Kemenangan Bercelona atas Getafe menyisakan kekesalan pada Pelatih Barcelona Quique Setien. Dia masih kesulitan untuk mengatasi permainan negatif yang dikembangkan Pelatih Getafe Jose Bordalas.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
BARCELONA, MINGGU — Pelatih Barcelona Quique Setien belum berhasil menemukan racikan tepat saat menghadapi rival beratnya, Pelatih Getafe Jose Bordalas. Meski timnya menang, Setien yang mengusung permainan menghibur justru menelan ludah sendiri akibat jeratan sepak bola negatif ala Bordalas.
Stadion Camp Nou, Sabtu (16/2/2020), menjadi saksi rivalitas kedua pelatih, Barca dan Getafe, yang berbeda kutub gaya bermain tersebut. Setien menggunguli sang rival dengan kemenangan tipis 2-1 berkat gol Antoine Griezmann dan Sergi Roberto pada babak pertama.
Meskipun menang, Barca tidak mampu menyelesaikan laga dengan tenang. Setien, yang menjanjikan sepak bola menyenangkan, justru harus ketar-ketir pada menit akhir. Para pemainnya justru membuang-buang waktu pada akhir laga. Permainan menghibur dilupakan karena takut kecolongan.
”Barca tak mampu mendominasi laga seperti yang biasa mereka lakukan. Mereka bermain lebih vertikal. Bahkan, beberapa kali pendukung mereka menyoraki dari tribune. Tidak ada yang bisa mereka perbuat selain membuang waktu dan berharap pertandingan segera selesai,” kata Luis F Rojo, jurnalis senior Marca.
”Blaugrana” memang mendominasi permainan. Lionel Messi dan rekan-rekan menguasi bola hingga 75 persen. Dengan umpan berhasil mencapai 701 kali atau tiga kali lipat dari Getafe, ritme mereka berantakan sepanjang laga.
Setien beralasan, pemain tidak mampu keluar dari tekanan karena lawan kerap melakukan pelanggaran. ”Mereka merusaknya dengan pelanggaran ketika kami berhasil menemukan ritme kami,” katanya.
Pelatih baru Barca ini begitu kesal karena Getafe mencatatkan 30 pelanggaran selama 90 menit. Jumlah itu merupakan yang terbanyak dalam satu pertandingan hingga pekan ke-24 La Liga musim ini.
Seteru
Kesulitan Setien ini membuktikan dirinya belum mampu melepas jeratan Bordalas, seterunya. Sejak pertemuan pertama keduanya pada 2013, filosofi Setien yang memainkan sepak bola mengalir selalu mentok saat menghadapi permainan kasar ala Bordalas.
Setien nyaris selalu menerapkan formasi 4-2-3-1 ataupun 4-3-3 yang mengidentifikasikan permainan terbuka. Sementara itu, Bordalas lebih menyukai formasi klasik 4-4-2 yang lebih konservatif.
Setien pun kerap mengkritik Bordalas. ”Tim mereka tidak layak menang. Mereka selalu mengusik permainan lawan dan menghabiskan waktu. Sangat memalukan ada tim yang membuat pelanggaran sebanyak itu,” katanya saat masih menukangi Real Betis.
Hal itu tergambar dari 11 pertemuan sejak keduanya melatih tim Divisi Dua La Liga, Setien menangani Lugo dan Bordalas di Alcorcon, hingga kini. Bordalas memenangi enam laga, sedangkan Setien hanya tiga laga. Karena itu, Setien begitu membenci Bordalas. Selain juga karena pengagum Johan Cryuff itu selalu memosisikan dirinya sebagai penonton sepak bola.
Sebagai penonton, saya ingin melihat permainan menghibur. Bukan tim bertahan yang memanfaatkan serangan balik.
Bordalas pun menyentil balik. Menurut dia, timnya bisa saja menyamakan kedudukan. Namun, tim tuan rumah justru yang membuang waktu memasuki menit akhir.
”Kami bermain baik, tetapi tidak dengan hasilnya. Gol yang dianulir pada babak pertama menyakitkan kami. Belum lagi Barca mulai mengulur waktu pada akhir laga. Itu taktik mereka,” balas pelatih berusia 55 tahun ini.
Sepak bola Getafe musim ini menjadi antitesis bahwa kemenangan berasal dari sepak bola menyerang lewat penguasaan bola. Jumlah keberhasilan umpan mereka merupakan yang terendah di liga, hanya 61 persen dan penguasaan bola hanya 44 persen. Namun, mereka berhasil menduduki peringkat ketiga klasemen sementara, di bawah Barca dan Real Madrid.
Wajar saja pada laga kemarin Setien tidak sudi menyapa dan menyalami Bordalas. Selain berbeda kutub, pelatih berusia 61 tahun ini masih kesal karena belum menemukan ”obat” dari jeratan sang rival. (AFP)