Kualitas Timnas Basket Tertinggal Jauh dari Korsel dan Filipina
Kualitas timnas tertinggal jauh dari tim pelapis Filipina dan Korea Selatan di ajang kualifikasi Piala Asia FIBA 2021. Kekurangan pemain besar menjadi salah satu pekerjaan rumah untuk membenahi timnas basket.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Kekalahan telak di jendela pertama kualifikasi Piala Asia FIBA 2021 dari Filipina dan Korsel, menunjukkan ketertinggalan tim nasional bola basket Indonesia. Pemain timnas tidak mampu bersaing dengan kedua raksasa Asia yang mendatangkan tim pelapis dengan tujuan regenerasi.
Kegemilangan guard timnas Andakara Prastawa yang menciptakan 28 poin dan 6 rebound tak mampu menolong Indonesia dari kekalahan atas Filipina, pada Minggu (23/3/2020), di Mahaka Arena, Jakarta. Timnas kalah telak 70-100 dari pemain-pemain muda “raja” Asia Tenggara itu.
Laga berjalan ketat sejak awal. Timnas terus menempel sang lawan dengan tidak membiarkan unggul lebih dari dua digit. Bahkan, di kuarter ketiga, Prastawa dan rekan-rekan nyaris menyusul Filipina.
Tim tamu banyak memberikan poin gratis lewat tembakan bebas. Pada empat menit kuarter ketiga, mereka terkena team foul atau lima kali pelanggaran, yang membuat setiap pelanggaran akan menjadi tembakan bebas untuk lawan. Indonesia sempat memperkecil ketinggalan menjadi 51-55.
Namun Filipina dengan pemainnya, Ravena bersaudara, Kiefer dan Thirdy, tampil begitu percaya diri. Kiefer menjadi pengatur tempo serangan, sedangkan Thirdy yang mencetak total 23 poin menjadi eksekutor. Timnas pun tertinggal semakin jauh, hingga mencapai 30 poin, pada kuarter akhir.
Kekalahan ini merupakan yang kedua kali beruntun. Kamis lalu, Indonesia baru saja ditaklukkan Korea Selatan yang juga datang dengan tim muda, 76-109. Dua hasil ini begitu mengecewakan bagi timnas yang tampil di rumah sendiri.
Pelatih timnas Rajko Toroman mengatakan, pemainnya sudah memberikan yang terbaik. Namun,tak bisa dimungkiri kualitas pemainnya masih tertinggal dibandingkan Filipina maupun Korsel. Dia mengakui pemain muda kedua tim sangat berbakat dan atletis.
“Seperti Filipina. Kami sangat kompetitif di kuarter ketiga. Tetapi pada akhirnya kekuatan tim mereka yang sangat dalam dan kemampuan atletis membuat perbedaan,” kata pelatih asal Serbia itu.
Timnas begitu bergantung kepada duet guard Prastawa dan Abraham Damar Grahita. Di laga kemarin, pemain cadangan Indonesia hanya menyumbangkan 15 poin dibandingkan cadangan Filipina yang menghasilkan 51 poin.
Salah satu yang membuat kekuatan Indonesia dengan Filipina dan Korsel timpang adalah pemain besar. “Kami hanya punya tiga pemain besar dalam tim. Jadi mereka harus bergantian terus. Ini menjadi masalah. Seperti tadi kita sangat kehilangan Vincent (Kosasih) karena dia cedera di kuarter akhir,” jelas Toroman.
Evaluasi timnas
Menurut Toroman, tidak adil membandingkan Indonesia dengan dua raksasa Asia itu. Target timnas adalah mengalahkan tim Thailand, yang pada Minggu sore kalah tipis dari Korsel, 86-93.
“Kami akan membentuk tim lebih kuat dan mengalahkan mereka. Tentu banyak yang harus dibenahi. Kami masih harus memperbaiki agresivitas karena kalah rebound. Selain juga mencari pemain dengan tubuh lebih atletis,” katanya.
Indonesia hanya bermain dengan pemain lokal pada jendela pertama kualifikasi Piala Asia. Pemain naturaliasi, Lester Prosper dan Brandon Jawato, tidak bisa bermain karena pengurusan paspor yang belum selesai.
Namun, ini tidak bisa menjadi alasan karena Korsel tampil tanpa naturalisasi dan Filipina turun dengan naturalisasi pelapis. Bahkan kedua tim itu sama-sama menurunkan tim berisikan mayoritas pemain muda lokal yang belum pernah menjalani laga internasional.
Di lain tempat, mantan pelatih timnas Rastafari Horongbala mengatakan, sejak tampil di SEA Games Manila 2019, tidak banyak skema yang ditampilkan anak asuh Toroman. “Saya tidak ikut latihannya, jadi kurang tahu seperti apa. Tetapi dari pengamatan saya, memang hanya 2-3 skema yang dipakai terus. Itu mudah dibaca lawan,” kata pelatih yang pernah membawa timnas menaklukkan Filipina pada 1996 itu.
Pemain senior timnas Arki Wisnu memuji semangat rekan-rekannya. Dia mengatakan, tim ini masih butuh waktu untuk berkembang. ”Tim ini masih sangat muda dan sedang beradaptasi dengan sistem (pelatih),” jelas pemain yang hanya mencetak 4 poin melawan Filipina.
Pelatih Filipina Mark Robert Dickel mengucapkan, permainan agresif timnas sempat mengejutkan timnya. Namun, Dickel sudah menyadari kelemahan utama tim tuan rumah ada pada kemampuan rebound.
“Karena itu kami lebih memanfaatkan rebound di paruh kedua. Ini merupakan strategi kami. Saya juga bangga dengan pemain-pemain muda bebakat yang mampu mengangkat tim ini. Mereka mampu menjawab dengan permainan bagus saat diberikan kesempatan,” kata Dickel.