Sofia Kenin masih belum terlepas dari tekanan sebagai juara baru Grand Slam. Petenis Amerika Serikat keturunan Rusia itu kembali kalah untuk ketiga kali beruntun, kali ini pada babak kedua WTA Doha.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
Sofia Kenin mulai merasa frustrasi. Juara tunggal putri Australia Terbuka itu kalah dalam tiga pertandingan terakhirnya, hanya sebulan setelah meraih gelar pertamanya di ajang Grand Slam. Kenin masih berusaha untuk keluar dari tekanan dengan status barunya itu.
”Saya sangat frustrasi. Setelah Melbourne, yang saya pikir menjadi penampilan terbaik dalam karier, penampilan saya menurun. Bukan penampilan paling buruk, melainkan saya bermain tidak seperti yang saya inginkan,” ujarnya dalam laman resmi Asosiasi Tenis Wanita (WTA).
Komentar itu dilontarkan Kenin setelah kalah dari petenis Ukraina, Dayana Yastremska, 3-6, 6-7 (4-7), pada babak kedua turnamen WTA Doha, Qatar. Laga yang berlangsung Selasa (25/2/2020) tengah malam WIB itu menjadi penampilan pertama unggulan keenam tersebut di Doha setelah mendapat bye pada babak awal.
Sepekan sebelumnya, Kenin juga kalah dalam laga awal pada WTA Dubai, Uni Emirat Arab. Menjadi unggulan kelima saat itu, dia ditaklukkan Elena Rybakina (Kazakhstan), 7-6 (7-2), 3-6, 3-6.
Ditambah dengan kekalahan dari Jelena Ostapenko pada penampilan kedua, saat memperkuat Tim Piala Fed Amerika Serikat melawan Latvia, 7-8 Februari, Kenin pun mendapat kekalahan dalam tiga pertandingan terakhirnya.
Rentetan kekalahan tersebut dialami pada bulan yang sama ketika dia mendapat momen terbaik dalam kariernya. Selain menjuarai Australia Terbuka, petenis berusia 21 tahun itu untuk pertama kalinya menembus peringkat lima besar dunia. Dalam daftar peringkat terbaru yang dikeluarkan WTA, Senin (24/2/2020), Kenin berada pada posisi kelima, naik dua peringkat dibandingkan dengan pekan sebelumnya.
Sebelum memenangi final Australia Terbuka atas Garbine Muguruza, Kenin menjadi pembicaraan komunitas tenis internasional ketika WTA memperlihatkan video masa kecilnya. Kenin, yang berusia tujun tahun pada 2005, diajak berkeliling stadion tempat penyelenggaraan turnamen Miami Terbuka oleh Kim Clijsters, mantan petenis nomor satu dunia yang dua kali pensiun tetapi kini bertanding lagi.
Pada tahun yang sama dalam video yang dibuat Tennis Channel, Kenin kecil bercerita bahwa dia bisa mengembalikan servis Andy Roddick, petenis putra nomor satu dunia pada 2003. Lima belas tahun kemudian setelah video itu dibuat, Roddick, yang terkenal dengan servis kerasnya itu, memberi dukungan pada Kenin saat akan tampil di final Australia Terbuka.
Namun, momen indah itu berubah kurang dari sebulan kemudian. Kenin kesulitan mempertahankan momentum permainannya.
Seperti ketika kalah di Dubai, Kenin kalah agresif dibandingkan lawannya di Doha. ”Yastremska bermain lebih baik pada momen penting, sedangkan saya membuat banyak kesalahan. Saya merasa sulit bergerak pada sepanjang pertandingan. Saya kehilangan ritme permainan dan harus menemukannya kembali,” ujarnya.
Tekanan sang juara
Apa yang dialami Kenin saat ini menjadi bagian dari ujian yang harus dihadapi sebagai juara baru Grand Slam. Kenin masih beradaptasi dengan ”kehidupan baru” ketika tekanan yang dirasakan, terutama dari publik, makin besar. Sebelum membawa pulang trofi Daphne Akhurst, lambang juara tunggal putri Australia Terbuka dari Melbourne Park, tekanan hanya berasal dari diri sendiri.
”Saya merasa makin banyak orang yang memperhatikan saya. Saya senang dengan adanya perhatian dari mereka, tetapi memang menumbuhkan tekanan berbeda. Saya berharap bisa mengatasinya secepat mungkin supaya bisa mendapatkan kembali momentum seperti di Melbourne,” tutur Kenin sebelum tampil di Doha.
Setelah menjuarai Australia Terbuka, petenis keturunan Rusia itu memiliki rasa takut, yaitu takut bermain jelek dan kalah pada turnamen-turnamen berikutnya. Kenin memang sosok yang dikenal keras pada dirinya sendiri. Dia selalu membuat target setinggi mungkin.
Namun, ketika ketakutan itu berkecamuk dalam benaknya, fokus Kenin pun teralihkan hingga permainannya tak seperti yang diinginkan. Kini, penggemar Maria Sharapova itu belajar untuk tak menambah tekanan eksternal dengan ekspektasi terlalu tinggi dari dirinya.
”Saya pikir, saya tak harus menargetkan juara pada setiap pekan. Saya memang ingin menang, tetapi, untuk saat ini, saya harus fokus kembali ke permainan terbaik,” ujarnya.
Kenin pun harus menumbuhkan kembali mental tangguh seperti yang diperlihatkannya selama dua pekan bersaing di Australia Terbuka. Jika tidak, nasibnya akan sama seperti seperti Ostapenko (juara Perancis Terbuka 2017) dan Sloane Stephens (juara AS Terbuka 2017) yang ”tenggelam” setelah memperoleh trofi juara Grand Slam pertama mereka dan menjadi satu-satunya hingga saat ini. (AFP)