Chelsea tahu diri. Peluang melaju ke babak perempat final Liga Champions sangat kecil setelah kekalahan telak dari Bayern Muenchen, 0-3. Mereka memilih untuk kembali fokus bertarung di Liga Inggris dan Piala FA.
Oleh
D HERPIN DEWANTO PUTRO
·4 menit baca
LONDON, RABU — Bayern Muenchen menunjukkan superioritasnya dan mendorong Chelsea ke tepi jurang kegagalan di ajang Liga Champions musim ini. Tidak mudah bagi Chelsea untuk bangkit setelah dikalahkan Bayern, 0-3, pada laga pertama babak 16 besar Liga Champions di Stadion Stamford Bridge, Rabu (26/2/2020) dini hari WIB.
Hasil itu memaksa ”The Blues” untuk bisa menang telak minimal 4-0 pada laga kedua di kandang Bayern, Stadion Allianz Arena, pertengahan Maret mendatang, agar bisa melaju ke babak perempat final. Namun, Chelsea sudah mengakui bahwa Bayern bukan lawan tanding yang sebanding buat mereka.
”Laga ini untuk tim-tim selevel Bayern. Kekalahan ini adalah pelajaran pahit bagi kami mengenai realitas Liga Champions,” ujar Manajer Chelsea Frank Lampard. Kekalahan ini membuat Lampard dan para pemainnya untuk becermin agar menyadari bahwa pekerjaan mereka untuk membangun tim yang solid belumlah selesai.
Pada laga itu, Chelsea sudah mampu merepotkan Bayern dan membuat skor tetap imbang 0-0 hingga babak pertama usai. Namun, karakter Bayern yang sesungguhnya baru terlihat pada babak kedua ketika mereka bisa mencetak tiga gol.
Sejak laga ini belum dimulai, pemain Bayern yang paling diwaspadai Chelsea adalah Robert Lewandowski. Striker asal Polandia tersebut pada musim ini sudah mengumpulkan 25 gol di Liga Jerman dan 10 gol di Liga Champions (sebelum bertemu Chelsea). Membiarkan Lewandowski bebas berkeliaran di depan gawang bakal menjadi kesalahan fatal.
Namun, Bayern adalah tim produktif yang telah mengoleksi total 65 gol dalam 23 laga Liga Jerman musim ini. Artinya, Lewandowski bukan satu-satunya penyerang yang harus mendapat perhatian khusus dari pemain Chelsea.
The Blues malam itu seharusnya lebih ketat menjaga penyerang sayap Serge Gnabry yang mencetak dua gol dalam waktu tiga menit, yaitu pada menit ke-51 dan ke-54. Kedua gol itu berawal dari umpan Lewandowski. Sementara Lewandowski mencetak gol ketiga Bayern pada menit ke-76.
Gnabry pada malam itu telah membuktikan diri sebagai mimpi buruk bagi tim-tim London. Pada awal Oktober 2019, Gnabry menyumbang empat gol dan satu asis ketika Bayern melibas Tottenham Hotspur, 7-2, pada fase grup. ”Saya punya banyak teman di London. Mungkin merekalah yang memberi saya kekuatan dan saya selalu nyaman berada di sini (London),” ujar Gnabry seperti dikutip The Telegraph.
Sebelum memperkuat Bayern, Gnabry bermain untuk Arsenal selama 2012-2016. Waktu itu ia masih berusia 16 tahun. Selama berada di London dan tinggal jauh dari orangtua, Gnabry merasa mengalami perkembangan yang cepat. London telah menempanya dan ia kembali untuk menunjukkan hasilnya.
Timpang
Laga di Stamford Bridge malam itu menyajikan ketimpangan mencolok antara Bayern sebagai tim berpengalaman dan mapan dengan Chelsea sebagai tim muda yang komposisi timnya belum seimbang. Lini depan Chelsea belum stabil dan pertahanan mereka masih rapuh.
Bayern dapat dengan mudah memainkan pola serangan yang dinamis. Banyak peluang gol yang sudah tercipta tetapi para pemain kurang beruntung. Thomas Mueller, misalnya, bisa menambah keunggulan Bayern jika tembakannya tidak mengenai mistar gawang. Chelsea masih beruntung bisa berangkat ke Allianz Arena dengan ketertinggalan tiga gol saja.
The Blues sebenarnya juga mendapatkan beberapa peluang. Namun, minimnya pengalaman dalam permainan di level Eropa seperti ini membuat para pemain muda Chelsea gugup. Mason Mount bisa memotong bola dan menginiasi serangan balik. Sayangnya, pemain berusia 21 tahun ini terlalu terburu-buru menembak meski masih jauh dari gawang Bayern.
Chelsea tampak sangat membutuhkan sosok penyerang yang punya naluri tajam. Olivier Giroud sudah tampil bagus pada laga-laga sebelumnya tetapi masih kesulitan ketika berhadapan dengan ”tembok” yang dibangun Bayern. Apalagi Bayern memiliki kiper setangguh Manuel Neuer.
Selain Giroud, Chelsea masih punya Tammy Abraham yang belum lama pulih dari cedera. Lampard semakin pusing ketika cedera juga membuat pemain lain, seperti Callum Hudson-Odoi, Christian Pulisic, dan N’Golo Kante, tidak bisa tampil.
Lampard bisa memaklumi hal ini. ”Jelas sudah masih banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan. Ketika menyanggupi pekerjaan ini (sebagai manajer Chelsea), saya tahu saya akan bekerja tanpa henti,” katanya.
Pekerjaan itu tidak dapat selesai dalam waktu singkat terutama ketika Chelsea menjalani laga kedua di Allianz Arena. Lampard memilih untuk melihat gambaran yang lebih besar, yaitu perjalanan mereka di Liga Inggris.
Saat ini Chelsea masih berusaha untuk mempertahankan posisi mereka di peringkat keempat. Di ajang Piala FA, mereka juga akan menghadapi Liverpool pada putaran kelima yang berlangsung awal Maret nanti. (AP/AFP/REUTERS)