Kekalahan atas Lyon di laga pertama babak 16 besar Liga Champions membuat Juventus harus berkerja keras untuk melaju ke babak perempat final. Pelatih Juve Maurizio Sarri tidak lagi menutupi kekecewaannya pada pemain.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
LYON, KAMIS – Pelatih Juventus Maurizio Sarri dikenal sebagai sosok yang tenang dan tidak mudah terpancing amarah. Tetapi, kekalahan “Si Nyonya Besar” atas Olympique Lyon pada laga pertama babak 16 besar Liga Champions di Stadion Groupama, Perancis, Kamis (27/2/2020) dini hari WIB, membuat Sarri menunjukkan sisi lain dirinya.
Memasuki bulan kedelapan menukangi Juventus, Sarri secara terang-terangan menunjukkan kegeramannya atas permainan Cristiano Ronaldo dan kolega. Juve tidak menjalankan instruksi Sarri yang telah disiapkan tiga hari sebelum lawatan ke Perancis.
Juventus memang mendominasi penguasaan bola dengan 61 persen dibandingkan 39 persen yang dihasilkan tim tuan rumah. Sayangnya, penguasaan bola itu tidak dibarengi efektivitas serangan.
Sepanjang 90 menit laga, Juve tidak sekalipun mengancam gawang Lyon yang dikawal Anthony Lopes. Satu-satunya ancaman mengarah ke gawang yang dihasilkan pemain Juventus ialah sentuhan pundak Ronaldo yang mengubah arah umpan Aaron Ramsey.
“Saya tidak mengerti mengapa aliran bola lebih lambat dua kali dibandingkan ketika kita latihan kemarin. Ketika bola mengalir lambat, para pemain akan kehilangan bola dan memberikan kesempatan lawan untuk mencuri bola. Intinya, kami mengalirkan bola sangat lambat, tidak pernah mengubah tempo (lambat) itu, akibatnya kita tidak mampu mengkreasikan ancaman berbahaya,” ucap Sarri seusai laga seperti dikutip Sky Sport Italia.
Lebih lanjut, Sarri marah besar ketika para pemainnya lebih dominan memberikan umpan-umpan jauh dari tengah ke kotak penalti. Pola serangan Juve itu langsung menargetkan Ronaldo, tetapi lini pertahanan Lyon yang diisi trio Jason Denayer, Marcelo, dan Fernando Marcal cukup sigap menghalau ancaman bola-bola atas.
“Kami menyiapkan strategi yang berbeda dibandingkan yang kita tampilkan di lapangan. Saya tidak suka ketika para pemain melakukan umpan panjang sekitar 60 meter ke pemain depan, sebab saya selalu katakan lebih baik kita membawa bola ke depan dan melepaskan umpan terobosan di wilayah kotak penalti lawan,” kata pelatih kelahiran Naples, Italia, itu.
Gol semata wayang yang dihasilkan pemain tengah Lyon, Lucas Tousart, di menit ke-31, dihasilkan pergerakan Houssem Aouar di sisi kanan pertahanan Juve. Serangan cepat itu membuat lini pertahanan kewalahan, sehingga Tousart bisa berdiri bebas untuk menyentuh dan mengubah arah bola untuk menjebol gawang “Si Nyonya Besar”. Gol itu merupakan hasil kecerdikan pemain Lyon yang memanfaatkan kelengahan lini belakang Juve akibat bek Matthijs de Ligt tengah menjalani perawatan di sisi lapangan karena darah yang mengalir dari kepalanya.
Sarri mengakui permainan anak asuhannya di babak kedua membaik dibandingkan sebelum jeda. Tetapi, ia menekankan, bermain di fase gugur Liga Champions Eropa harus mampu menunjukkan permainan terbaik dari menit pertama untuk menciptakan peluang sebanyak-banyaknya dan menutup ruang lawan mencetak gol.
Atmosfer buruk
Sebelum laga dimulai, atmosfer buruk telah terasa di kubu Juve. Ketika para pemain tengah melakukan pemanasan, kapten Juventus, Leonardo Bonucci, berteriak ke arah gelandang, Blaise Matuidi. Keduanya sempat beradu argumen secara singkat. Menurut Bonucci, dirinya mengingatkan Matuidi untuk fokus mempersipkan diri karena seluruh pemain, baik yang menjadi pemain inti maupu pemain cadangan, harus siap memberikan kemampuan terbaik. Dalam pertandingan itu, Matuidi hanya menghangatkan bangku cadangan.
Kekalahan atas Lyon menjadi hasil minor kelima yang dialami “Si Nyonya Besar” dalam musim ini di seluruh kompetisi. Bonucci berharap rekan-rekannya segera memperbaiki diri agar bisa terus bersaing di seluruh kompetisi yang masih diikuti Juve.
“Dalam pertandingan di Lyon, kita bermain terlalu lebar, tidak agresif, dan itu merupakan masalah mental. Kita harus bangkit secepatnya,” kata Bonucci.
Sebelum bertemu Lyon di Turin, 18 Maret, dalam sepekan ke depan, “Si Nyonya Besar” akan menjamu Inter Milan di lanjutan Liga Italia dan AC Milan di laga kedua babak semifinal Piala Italia.
Tidak hanya situasi internal Juve yang kecewa dengan hasil di Lyon, publik Italia juga terkejut dengan hilangnya identitas Juve sebagai penguasa Liga Italia dalam delapan musim terakhir di laga itu.
Tiga media olahraga terkemuka di Italia, yaitu Tuttosport, La Gazzetta dello Sport, dan Corriere dello Sport menurunkan gambar utama yang sama untuk edisi Kamis kemarin. Foto Ronaldo yang duduk sambil menutup mukanya dengan kedua tangan menghiasi halaman muka ketiga koran olahraga di “Negeri Pizza” itu. “Dimana Juve?” tulis La Gazzetta dello Sport.
Aura positif
Sementara itu, aura positif menyelimuti kubu Lyon. Tousart, pencetak gol dalam laga itu, bahagia mampu menyumbangkan gol yang bisa memberikan senyum bagi seluruh pendukung Lyon. Ia pun berharap “Les Gones” mampu mempertahankan penampilan ketika bertandang ke Turin.
“Kami memulai laga dengan baik, seperti yang diinginkan pelatih. Oleh karena itu, kami harus melakukan hal yang sama di laga kedua,” kata Tousart.
Pelatih Lyon Rudi Garcia menuturkan, anak asuhannya telah menunjukkan pendekatan yang tepat dalam pertandingan itu. Menekan tim tamu di babak pertama, lalu bertahan dengan baik ketika Juve lebih menguasai pertandingan setelah jeda.
“Terpenting kami tidak kebobolan ketika memainkan laga pertama di kandang. Satu penyesalan saya ialah kami tidak mencetak gol kedua ketika tengah memimpin laga di babak pertama,” ujar Garcia yang mengantarkan “Les Gones” meraih kemenangan perdana atas Juve di Liga Champions Eropa. (AFP)