Cristiano Ronaldo melanjutkan keberingasannya di Juventus dengan mencetak gol penyelamat di markas AC Milan pada semifinal Piala Italia, Jumat dini hari. Ketergantungan akan Ronaldo bukanlah hal baik bagi Juve.
Oleh
M IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
MILAN, JUMAT — Cristiano Ronaldo, megabintang Juventus, belum terhentikan. Satu golnya menyelamatkan timnya dari ancaman kekalahan saat bertamu ke markas AC Milan pada laga pertama semifinal Piala Italia, Jumat (14/2/2020) dini hari WIB, di Stadion San Siro. Total 12 gol telah ia kemas dari delapan laga Juve pada awal tahun ini.
Ironisnya, dominasi pemain berjuluk ”CR7” itu sekaligus menunjukkan tingginya ketergantungan Juventus akan dirinya. ”Hanya CR7!” demikian tajuk utama media olahraga Italia, Tuttosport, mengulas penampilan ”Si Nyonya Besar” di San Siro.
Meskipun telah berusia 35 tahun, CR7 tidak menunjukkan tanda penurunan performa. Total telah 35 gol ia cetak di 35 laga yang telah dijalaninya bersama Juve dan tim nasional Portugal musim ini. Koleksi golnya itu telah melampaui capaiannya pada musim perdananya bersama Juve, yaitu tahun lalu, dengan torehan 28 gol di sejumlah kompetisi.
Skema formasi menyerang yang ditampilkan Pelatih Juventus Maurizio Sarri terbukti telah memanjakan legenda asal Portugal itu. Untuk mengoptimalkan peran Ronaldo, Sarri menerapkan pendekatan yang serupa dengan Eden Hazard di Chelsea musim lalu. Pada musim terakhirnya berseragam ”The Blues”, Hazard menemukan performa terbaiknya di Inggris dengan menyumbangkan 21 gol.
Ronaldo banyak bergerak dari sisi kiri. Itu adalah posisi favorit CR7 sejak membela Real Madrid sebab ia bisa bebas berkreasi dan melakukan tusukan ke kotak penalti lawan. Oleh Sarri, Ronaldo memang diberikan keistimewaan untuk menjelajah sekaligus menjadi ”pusat gravitasi” serangan Juve.
Tim asal Turin itu sebetulnya memiliki pemain depan berkualitas lainnya, seperti Gonzalo Higuain dan Paolo Dybala. Namun, duo Argentina itu tidak memiliki naluri gol setajam Ronaldo. Pada laga melawan Milan, misalnya, Dybala memiliki dua peluang terbuka untuk melakukan tendangan ke arah gawang. Namun, hasil kedua sepakannya itu tidak tepat sasaran.
Baik Dybala maupun Higuain tidak berperan sebagai ”predator” gol utama di Juve. Dybala, misalnya, lebih berperan sebagai trequartista yang menghubungkan lini tengah dan depan. Adapun Higuain dominan bergerak di kotak penalti untuk mengecoh atau membuka peluang bagi pemain lain, termasuk Ronaldo.
Juve memerlukan keseimbangan dan menemukan penampilan terbaik dari seluruh pemainnya pada April dan Mei.
Cara bermain Higuain itu telah diterapkan Sarri di paruh kedua musim lalu di Chelsea. Tidak heran, kedua rekan Ronaldo itu lebih minim koleksi gol, masing-masing mengemas lima gol di Liga Italia. Terakhir kalinya Dybala dan Higuain mencetak gol adalah pada laga kontra Udinese di perdelapan final Piala Italia, 15 Januari lalu.
”Higuain pemain berbeda dibandingkan beberapa musim lalu. Kemampuan bertahannya (menahan bola dan pemain lawan) meningkat sehingga bisa dimanfaatkan dengan penempatan peran yang tepat,” kata Sarri, dikutip Football-Italia.
Ketergantungan Juventus pada Ronaldo itu tidak sepenuhnya hal yang baik. Mantan Pelatih Juve Massimiliano Allegri pernah mengecam keras permainan Juve akibat terlalu ”berpangku” gol pada Ronaldo. Mereka lantas tersingkir di perempat final Liga Champions Eropa musim lalu.
”Ronaldo telah memberikan banyak hal untuk kami, tetapi itu tidak cukup. Kami membutuhkan peran (optimal) dari setiap pemain,” ucap Allegri, yang kembali dirumorkan akan menjadi salah satu kandidat pengganti Sarri. Kandidat lainnya ialah Pep Guardiola, ”arsitek” klub Inggris, Manchester City.
Hal serupa disampaikan pemain terbaik dunia 2006, Fabio Cannavaro. ”Ronaldo sangat buas di depan, tetapi hanya dia yang mencetak gol (untuk Juventus),” ujar mantan pemain asal Italia itu, seperti dikutip La Gazzetta dello Sport.
”Juve memerlukan keseimbangan dan menemukan penampilan terbaik dari seluruh pemainnya pada April dan Mei,” ujar Cannavaro.
Oleh karena itu, Cannavaro menilai, Sarri harus mampu menemukan formula lain untuk mencetak gol. Ronaldo, lanjutnya, perlu diistirahatkan dalam waktu dekat untuk menjaga kondisi kebugarannya menjelang masa krusial perebutan gelar di Liga Italia dan juga Liga Champions yang menjadi ambisi utama Juve.
Menjaga momentum
Di sisi lain, hasil imbang melawan Juve menunjukkan kegagalan Milan menjaga momentum selama 90 menit. Seperti saat menghadapi Inter Milan di Liga Italia, akhir pekan lalu, tim asuhan Stefano Pioli itu tampil menyerang dan memainkan zona pertahanan tinggi sehingga berhasil mencetak dua gol di babak pertama.
Namun, setelah unggul, Zlatan Ibrahimovic dan kolega menurunkan tempo permainannya sehingga Inter ganti menekan. Gawang mereka kebobolan empat gol di babak kedua. Kemenangan di depan mata pun sirna dalam 45 menit.
”Kami harus lebih efektif karena tidak mampu memanfaatkan sejumlah peluang yang dikreasi. Ada penyesalan ketika gagal meraih kemenangan,” kata Direktur Teknik AC Milan Paolo Maldini.
Sebelum menjalani laga kedua semifinal Piala Italia di Turin, 4 Maret mendatang, Juve dan Milan akan berusaha kembali ke jalur kemenangan di pekan ke-24 Liga Italia, akhir pekan ini. Juve akan menjamu Brescia di Turin, sedangkan Milan kedatangan Torino di San Siro.