Gelar Kejuaraan Lebih Banyak untuk Buka Peluang Lolos Olimpiade
PB ISSI akan menggelar lebih banyak kejuaraan untuk meningkatkan peringkat Indonesia di balap sepeda dunia. Hal itu memberi peluang pebalap Indonesia untuk mengikuti lebih banyak turnamen.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Peluang atlet balap sepeda Indonesia untuk lolos ke Olimpiade Tokyo 2020 cukup berat jika hanya bergantung pada perolehan hasil individu. Mereka harus didukung dengan peringkat negara yang lebih baik. Atas dasar itu, PB ISSI berupaya menggelar kejuaraan sebanyak mungkin sebelum penutupan kualifikasi Olimpiade pada Mei ini.
Ketua Umum PB ISSI Raja Sapta Oktohari di Jakarta, Kamis (20/2/2020), mengatakan, peluang tim sepeda Indonesia meloloskan atlet ke Tokyo cukup berat. Saat ini, peluang pebalap sepeda Indonesia untuk ke Olimpiade Tokyo hanya menyisakan Crismonita Dwi Putri di nomor trek dan I Gusti Bagus Saputra di nomor BMX.
Saat ini, Crismonita hanya berada di peringkat ke-19 dunia. Padahal, syarat lolos ke Olimpiade 2020 hanya untuk pebalap di 17 besar dunia. ”Peluang Crismonita tersisa pada Kejuaraan Dunia 2020 di Berlin, Jerman, 26 Februari. Kalau tidak menang, peluang dia nyaris tertutup,” ujarnya.
Adapun Bagus berada di peringkat ke-40 dunia. Hanya 11 pebalap yang otomatis lolos ke Tokyo.”Tetapi, Bagus masih memiliki banyak perlombaan. Setidaknya, ada empat hingga lima kejuaraan lagi. Kalau bisa terus meraih raihan terbaik di kejuaraan-kejuaraan itu, dia punya peluang ke Olimpiade,” kata Raja.
Dengan kondisi itu, PB ISSI berusaha untuk mendongkrak peluang para pebalap dengan mengadakan lebih banyak kejuaraan di Indonesia. Apalagi, syarat lolos Olimpiade adalah prestasi individu dan negara atlet bersangkutan. Untuk peringkat negara, Indonesia berada di peringkat ke-22, dan perlu naik ke posisi ke-17 untuk membantu meloloskan atlet ke Tokyo.
Pebalap sepeda trek Indonesia Crismonita Dwi Putri (atas) saat tampil pada nomor keirin pada Asian Games 2018 di Jakarta International Velodrome, 28 Agustus 2018.Raja mengatakan, pada waktu dekat PB ISSI akan menggelar sejumlah kejuaraan BMX Internasional, yakni Kejuaraan Internasional BMX kelas c1 dan kelas hors di Banyuwangi pada 5 April, Kejuaraan Asia BMX di Jakarta pada 11 April, serta Kejuaraan Internasional BMX di Jakarta pada 11 April.
”Dengan lebih banyak kejuaraan di Indonesia, para pebalap Indonesia berpeluang lebih besar mendapatkan prestasi optimal. Sebab, secara mental, mereka akan lebih siap berlomba di negara sendiri. Hal ini akan turut mendongkrak peringkat dunia Indonesia. Kalau peringkat Indonesia lebih baik, peluang para pebalap Indonesia pun masih terbuka untuk ke Olimpiade walaupun secara individu kurang menunjang,” tuturnya.
Sekretaris Jenderal PB ISSI Parama Nugroho menyampaikan, sejauh ini pihaknya masih menggantungkan asa lolos ke Olimpiade Tokyo dari nomor trek dan BMX. Namun, kalau Crismonita gagal di Berlin, mereka akan lebih berkonsentrasi pada BMX. ”Nomor BMX diuntungkan karena masih banyak kejuaraan sebelum penutupan kualifikasi pada Mei. Peringkat dunia ini sifatnya sangat dinamis. Jadi, peluang masih ada kalau para pebalap BMX Indonesia terus meraih prestasi baik di sisa kejuaraan yang ada,” ujarnya.
Tim BMX Indonesia harus bekerja keras memenuhi target tampil di Olimpiade 2020. Apalagi prestasi mereka cukup buruk pada Kejuaraan BMX Internasional Jakarta di Arena BMX Pulomas lalu. Pada hari terakhir kejuaraan itu, Minggu (16/2/2020), tiga pebalap BMX Indonesia di kelompok elite putra gagal naik podium.
Pada laga final, dua pebalap Indonesia, yaitu Bagus dan Toni Syarifudin, harus puas di posisi ke-6 dan ke-7 dari delapan finalis. Sehari sebelumnya, Toni dan Rio Akbar yang lolos ke final seri pertama hanya meraih posisi ke-6 dan ke-7, sedangkan Bagus tidak lolos ke final.
Pemberian bantuan
Pada Kamis, Kemenpora menandatangani nota kesepahaman (MoU) bantuan anggaran pelatnas 2020 untuk PB ISSI dan PB Pelti (tenis). PB ISSI yang mengajukan sembilan atlet dengan usulan anggaran Rp 8,8 miliar, akhirnya dipenuhi delapan atlet dengan anggaran Rp 6,2 miliar. Sementara itu, PB Pelti yang mengusulkan 20 atlet dengan anggaran Rp 19,3 miliar, akhirnya disetujui 10 atlet dengan anggaran Rp 5,9 miliar.
Dari tenis, atlet yang berpeluang lolos ke Olimpiade Tokyo hanya Christopher Rungkat. Peluang petenis berusia 30 tahun itu untuk lolos di nomor tunggal cukup berat. Peringkat terbaiknya di nomor tunggal adalah peringkat ke-241 dunia. Adapun untuk lolos Olimpiade, dia harus masuk 56 besar dunia.
Meski tipis, Christo diharapkan lolos ke Olimpiade melalui nomor ganda. Saat ini, dia berada di peringkat ke-79 dunia ganda. Untuk lolos Olimpiade, dirinya harus masuk 10 besar dunia hingga akhir masa pengumpulan poin pada Juni 2020. Jika lolos Olimpiade dari nomor ganda, Christopher bisa menentukan pasangan senegaranya dengan syarat rekannya itu berada di 300 besar dunia.
Sejauh ini, baru lima atlet yang benar-benar sudah memastikan lolos ke Olimpiade 2020. Mereka adalah sprinter Lalu Muhammad Zohri, lifter Eko Yuli Irawan, atlet panahan Riau Ega Agatha dan Diandra Choirunnisa, serta atlet menembak Vidia Rafika.
Kemenpora masih berharap ada 41 atlet lain dari 11 cabang yang menyusul lolos ke Olimpiade 2020. Mereka adalah dua dari atletik, dua dari angkat besi, empat dari panahan, 12 dari bulutangkis, dua dari bola voli, dua dari sepatu roda, delapan dari dayung, dua dari tenis, satu dari sepeda, satu dari tinju, satu dari menembak, dua dari taekwondo, dan dua dari renang. Indonesia menargetkan meraih dua emas pada Olimpiade ini, antara lain dari bulu tangkis dan angkat besi.
”Kami telah memberikan perhatian terhadap cabang. Setidaknya, kami mengusahakan anggaran bantuan pelatnas bisa sesegera mungkin disalurkan ke cabang. Sekarang, kami berharap cabang bisa menggunakan anggaran bantuan itu seoptimal mungkin. Mereka diharapkan bisa meloloskan atlet sebanyak mungkin ke Olimpiade nanti,” pungkas Menpora Zainudin Amali.