Kementerian Pemuda dan Olahraga meminta komitmen pengurus cabang olahraga untuk mengikuti poin kesepakatan penggunaan anggaran pelatnas tahun 2020, agar tidak menjadi maslaah di kemudian hari.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Kemenpora akhirnya menjalin kesepahaman dengan tiga cabang sebagai langkah awal penyaluran anggaran bantuan pelatnas tahun ini. Kemenpora meminta semua cabang berkomitmen pada poin-poin kesepahaman agar tidak lagi menjadi temuan di Badan Pemeriksa Keuangan seperti yang terjadi pada sejumlah cabang, tahun lalu.
Tiga cabang yang menjalin kesepahaman itu, adalah PBSI (bulutangkis), PABBSI (angkat besi), dan PBVSI (bola voli). PBSI mengusulkan anggaran Rp 32,2 miliar untuk 28 atlet mengikuti 14 turnamen dalam program menuju Olimpiade Tokyo 2020. Kemenpora menyetujui bantuan sekitar Rp 18,6 miliar untuk 24 atlet mengikuti 14 turnamen tersebut.
PABBSI mengusulkan anggaran Rp 11,9 miliar untuk 13 atlet mengikuti empat kejuaraan. Kemenpora menyetujui bantuan Rp 10 miliar untuk empat lifter elite, lima lifter pelapis, dan empat lifter yunior untuk empat kejuaraan.
PBVSI mengusulkan anggaran Rp 3,6 miliar untuk 12 atlet mengikuti lima turnamen. Kemenpora menyetujui anggaran Rp 3,2 miliar untuk delapan atlet elite dan empat pelapis mengikuti lima turnamen.
Menurut Menpora Zainudin Amali, tiga cabang itu bisa melakukan kesepahaman paling awal karena mereka yang paling cepat dan tertib administrasi dalam menyelesaikan LPJ penggunaan anggaran 2019 serta mengajukan proposal 2020. Sedangkan cabang-cabang lain ada yang memang lambat menyelesaikan urusan LPJ dan pengajuan proposal. Ada pula cabang yang masih bermasalah dengan LPJ.
Kemenpora minta tiga cabang yang telah melakukan kesepahaman dan cabang lain yang segera melakukan kesepahaman untuk lebih berkomitmen menjalankan poin-poin kesepahaman. Berkaca dari tahun lalu, ada sejumlah cabang yang tidak tertib dengan butir aturan dalam kesepahaman.
Contohnya, ada cabang yang menerima anggaran pelatnas Juli-September, namun menggunakannya. Namun, anggaran itu digunakan untuk membayar pelatnas selama Januari-Juni.
”Hal-hal yang tidak sesuai kesepahaman itu akan menjadi temuan di BPK. Kalau itu terjadi, mereka harus menyelesaikan urusan itu dan prosesnya lama.Hal itu akan menjadi penilaian buruk untuk Kemenpora. Yang terimbas tak hanya mereka, tetapi banyak pihak lain,” ujar Zainudin.
Zainudin berharap tiga cabang yang sudah melakukan kesepahaman itu bisa mengejar target optimal meloloskan atlet dan meraih prestasi terbaik di Olimpiade 2020. Sejauh ini, baru lima atlet yang memastikan lolos ke Olimpiade Tokyo, yakni Lalu Muhammad Zohri (atletik), Eko Yuli Irawan (angkat besi), Riau Ega Agatha. Diandra Choirunnisa (panahan), serta Vidia Rafika (menembak).
Kemenpora berharap ada 41 atlet lain dari 11 cabang yang menyusul lolos ke Tokyo. Mereka diharapkan dari atletik (dua atlet), angkat besi (2), panahan (4), bulu tangkis (12), bola voli pantai (2), sepatu roda (2), dayung (8), tenis (2), balap sepeda (2), tinju (1), menembak (1), taekwondo (2), dan renang (2). Indonesia menargetkan dua emas di Tokyo, dari bulu tangkis dan angkat besi.
Jika target itu tercapai, Indonesia bisa meningkatkan prestasi dibandingkan dengan Olimpiade Rio de Janiero 2016, saat meraih satu emas dari ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliana Natsir di bulu tangkis.
"Kami harap jumlah atlet yang lolos ke Olimpiade sebanyak-banyaknnya agar bisa membuka potensi lebih besar dalam meningkatkan prestasi Indonesia di ajang ini," kata Zainudin.
Optimal
Ketua Harian PBSI Alex Tirta cukup puas dengan anggaran yang disepakati dengan Kemenpora. Walau cukup jauh dari usulan awal, jumlahnya sangat membantu persiapan tim. Apalagi, PBSI masih bisa menghimpun tambahan dana dari sponsor.
"Kami tidak mungkin membebankan semua kebutuhan kepada Kemenpora. Apalagi anggaran pemerintah terbatas, dan harus dibagi ke cabang-cabang lain yang membutuhkan," tuturnya.
Alex menyampaikan, PBSI menyiapkan 13 atlet elite untuk ke Olimpiade 2020. Mereka berusaha agar bisa meloloskan dua wakil di setiap nomor. Dari mereka, ditargetkan ada satu potensi emas, yakni lewat pasangan ganda putra Kevin Sanjaya/Markus Gideon atau Hendra Septiawan/Mohammad Ahsan. "Kami berusaha sebaik-baiknya dalam meloloskan atlet maupun meraih prestasi," ujarnya.
Wakil Ketua Umum Pabbsi Djoko Pramono mengutarakan, selain Eko, angkat besi telah meloloskan lifter putri Windy Chantika Aisah, yang juga pemegang rekor dunia remaja kelas 49 kilogram putri. Saat ini, mereka berusaha meloloskan dua lifter lagi, yakni lifter putri 85 kg plus, Nurul Akmal, dan lifter putra Deni di kelas 67 kg.
Nurul berpotensi lolos ke Olimpiade Tokyo 2020. Lifter asal Aceh itu menempati posisi sembilan dunia dan akan mengikuti satu kejuaraan internasional lagi. Kalau meraih hasil yang baik, Nurul bisa naik ke peringkat enam atau tujuh dunia, dan berhak tampil di Olimpiade yang hanya diikuti delapan liter teratas dunia di tiap kelas.
Adapun Deni masih berada di peringkat 11 dunia sehingga butuh usaha keras mencapai tujuh besar dunia. "Untuk potensi emas, kami tetap berharap dari Eko. Saat ini, dia yang terbaik di kelasnya. Hanya ada satu pesaing berat asal China yang punya rekor angkatan satu kg lebih baik. Tetapi, selama masa persiapan ini, kami berupaya agar Eko bisa lebih baik. Untuk Windy Chantika, kami tidak pasang target muluk-muluk. Minimal dia bisa meraih medali dulu saja," pungkas Djoko.