Para lifter muda Indonesia mendapatkan suntikan motivasi ganda menyusul kesuksesan memborong medali di Kejuaraan Asia Angkat Besi Yunior dan Remaja 2020. Prestasi itu membuat mereka percaya diri menatap Olimpiade Tokyo.
Oleh
Adrian Fajriansyah
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hasil positif pada Kejuaraan Asia Angkat Besi Yunior dan Remaja 2020 di Uzbekistan, 13-19 Februari 2020, berdampak ganda terhadap para lifter muda di Tanah Air yang tampil di ajang itu. Sebagian berupaya menjaga peluang lolos ke Olimpiade Tokyo 2020. Adapun sisanya bersemangat keluar dari bayang-bayang para senior.
Kontingen Indonesia meraih 16 emas, 6 perak, dan 1 perunggu pada kejuaraan tahunan itu. Semua lifter yang berpartisipasi berhasil meraih medali. Bahkan, tiga di antaranya berhasil memecahkan rekor dunia, Asia, ataupun keduanya sekaligus.
Salah satu yang paling menonjol adalah Muhammad Faathir di kelas 61 kilogram yunior dan remaja. Lifter 17 tahun itu berhasil meraih enam emas. Ia juga memecahkan empat rekor, salah satunya rekor dunia remaja clean and jerk dan total angkatan. Prestasi mengesankan juga diperlihatkan Windy Cantika.
Lifter yunior kelas 49 kg itu memborong tiga emas pada kejuaraan kali ini atau tiga kali lebih banyak daripada tahun sebelumnya. Hasil itu memantapkan posisinya di peringkat kedelapan dunia per 20 Februari 2020. Lifter putri yang disiapkan untuk menggantikan Sri Wahyuni itu pun kian berpeluang lolos ke Olimpiade Tokyo 2020.
Windy mengatakan, dirinya akan mengikuti Kejuaraan Dunia Yunior 2020 di Bucharest, Romania, 14-21 Maret 2020, untuk memastikan tiket dan memantapkan persiapan ke Olimpiade 2020. Hanya lifter-lifter di peringkat delapan besar dunia yang berhak tampil di Tokyo.
”Sekarang, peringkat saya sudah masuk delapan besar dunia. Tetapi, peringkat dunia ini, kan, terus berubah-rubah. Jadi, saya harus benar-benar memastikannya dengan meraih hasil optimal pada Kejuaraan Dunia nanti,” ujar Windy di Jakarta, Kamis (20/2/2020).
Windy memang pantang bersantai. Walaupun prestasinya cukup baik, di lain pihak angkatannya menurun. Pada Kejuaraan Asia Yunior dan Remaja 2020, total angkatannya hanya 185 kg. Padahal, ketika meraih emas di SEA Games 2019 Filipina, total angkatannya itu mencapai 190 kg.
”Saya harus tetap berlatih keras untuk meningkatkan total angkatan. Saya juga harus melakukan pemanasan yang baik sebelum berlatih dan bertanding. Sebab, seminggu ini, saya merasakan sakit pada paha bagian kiri. Selain itu, saya harus terus disiplin menjaga makan dan istirahat,” ujar lifter 17 tahun itu.
Ingin kalahkan senior
Muhammad Yasin (20), lifter yunior kelas 67 kg, menjadikan prestasi di Uzbekistan sebagai motivasi untuk mengalahkan seniornya, Deni. Sejauh ini, Yasin masih berada di peringkat ke-28 dunia. Rekor total angkatan terbaik lifter berusia 20 tahun itu masih 298 kg. Adapun Deni di peringkat ke-10 dengan total angkatan 315 kg.
Dengan kesenjangan prestasi itu, Yasin belum bisa menggusur Deni ketika berlaga pada SEA Games 2019. Deni meraih medali emas di ajang itu. ”Saat ini, saya belum bisa menggeser Deni untuk ikut SEA Games 2019 maupun kualifikasi Olimpiade 2020. Namun, saya yakin bisa terus berkembang. Saya akan buktikan bisa mengalahkan Deni pada SEA Games 2021 Vietnam. Itu pertarungan saya dan Deni,” ujar Yasin yang meraih satu emas dan dua perak di Uzbekistan.
Wakil Ketua Umum PB PABBSI Djoko Pramono menyampaikan, prestasi para lifter muda itu memang terus menanjak. Namun, pihaknya ataupun tim pelatih enggan memaksa lifter itu segera mencapai puncak performanya. Mereka akan berhati-hati menangani para lifter itu secara bertahap.
”Mereka ini masih sangat muda. Tulang mereka masih dalam tahap pertumbuhan. Kalau dipaksa matang secepat mungkin, kami takut itu justru merusak pertumbuhan mereka. Untuk itu, kami ingin mereka ini berkembang setahap demi setahap. Apalagi, tolok ukur prestasi sesungguhnya itu dihitung pada level senior,” tutur Djoko.
Terkait prestasi para lifter muda itu, Kementerian Pemuda dan Olahraga memberikan kucuran bonus, yaitu berupa uang pembinaan Rp 17,5 juta per orang untuk peraih perunggu, Rp 22,5 juta peraih perak dan satu emas, serta Rp 40 juta untuk pendulang lebih dari satu emas.
Kemenpora juga memberikan uang pembinaan Rp 30 juta untuk para pelatih dan Rp 360 juta untuk federasi. ”Angkat besi adalah salah satu cabang yang konsisten memberikan prestasi internasional. Untuk itu, bonus ini diberikan sebagai bentuk penghargaan. Kami berharap para atlet, pelatih, ataupun federasi kian bersemangat meraih prestasi lebih baik,” ujar Menpora Zainudin Amali.