Penampilan Chelsea di Liga Inggris masih mengkhawatirkan. Meskipun banyak menciptakan peluang, mereka ditahan Bournemouth, 2-2, Sabtu malam. Semua gol ”The Blues” diborong pemain bek Marcos Alonso.
Oleh
Kelvin Hianusa
·4 menit baca
BOURNEMOUTH, SABTU — Chelsea bersama sang Manajer Frank Lampard berevolusi menjadi salah satu tim paling menyerang di Liga Inggris. Namun, banyaknya jumlah serangan ”Si Biru” hanya menguap begitu saja akibat jurang besar bernama efektivitas.
Hal itu terlihat saat Chelsea bertandang ke markas Bournemouth, Stadion Vitality, Sabtu (29/2/2020) WIB, pada ajang Liga Inggris. Performa apik bek kiri Marcos Alonso yang mencetak dua gol tak mampu membantu Chelsea meraih tiga poin penuh. Laga berakhir imbang 2-2.
”Kami mengontrol pertandingan. Saat bersamaan, kami juga memiliki 23 peluang. Namun, reaksi para pemain ternyata belum cukup untuk menang,” kata Lampard mengomentari jalannya laga itu.
Chelsea, yang tampil dengan formasi tiga bek (3-4-2-1), seperti saat ditaklukkan Bayern Munchen di Liga Champions, 0-3, sangat mendominasi pertandingan. Duet gelandang tengah Matteo Kovacic dan Jorginho membuat tim tandang menguasai bola sebanyak 73 persen. Penguasaan bola itu dikonversi menjadi 23 tendangan.
Alonso membawa Si Biru unggul lebih dulu lewat sontekan pada menit ke-33 setelah bola tendangan penyerang Olivier Giroud membentur mistar gawang. Namun, keunggulan ini tidak bertahan lama. Pada awal babak kedua, Bournemouth mencetak dua gol cepat dalam tiga menit melalui Jefferson Lerma dan Joshua King.
Lima menit sebelum laga usai, Alonso menyelamatkan nasib timnya dari kekalahan. Bek yang diberi keleluasaan maju hingga kotak penalti ini kembali menyontek bola muntah dari kiper Aaron Ramsdale yang menepis tendangan Pedro.
Efektivitas lini depan tim asal London ini, dengan absennya penyerang andalan Tammy Abraham, patut dipertanyakan. Tim lawan yang membuat peluang lebih sedikit, 9 tendangan, mampu mencetak jumlah gol yang sama.
Masalah besar
Lampard sadar timnya dalam masalah besar. Dari empat gol yang dicetak mereka di tiga laga terakhir di semua kompetisi, tiga di antaranya dicetak oleh seorang bek.
”Inilah yang menjadi bagian sangat jelas dari kami musim ini. Kami tidak mampu mengubah momentum menjadi kemenangan. Kami butuh untuk menyarangkan bola ke jaring lawan,” kata mantan gelandang serang paling produktif di Liga Inggris itu.
Lampard sadar timnya dalam masalah besar. Dari empat gol yang dicetak mereka di tiga laga terakhirnya di semua kompetisi, tiga di antaranya dicetak oleh seorang bek.
Persoalan besar Si Biru musim ini memang berada pada rendahnya efektivitas serangan. Di bawah racikan strategi Lampard, Abraham dan rekan-rekan menjadi tim kedua setelah Manchester City (19,8 kali) yang memiliki rata-rata tendangan terbanyak, yakni 16,6 kali per laga. Jumlah itu mengungguli tim pemuncak klasemen Liverpool yang berada di peringkat ketiga (16 kali).
Namun, jumlah gol mereka dalam 28 pertandingan hanya 47 gol. Catatan itu tertinggal jauh dari City (68 gol) dan Liverpool (64 gol) yang baru memainkan 27 pertandingan. Jumlah tendangan itu dibarengi dengan dominasi penguasaan bola yang rata-rata mencapai 57,4 persen setiap pertandingan. Penguasaan bola Chelsea hanya kalah dari City (61,5 persen) dan Liverpool (58,4 persen).
Jika tendangan dan penguasaan bola ini bisa dikonversi menjadi gol, mungkin Si Biru ikut berada dalam perburuan gelar Liga Inggris. Adapun saat ini mereka hanya berada di peringkat keempat dengan 45 poin, tertinggal jauh dari Liverpool dengan 79 poin.
”Kami ingin menang di setiap pertandingan, tetapi sulit menang jika kami seperti ini terus, tidak cukup tajam,” kata pelatih berjuluk ”Super Frank” tersebut.
Salah satu faktor rendahnya konversi adalah minimnya penyerang berkelas dunia. Potensi Abraham memang besar. Akan tetapi, dengan usia 22 tahun, konsistensinya belum bisa dijamin sepanjang musim. Sementara itu, Giroud dan Michy Batshuayi belum mampu membuktikan ketajamannya.
Ketumpulan Chelsea menjadi berkah bagi tuan rumah. Mereka merasa cukup senang dengan raihan satu poin. Pelatih Bournemouth Eddie Howe mengakui bahwa pertandingan ini sangat ketat. ”Rasanya campur aduk. Senang bisa mendapatkan (satu) poin, tetapi agak frustrasi karena bisa saja mendapat tiga poin,” ujarnya.
Liverpool kalah
Poin ini sangat penting bagi Bournemouth. Mereka kini tengah berjuang keluar dari zona degradasi. Saat ini mereka berada di peringkat ke-18 dengan koleksi 27 poin. Jumlah poin itu setara dengan West Ham United dan Watford, tim yang secara mengejutkan menjungkalkan Liverpool, 3-0, Minggu dini hari. Watford menjadi tim pertama yang mengalahkan ”The Reds” dari 28 laga Liga Inggris musim ini.
Watford melesat ke peringkat ke-17, adapun West Ham di posisi ke-16 seusai membekap Southampton, 3-1. Meskipun ketiga tim kini mengemas poin serupa, yaitu 27, tim asuhan Howe kalah selisih gol dari West Ham dan Watford. (AFP/REUTERS)