Diego Simeone berhasil mengembalikan pertahanan solid yang menjadi karakter Atletico Madrid. Liverpool menantang Simeone menunjukkan performa yang sama di Stadion Anfield pada laga kedua.
Oleh
DOMINICUS HERPIN DEWANTO PUTRO
·4 menit baca
MADRID, RABU — Pelatih Atletico Madrid Diego Simeone tidak berhenti berteriak dan melambaikan tangan di pinggir lapangan. Ia tidak hanya berteriak kepada pemain, tetapi juga kepada para penonton. Ia bak seorang dirigen yang sedang memimpin sebuah orkestra di Stadion Wanda Metropolitano, Rabu (19/2/2020) dini hari WIB.
Malam itu ia sedang memanggungkan sebuah ”simfoni” klasik yang disuguhkan untuk tamu mereka, Liverpool. Pada laga pertama babak 16 besar Liga Champions tersebut, sang tamu langsung ”terpukau”. Klub terbaik di Eropa dan Dunia itu akhirnya bertekuk lutut di hadapan Atletico. Liverpool kalah dari Atletico, 0-1 .
”Anda tidak akan pernah bisa melupakan malam seperti ini. Tim terbaik datang dan kami menang. Saya hanya bisa mengingat sedikit saja momen seperti ini sepanjang karier saya (di Atletico) selama delapan tahun,” kata Simeone.
Kemenangan ini, walaupun belum menentukan apa pun, dirayakan penuh sukacita oleh Atletico dan para pendukungnya. Malam itu mereka tidak semata merayakan sebuah kemenangan, tetapi juga kembalinya karakter asli tim. ”Ini adalah penampilan klasik Atletico yang mengingatkan semangat dan sikap pantang menyerah, seperti ketika mereka melaju ke final tahun 2014 dan 2016,” tulis Marca.
Wajar jika para pemain Atletico dan para pendukungnya larut dalam kegembiraan karena mereka bisa mengalahkan tim sekelas Liverpool dalam keadaan yang sulit. Atletico kini sedang berjuang membangun konsistensi di Liga Spanyol. Mereka pernah menduduki puncak klasemen pada awal kompetisi dan sekarang melorot ke posisi keempat.
Pengalaman memalukan juga terjadi di ajang Copa del Rey ketika Atletico disingkirkan tim dari liga kasta ketiga Spanyol, Cultural Leonesa, pada babak 32 besar. Inkonsistensi dan penampilan buruk di Copa del Rey membuat posisi Simeone tidak aman. Laga kontra Liverpool pun menjadi ajang pembuktian bagi Simeone.
Pelatih yang dijuluki ”El Cholo” ini memiliki tantangan berat karena Atletico sedang dalam masa transisi sejak ditinggal beberapa pemain bintang, seperti Antoine Griezmann, Diego Godin, Lucas Hernandez, Filipe Luis, dan Juanfran. Kekuatan di lini serang pun sedang melemah karena Joao Felix dan Diego Costa baru pulih dari cedera.
Simeone kemudian mengembalikan ciri khas Atletico yang disegani lawan-lawannya, yaitu membangun pertahanan yang kokoh. Rencana ini berjalan sempurna ketika Atletico bisa unggul lebih awal ketika Saul Niguez mencetak gol ketika laga baru berjalan 4 menit. Dengan keunggulan ini, mereka bisa langsung bertahan.
Atletico memiliki ”tembok” berlapis untuk membendung serangan yang dibangun Liverpool dari berbagai arah. Bek sayap Liverpool, Trent-Alexander Arnold, tidak lagi mampu memasok umpan-umpan berbahaya seperti biasanya.
Serangan dari sisi kiri Liverpool juga berhasil dimatikan ketika Sadio Mane menjadi target utama untuk dilumpuhkan. Pemain asal Senegal itu dipancing untuk bermain keras dan akhirnya mendapat kartu kuning. Pelatih Liverpool Juergen Klopp tidak mau ambil risiko dan kemudian menarik Mane keluar pada babak kedua.
Malam itu, Liverpool bisa menguasai bola hingga 72,5 persen, tetapi sama sekali tidak mampu menembak bola tepat ke arah gawang. Para pemain Liverpool hanya sibuk mengoper bola sambil mencari celah untuk bisa dimasuki.
Bek Atletico, Renan Lodi, bertanggung jawab di balik kesusahan yang dialami Liverpool. Lodi yang mendapat penghargaan sebagai pemain terbaik pada laga itu berhasil menahan laju Arnold dan Mohamed Salah dengan baik.
Keberhasilan itu, kata Lodi, berkat kepatuhannya terhadap Simeone. ”Simeone itu seperti seorang ayah bagi saya. Keputusan yang ia ambil, semua itu demi kebaikan saya,” kata Lodi dikutip Mundo Deportivo.
Tidak hanya Lodi, semua pemain patuh kepada El Cholo. Sepanjang laga, para pemain kerap melihat ke arah Simeone untuk mendapatkan arahan. Sesekali Simeone menghadap ke tribune penonton dan membakar semangat para pendukungnya. Persis seperti seorang dirigen.
Dinanti di Anfield
Klopp mengakui kehebatan Atletico malam itu dan tidak terlalu khawatir karena masih ada laga kedua. Ia merasakan faktor tuan rumah berperan besar dalam kemenangan Atletico. ”Kita sering membahas kekuatan sebuah stadion dan apa pengaruhnya. Malam ini kita menyaksikannya,” katanya.
Gemuruh di Wanda Metropolitano terbukti menambah semangat pemain Atletico. Klopp pun yakin, gemuruh di Stadion Anfield juga akan membuat Liverpool tampil berbeda pada laga kedua yang akan berlangsung tiga pekan lagi.
Simeone perlu waspada karena Liverpool pernah melibas Barcelona, 4-0, pada laga kedua semifinal musim lalu di Anfield. Atletico pada musim lalu juga bisa mengalahkan Juventus, 2-0, pada laga pertama babak 16 besar, tetapi kalah 0-3 pada laga kedua di Turin.
Klopp berjanji Simeone akan merasakan atmosfer yang berbeda di Anfield. ”Bagi fans Atletico yang sudah mendapatkan tiket (laga kedua), selamat datang di Anfield,” ujar Klopp. (AFP/REUTERS)