali beruntun di Bernabeu. Kedua, mereka akan menjadi pemuncak klasemen dengan keunggulan lima poin. (AFP/REUTERS)