Thibaut Courtouis, kiper Real Madrid, sempat menjadi kambing hitam buruknya lini belakang ”Los Blancos”. Courtouis membungkam cemoohan itu dengan meraih penghargaan sebagai pemain terbaik La Liga bulan Januari.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·5 menit baca
Penjaga gawang itu seperti orang yang terisolasi. Dia berdiri sendirian dengan sorotan terus-menerus. Pada saat yang sama, pemain-pemain lain bisa bersembunyi dengan satu gerakan bagus. Kiper tidak bisa. Mereka bisa menjadi pahlawan dalam satu menit, kemudian menjadi kambing hitam dalam waktu yang lama. Begitulah gambaran dari kaca mata Hope Solo, kiper tim nasional perempuan Amerika Serikat.
Thibaut Courtouis, kiper Real Madrid, pun tidak lepas dari kritik keras. Salah satu pemain terbaik di posisinya itu sempat mendapat cemoohan ketika kebobolan dua kali pada babak pertama saat Madrid menjamu Club Brugge pada laga Liga Champions, Oktober 2019.
Dalam pertandingan yang berakhir 2-2 tersebut, fans tuan rumah menyoraki Courtois. Mereka menyalahkan dua gol terjadi karena kelalainnya. Setelah itu, pemain asal Belgia ini digantikan kiper cadangan Aphonse Areola karena ternyata mengalami masalah di perut.
Peristiwa ini menjadi akumulasi kekesalan pendukung klub yang dijuluki madridistas itu. Courtois dijadikan kambing hitam akibat buruknya lini belakang ”Los Blancos” sejak musim 2018/2019, awal kedatangannya dan kepergian megabintang Cristiano Ronaldo.
Courtois dengan lapang dada menerima kritik kepadanya. Dia menerima itu meskipun dua gol pada tengah pekan dan gol-gol lain sebelumnya bukan murni kesalahannya. ”Jika kamu ingin jadi kiper Madrid, kami harus bisa menerima tekanan,” ucap mantan pemain Atletico Madrid itu.
Kini, empat bulan setelah tamparan keras kepadanya, pria berusia 27 tahun itu meraih penghargaan sebagai pemain terbaik La Liga bulan Januari. Dia membawa Madrid tiga kali menang beruntun dengan hanya satu kali kebobolan dari semua laga tersebut.
Penghargaan ini seperti menjadi oase bagi pendukung Madrid yang dalam dua musim terakhir mandek prestasinya. Ini merupakan pertama kalinya punggawa ”Los Blancos” menerima penghargaan serupa setelah Ronaldo pada Mei 2017. Sementara itu, kiper Madrid terakhir yang mendapat penghargaan adalah Keylor Navas pada musim 2013/2014.
Pembuktian sang kiper bisa membayar tuntas kritik para madridistas yang pada awal membencinya. Pembuktian kilat bagi seorang kiper yang sempat goyah mentalnya karena digantikan sebagai kiper utama dalam dua pertandingan di tengah musim. Gumpalan rasa frustrasi itu dikabarkan sempat membuatnya kehilangan berat badan 3 kilogram.
Zinedine Zidane, Manajer Madrid, tidak pernah ragu sang pemain akan menjawab kritik pada waktunya. ”Bagi saya tidak diragukan lagi, dia adalah yang terbaik,” kata pelatih yang membawa Madrid meraih tiga gelar Liga Champions tersebut.
Penghargaan itu mungkin hanya bentuk fisik agar pendukung Madrid bisa lebih menghargainya. Lebih dari itu, kontribusi sang kiper telah membawa timnya berada di puncak klasemen La Liga, di atas rival utama FC Barcelona.
Dalam 23 pertandingan sejak awal musim, Madrid baru kemasukan 14 gol. Kekokohan lini belakang menjadi inspirasi kemenangan dalam setiap laga. Catatan kebobolan itu merupakan yang terbaik mengalahkan rekor yang telah bertahan sejak musim 1987-1988.
”Jika dia melanjutkannya dalam level yang sama, kemungkinan dia akan menjadi salah satu kiper terbaik dunia,” kata Paco Buyo, mantan kiper Madrid yang memegang rekor kebobolan tim sebelumnya.
Salah siapa
Kasus Courtois di Madrid menggambarkan bagaimana kiper memang tidak pernah mendapatkan penghargaan yang pantas. Padahal, dilihat dari kemampuannya, sang pemain tidak mengalami penurunan sedikit pun.
Bahwa memang sebagai pemain baru, pemain bernomor punggung 13 ini butuh adaptasi dengan lini pertahanan. Namun, kesalahan berada di sistem pertahanan, bukan Courtois seorang diri.
”Jika ada yang menyorakinya, jika Bernabeu menyorakinya, kamu harus melihat semua tim secara keseluruhan. Tidak bisa hanya satu pemain,” kata pelatih kiper tim nasional Belgia, Erwin Lemmens.
Beberapa kiper hebat terkadang memang kurang bersinar ketika sistem pertahanan klub amburadul. Lihat saja Petr Cech yang begitu tangguh di Chelsea, tetapi sering menjadi bulan-bulanan penyerang lawan di Arsenal.
Statistik juga membuktikan, kiper setinggi 1,99 meter ini memang salah satu yang terbaik di dunia. Rasio kebobolan sangat rendah nyaris di setiap tim yang dijaganya.
Berdasarkan Transfermarkt.com, Courtois mencatatkan rasio kebobolan terbaik di klub lamanya, Atletico Madrid, dengan 0,81 kebobolan per laga. Disusul dengan penampilan di Chelsea, 0,99 kebobolan per laga, dan di klub Belgia Genk, 1,37 kebobolan per laga.
Gianluigi Buffon pernah mengatakan, sulit menilai penampilan seorang kiper jika orang tersebut belum pernah menjadi kiper. ”Itu sama saja seperti saya memberi pendapat tentang pekerjaan orang tanpa punya pengalaman sebelumnya. Anda mulai menyadari betapa banyak hal bodoh yang dikatakan tentang seorang kiper,” ucap salah satu kiper terbaik sepanjang masa tersebut.
Memang sulit menjadi seorang kiper. Penyerang boleh gagal berkali-kali dalam percobaan mencetak gol. Namun, mereka akan menjadi pahlawan ketika menceploskan satu gol.
Kiper bisa menyalamatkan seribu kemungkinan gol, tetapi hanya dilihat sebagai seorang pemain yang dengan baik menjalankan tugasnya. Jika berbuat kesalahan, dia akan dijadikan musuh bersama para pendukung atau bahkan rekan setim.
Seperti kisah pahit mantan kiper Liverpool, Loris Karius. Dia menjadi kambing hitam kekalahan setelah membuat dua blunder di final Liga Champions 2018 melawan Real Madrid.
Saat dia menangis dan menutup wajah dengan kaus pada akhir pertandingan, tidak ada satu pun yang mau mendekatinya. Justru sang lawan, Gareth Bale, yang menghampiri dan menghibur kiper asal Jerman itu. Padahal, Liverpool mungkin saja tidak bisa merasakan panggung final tanpa kontribusinya pada babak-babak awal.
Alih-alih terpuruk seperti Karius, Courtois justru bangkit dan membuktikan sebaliknya. Mantan pemain voli yang lahir dari keluarga voli ini menampilkan keahlian lamanya, yakni spike atau istilah pukulan keras nan tajam dalam voli. Spike itu berupa penghargaan pemain terbaik bulanan yang menampar langsung ke wajah pengkritiknya. (AP/AFP/REUTERS)