KONI mendorong pengurus induk cabang olahraga berpikir kreatif agar tidak tergantung anggaran pemerintah. KONI mencoba melakukannya dengan menggelar ajang Indonesia Marathon pada 23 Agustus 2020.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Di era industri olahraga, pengurus olahraga selayaknya tidak hanya menggantungkan diri pada sumber anggaran dari pemerintah. Mereka didorong kreatif untuk bisa mandiri. Hal itu coba dipraktikkan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dengan menggelar Indonesia Maraton dengan motto ”Tembus Batas Maksimal” pada 23 Agustus.
”Pada era industri olahraga ini, pengurus olahraga harus mengubah pola pikir. Jangan lagi hanya menggantungkan sumber anggaran dari pemerintah. Pengurus olahraga harus berpikir keratif mencari sumber anggaran mandiri, sehingga anggaran dari pemerintah bisa disalurkan untuk tempat yang lebih tepat,” ujar Ketua Umum KONI Marciano Norman saat peluncuran Indonesia Maraton di Jakarta, Kamis (27/2/2020).
Marciano mengatakan, pihaknya menyadari anggaran pemerintah sangat terbatas untuk olahraga. Untuk itu, KONI dan induk cabang olahraga harus berani mencari sumber anggaran lain dengan membangun relasi atau bermitra dengan swasta untuk mengadakan ajang olahraga yang bisa menghasilkan pendapatan.
KONI menggandeng PT Tata Media Prima menggelar ajang lari Indonesia Maraton perdana di Jakarta pada 23 Agustus 2020. Setelah Jakarta, ajang yang terdiri atas kategori full maraton, half maraton, 10K, dan 5K itu terus digelar hingga empat tahun ke depan, yakni Mandalika, Nusa Tenggara Barat pada 2021; Belitung, Bangka-Belitung pada 2022; Danau Toba, Sumatera Utara pada 2023; dan Banyuwangi, Jawa Timur pada 2024.
KONI juga menjalin kerja sama dengan Kemenpora dan Kementerian Pariwisata agar gaung ajang tersebut semakin tinggi, baik untuk olahraga prestasi maupun olahraga pariwisata. Mereka menargetkan ajang itu diikuti oleh 10.000 pelari dari dalam dan luar negeri. Untuk memancing kehadiran pelari elite nasional, mereka menawarkan hadiah Rp 1 miliar untuk pelari nasional yang bisa memecahkan rekor nasional maraton. Rekornas maraton saat ini dipegang Eduardus Nabunome dengan waktu 2 jam 19 menit 18 detik, yang dibukukan pada PON 1993 di Jakarta.
”Selain mendapatkan sumber pendapatan mandiri, menggelar kegiatan seperti ini juga bisa menjalankan target utama organisasi olahraga, yakni meningkatkan prestasi olahraga nasional. Semoga langkah profesional ini, bisa memacu pengurus olahraga lain, lebih-lebih pengurus induk cabang,” kata Marciano.
KONI sempat tersandung masalah dalam operasi tangkap tangan KPK dalam kasus dugaan korupsi dana hibah dari Kemenpora ke KONI di akhir 2018 lalu. Kasus itu menyebabkan sejumlah pejabat KONI maupun Kemenpora menjadi terdakwa dan sedang menjalani proses peradilan. Karena kasus itu, BPK sempat memberikan rekomendasi kepada Kemenpora agar tidak memberikan anggaran bantuan kepada KONI sebelum kasus itu tuntas. Hal itu menyebabkan KONI tidak bisa membayar gaji pegawainya sepanjang 2019.
Menpora Zainudin Amali menuturkan, pengurus olahraga di Indonesia harus meniru sepak bola, bola voli, bola basket, ataupun bulu tangkis. Empat cabang itu sudah tidak menggantungkan nasib hanya dari pemerintah. Mereka lebih mandiri lewat aktif menjalin kerja sama dengan sponsor untuk menggelar banyak ajang.
Selama ini, banyak cabang selain empat cabang itu yang menyatakan olahraganya kurang populer untuk menarik sponsor. Oleh karena itu, mereka sulit mewujudkan kemandirian anggaran. Namun, lewat Indonesia Maraton, KONI membuktikan cabang selain empat cabang tersebut juga bisa menarik minat sponsor kalau dibuat dengan atraktif dan menarik.
”Pengurus induk cabang tidak boleh selamanya menunggu anggaran dari pemerintah. Mereka juga harus bisa kreatif mencari sumber pendapatan lain. Dengan begitu, bantuan dari pemerintah bisa disalurkan untuk hal yang lebih utama secara optimal, terutama untuk pembinaan atlet muda,” tutur Zainudin.
Sementara itu, Direktur Perlombaan Indonesia Maraton Rina Tambunan menyampaikan, pihaknya segera membuka pendaftaran ajang itu secara daring dalam waktu dekat. Sejauh ini, mereka sedang memilih rute terbaik dari sisi keamanan dan kenyamanan agar perlombaan bisa lebih optimal. Apalagi mereka menargetkan Indonesia Maraton bisa menjadi salah satu seri ajang maraton dunia di masa depan.